ULVAH

Aku adalah salah seorang anak pengurus DPP Partai, dan sering hilir mudik ke DPP membantu Bapak. Penampilanku sopan dan bersahaja, katanya ganteng dan murah senyum. Waktu keluar dari DPP Partai di daerah Mampang, aku berpapasan dengan serombongan akhwat yang akan menuju Monas untuk berkumpul berdemonstrasi.

nur aini dwi hapsari - jilbab perawan (9)

Setelah semua persiapan selesai, aku naik bus way dan ternyata bertemu dengan rombongan tadi, yang berjumlah 5 orang, 1 orang murrobiyah dan 4 muttarobinya, sang murrobiyah berumur 45 tahunan tampang cukup dewasa, sambil membawa 2 orang anak. Ke empat muttarobi masing masing Rina, Ulva, Saskia dan Dila, mereka semua berpakaian panjang dengan jilbab sampai pantat. Mereka memakai jilbab yang berbeda-beda ada yang putih, ungu dan biru tampak anggun dan serasi dengan wajah manis mereka.

Rupanya di antara mereka yaitu murrobiyah nya mengenali wajahku, meski tidak kenal nama tapi menjadi awal yang baik untuk perkenalan.

Sang murrobi tersenyum tipis dan akau membalas dengan sopan. Sambil bengong aku memandangi ke empat remaja putri yang ayu dan anggun, sebenarnya aku tidak begitu tertarik ikut demonstrasi, tapi karena simpati ku terhadap kekejaman Israel, akhirnya aku memutuskan ikut, aku sendiri bukanlah anak yang taat beragama sebagaimana ikhwan Partai lainnya.

Mereka memakai jilbab yang berbeda-beda ada yang putih, ungu dan biru tampak anggun dan serasi dengan wajah manis mereka.

Rupanya di antara mereka yaitu murrobiyah nya mengenali wajahku, meski tidak kenal nama tapi menjadi awal yang baik untuk perkenalan.

Sang murrobi tersenyum tipis dan akau membalas dengan sopan. Sambil bengong aku memandangi ke empat remaja putri yang ayu dan anggun, sebenarnya aku tidak begitu tertarik ikut demonstrasi, tapi karena simpati ku terhadap kekejaman Israel, akhirnya aku memutuskan ikut, aku sendiri bukanlah anak yang taat beragama sebagaimana ikhwan Partai lainnya.

Meski jilbab menutup sampai ke bawah, keindahan tubuh ke empat akhwat itu tampak terlihat jelas, dengan kulit wajah yang senantiasa berseri tanpa meninggalkan kesan pemalu, dada yang menonjol dan pinggang yang membesar layaknya biola.

Mendekati pasar festival, seorang akhwat terpaksa berdiri karena ada ibu yang lebih tua masuk demikian juga aku ikut berdiri karena banyak penumpang lain berdatangan, kebanyakan ibu-ibu arisan dan anak-anak seumuran SMP dan SD.Kondisi bus jadi lumayan padat,aku dan akhwat tadi berdiri berdekatan bahkan akhirnya bersentuhan. Tak dapat tidak mataku tertuju pada bongkahan pantat akhwat yang sintal dan menggairahkan.

nur aini dwi hapsari - jilbab perawan (8)

Si akhwat juga asyik berbicara dengan temannya yang duduk, aku memutuskan mengambil kesempatan untuk menempelkan tubuhku ke badannya, maklum goyangan bus mendukung niat jailku itu. Nyaman sekali ketika penisku menggesek pantatnya, si akhwat sepertinya maklum karena kondisi bus yang bergoyang dan sedang asyik ngobrol dengan temannya, tapi lama-kelamaaan dia menyadari ada batang penis yang menempel di belahan pantatnya, dia pun mulai terdiam, kesempatan ini aku ambil untuk membuka pembicaraan
dengan dia, “Mau ke mana mbak?”, tanyaku. ”Ke Monas ada munasyoroh” jawabnya, merdu sekali suaranya. “Maafya desek-desekan”, kataku. Sejak dari pasfest aku sering menggesekkan penis ku ke pantatnya, nikmat sekali belahan pantat akhwat ini, empuk dan berisi, dia kadang tampak risi, tapi karena tahu kondisi dia diam saja, sesampainya HI kondisi macet total karena ratusan ribu massa Partais berkumpul di sana, setelah 30 menit menunggu kondisi tetap seperti semula, banyak suara sound system yang meraung keras. Aku makin berani menempelkan penisku dan tanganku mulai meraba pinggulnya, dia tampak menyadari hal tersebut namun karena malu dia diam saja, tanganku meremas pantatnya beberapa kali dan kadang turun ke paha, tanganku yang satunya berusaha menelusup lewat ketiaknya untuk menyentuh bukit indah di dadanya.Setelah sekitar 5 menit aku meremas pantatnya, akhwat itu tampak menikmati bercampur marah, dan kemudian membalikkan badannya sambil mendelik melotot.

nur aini dwi hapsari - jilbab perawan (1)

Kemudian aku memanfaatkan kondisi itu untuk secepat kilat mengambil pisau di saku, dan menusuk ke perutnya. Si akhwat tampak kaget, sambil bertatapan aku berkata “diam”. Kemudian kuambil tangannya dan ku tempelkan kepada penisku dan menuntunnya untuk membelainya, mau tak mau akhwat itu harus menuruti perintahku, kemudian ku keluarkan penisku dan tangan mungil itu kupaksa mengocok penisku, nikmat sekali rasanya. Mata kami terus bertatapan, dan lama kelamaan tampak sayu lah mata gadis itu. Tangan ku yang satu mulai bergerilya ke bagian payudara, dan meremas-remas dadanya. Karena posisi yang rapat orang di sekeliling tidak menyadari, dan hanya melihat-lihat keramaian di luar.

Di tengah keheningan kami, sang murrobiyah dari jauh berkata, ”Ayo turun saja”. Aku pun bersungut dan mengikuti mereka dan berbisik ke pada si akhwat yang kuketahui bernama Ulva, jangan bilang ke mereka. Ulvah hanya menunduk mungkin karena malu dan takut. Aku terus berbaur dengan mereka sambil ikut meneriakkan yel-yel.

Aku menempel Ulvah dan berada di paling belakang dari kami ber enam, mereka sibuk dengan aktivitasnya serta mengurusi kedua anak sang murrobiyah.

nur aini dwi hapsari - jilbab perawan (7)

Aku mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol ulvah tapi tidak dijawab,sepanjang perjalanan aku sering meremas pantat ulvah dan kalau kondisi berdesakan aku keluarkan penis untuk minta dikocok, suatu saat aku tidak tahan dan muncratlah air maniku ke luar, aku pun pura-pura bego dan tetap bersama mereka.

Ketika sampai di perkebunan Monas, aku paksa Ulvah untuk memisahkan diri, tentu saja dengan pisau ditodong ke balik jilbab ulvah. Aku mencari tempat di sebelah mushola di mana kondisi tidak terlihat siapapun, dan kembali memaksa ulvah untuk mengulum penisku dengan mulut mungilnya.

Setelah selesai aku kembali membaur, saat acara selesai kami pun pulang bersama…Di Bus Ulvah hanya diam dan tampak lelah, sebagaimana yang lain juga kelelahan. Sepanjang perjalanan penisku senantiasa menempel di belahan pantatnya….nikmat sekali pengalaman hari itu.

Sesampai di DPP aku hanya bertukar senyum dengan murrobiyah, aku berharap esok hari bertemu Ullvah lagi.

Beberapa hari sesudah kejadian di Busway dan taman Monas itu, Ulvah agak menjaga jarak denganku. Mungkin dia takut, walaupun aku merasa kalau Ulvah juga menikmati pelecehan yang aku lakukan atas dirinya. Namun dia menjaga jarak sebab dia tau kalau aku sudah punya istri dan anak. Namun aku bermaksud menjadikan Ulvah bini keduaku. Aku ingin menikmati Ulvah lebih dari sekedar melecehkan akhwat berjilbab lebar itu.

Maka aku bercita-cita pengen banget bisa menculik akhwat cantik itu untuk tau isinya itu seperti apa sih….. Waktu itu aku lihat Ulvah yang sedang memakai pakaian yang serba hitam, berjubah panjang hitam dan berjilbab sampai lutut. Aku tahu kebiasaannya setiap hari kalo pas keluar dari kos-kosannya. Ternyata setiap hari libur dia pasti keluar untuk pergi ke toko buku yang ada di sekitar komplek tempat kosnya Ulhav.

nur aini dwi hapsari - jilbab perawan (2)

Keingintahuan diriku makin membesar, muncul lah ide buat menculik Ulvah. Waktu itu dia pas siang hari seperti biasa dia keluar rumah jalan sendirian dengan pakaiannya yang serba hitam lengkap dengan cadarnya. Walau hanya matanya saja yang terlihat tapi mata itu kelihatan begitu indah dan jalannya begitu anggun yang bikin aku makin napsu aja.

Aku langsung ikuti Ulvah dengan mobil. Di tempat yang agak sepi, aku sedikit pepetkan mobilku yang lagi jalan pelan itu ke pinggir ke tempat dia lagi jalan. Tentu saja dia kaget dan terjatuh. Lalu aku keluar untuk melihat dan meminta maaf.

“Maaf Vah, kamu tidak apa-apa?” tanyaku. Dia baru saja bangun dari jatuhnya dan kaget tapi dia menjawab juga sapaanku itu sebab kami memang sudah saling kenal.

“Oh nggak papa mas, cuma lain kali hati-hati dong nyetirnya,” sahutnya.

“Maaf ya sekali lagi maaf nih saya tidak sengaja, tiba tiba ban mobil saya terasa aneh nih. Begini saja deh sebagai tanda maaf saya saya akan antar adik ke tempat tujuan adik dengan aman tentunya, saya janji deh,” kataku

nur aini dwi hapsari - jilbab perawan (6)

Terlihat dia sedikit ragu dan curiga dengan ajakan saya, sebab tentu dia ingat perlakuanku di Busway dan Monas dulu. Setelah lama terdiam akhirnya diapun mau dengan alasan kakinya sedikit sakit dan dia berpikir mungkin itu niat baikku sebagai tanda penyesalan dan minta maaf. Akhirnya saya bukakan pintu mobil agar dia masuk, setelah itu aku berputar untuk kembali masuk ke posisi kemudi.

Sambil jalan, aku mengeluarkan saputanganku yang sudah saya kasih chlorofom atau obat bius yang memang sudah aku siapkan. Waktu aku masuk, aku langsung bekap aja dia dengan saputangan yang sudah mengandung obat bius itu. Dia segera meronta, namun walau dia menggunakan cadar tapi akhirnya dia mulai lemas juga karena aku kasih obatnya lumayan banyak.

Di dalam mobil waktu dia sudah setengah pingsan, aku lepas bekapanku dan aku segera menjalankan mobil ke tempat temenku yang waktu itu memang kosong. Karena kita begitu akrab, aku sudah biasa dan punya kunci serep rumah dia karena aku sering maen ke rumahnya dan aku menunggu dia pulang seperti rumah aku sendiri.

Setelah memarkir mobil aku angkat Ulvah untuk dipindahkan ke dalam rumah. Waktu aku angkat terasa sekali tubuhnya ternyata begitu empuk dan tangan Ulvah yang sedang aku pegang itu juga begitu halus dan itu membuat aku semakin ingin cepat-cepat ke dalam untuk memuaskan rasa ingin tahuku.

Aku letakkan dia terlentang di tempat tidur yang keempat sisinya terbuat dari besi. Pertama yang aku lakukan adalah membuka cadarnya sehingga aku akan dengan leluasa melihat wajahnya yg selama ini disembunyikan di balik cadarnya. Aku nikmati kecantikannya tanpa cadar  beberapa saat..

Wowwwwwww..!! cakep bangettttttttttt..!!!!!

Bibir Ulvah yang tipis dan sedikit basah mengkilap itu begitu indah dan kayanya enak untuk dinikmati. Aku berpikir sejenak, apa yang akan aku lakukan. Untuk jaga-jaga kalo nanti dia sadar dan berteriak gimana? Kemudian aku ambil beberapa women handkerchief dan aku gulung2 jadi seperti bola dan dengan pelan2 aku buka mulutnya dan aku sumpalkan bola saputangan tadi ke dalam mulutnya..aku akan tambah beberapa lembar women hanky lagi ke dalam mulutnya kalo aku rasa kurang penuh.. (aku sengaja pake women hanky krn selain warna-warni, aku juga bisa nambahin beberapa kalo kurang penuh tanpa takut kepenuhan krn bentuknya yg kecil2 dan tipis..kalo pake kain yg tebel2 takut terlalu penuh dan tidak nyaman).

nur aini dwi hapsari - jilbab perawan (5)

Aku ambil scarf yg rada tipis dan aku pilin jadi seperti tali agak tebal dan aku ikatkan di tengah sumpal mulutnya yg terlihat penuh dan menyembul keluar.. aku ikatkan scarf tadi dengan kuat ke belakang kepalanya dan sekarang yg terlihat di mulutnya adalah sumpal yg penuh dan di tengahnya tertahan oleh scarf yg terikat kencang. Aku ambil lagi sebuah bandana berwarna, aku lipat lebih lebar dari scarf tadi kemudian aku ikatkan menutup seluruh sumpal yg ada dimulutnya. Aku sedikit tekan sumpal di mulutnya biar lebih masuk lagi krn aku mau sumpalan itu bener-bener kencang jadi Ulvah bener bener nggak bisa mengeluarkan suara apapun kalo sudah sadar nanti. yang terdengar cuma mmmmppphhh…mmmppphh..

Aku pastikan lagi kuatnya sumpalan di mulutnya itu dan yakinkan kalo dia sudah tidak akan mampu mendorong sumpal mulutnya keluar sehingga berteriak saat sadar nanti. Aku perhatikan wajah cantik yang sudah nggak berdaya itu, dia begitu seksi dengan mulut tersumpal kaya gitu. Setelah itu aku mulai pasangkan lagi jilbab dan cadarnya dengan rapi seperti semula sehingga kalau ada yg melihat dia gak akan tau kalo sebenernya mulutnya disumpal dengan erat dan tidak bisa bersuara. Kemudian aku singkapkan pakaiannya karena aku akan mengikat tangan dan kakinya supaya dia tidak bisa lari waktu sadar nanti..

Wow tubuh yang sangat indah dan montok. Tubuh Ulvah yang ditutupi dengan jubah yang panjang dengan jilbab dan cadar. Nikmatnya tubuh Ulvah! Aku ambil beberapa tali dan aku ikat tangannya jadi satu ke belakang sehingga toketnya semakin membumbung ke atas dan terlihat semakin seksi. Kemudian dengan tali panjang ikat ke tiang besi di atas kepalanya lalu aku ikatkan ke lehernya tapi tidak terlalu kencang jadi Ulhav nggak tercekik. Aku ikatkan tali ke tiang yang berada di bawah satu aku ikat ke kaki kiri dan tiang satunya aku ikatkan ke kakinya yang satu lagi. Sehingga sekarang posisi kakinya sudah “mengangkang”.

nur aini dwi hapsari - jilbab perawan (4)

Akhirnya sedikit demi sedikit Ulvah mulai sadar, dia kebingungan memandang sekeliling dan ke arahku… Kemudian dia menggerakkan badannya dan mulai sadar apa yg terjadi….

“MMMmmmmpppphhhh….!!!!” Sekarang dia sadar betul kalo dia sedang dalam kesulitan.. Dia mulai menyadari kalo dia terikat dan hanya bisa sedikit saja meronta..Dan dia sadar mulutnya sekarang tersumbat penuh dan erat sehingga dia tidak bisa berteriak minta tolong kecuali …mmmmmpppphhhh…yg keluar dari mulutnya.. Dia sepenuhnya sadar kalo dia tidak berdaya sampai berusaha bangkit pun sama sekali tidak bisa karena tali yang mengikat lehernya itu tersambung ke tiang di ujung tempat tidur yg menahannya utk tetep nempel di ranjang.. dan dia akhirnya sadar bahwa dia sekarang sedang DICULIK!!….mmmppphh..

Semua keadaan tadi aku perhatikan dan aku bener-benar sangat menikmati keadaan tidak berdayanya itu, terutama keadaan di saat dia kaget dan melotot takut dan bingung ke arahku saat pertama sadar keadaannya yg nggak berdaya dan hanya bisa..mmpphh.. tanpa bisa lakukan yg lain.. Ekspresi bingung, takut dari sorotan matanya ditambah suara dari mulutnya yg tertahan oleh sumpalan itu..mmmppphh..mmmppphh.. itu yg membuat aku bener2 puas dan senang dan semakin ingin lebih lagi nyicipin bagian yang lain!

Aku sedikit menghardik dan membentak menyuruhnya diam saat dia tetep merengek di balik sumpalannya … Aku memintannya tenang dan berjanji tidak akan melukainya kalo dia tetep tenang dan menuruti perintahku. Aku mulai naik ke atas ranjang sambil membuka celana panjang lalu cd aku, yang memang sudah terasa sempit karena kontolku yag memang sudah bangun dari tadi. Ulvahh tetap berusaha meronta. Tapi untuk berapa lama?! pasti sebentar lagi dia akan mulai lemas dan terangsang juga. Merontanya sudah mulai memelan. Dan itu saatnya aku memuaskan hasratku sebagai laki-laki. Dia mulai menangis, terlihat dari airmatanya yang muali keluar dari ujung matanya, tapi aku nggak perduli, aku sudah semakin “horny”. Langsung aja “adik” ku, aku gue masukan ke dalam memek Ulhav yang terasa begitu sempit (ternyata dia memang masih asli alias masih perawan). Darahpun mulai keluar dari pinggir vaginanya. Sambil melihat seluruh tubuhnya yang sudah nggak berdaya dan tidak mengunakan pakaian sehalai pun kecuali cadar yang masih menempel di wajahnya itu, aku semakin merasa “on” dan makin kuat “memompa” dari lubang vaginanya itu sambil maju mundur dengan pelan-pelan dan menikmati gesekan di dinding vagina yang masih sempit itu. Wow asik bener sesekali terdengar suara rintihannya yang hanya terdengar mmmmmppppphhh!

nur aini dwi hapsari - jilbab perawan (3)

Nafasnya yang mulai ter-engah engah sepertinya dia juga menikmatinya. Hehehe… hari itu aku memang mendapatkan pengalaman yang tidak dapat terlupakan, aku bisa mencicipi gadis bercadar yang begitu alim ini.

Aku tidak melakukannya sekali, dia nggak langsung aku lepaskan, sesekali aku ngaso dulu sambil menikmati suara “mmmppppphh” itu dari mulutnya yang aku yakin bunyinya itu “tolongg, lepasin gue, jangan lakukan lagi” Hehehe aku sangat puas hari itu, sampai 5 kali aku menyetubuh Ulvah akhwat yang cantik dan sintal ini. Wow, pengalaman yang luar biasa. Ternyata di balik cadarnya itu tersimpan kecantikan yang siap dinikmati kapan saja dan oleh kontolku!

RINI

Hai, perkenalkan namaku Raeiny el-shubuchyi, panggilanku Rini. Usiaku 28 tahun dengan dua anak, yang pertama 3 tahun dan yang kecil baru 9 bulan. Suamiku sendiri adalah pekerja pasif di bidang sarana pendidikan. Sebagai orang dunia timur dan masih berdarah Mesir, aku sudah tinggal di Indonesia sejak lama, tepatnya di kota S. Suamiku yang hanya pekerja pasif membuatku sering tidak nyaman, apalagi kini aku hidup jauh dari orang tua kandung yang secara materi tidak kekurangan.

sexy hijaber (1)

Beruntung aku sudah punya 2 anak ditambah seorang adik sepupu yang membuat hidupku terasa lebih bergairah. Namanya Nakim, baru kelas 1 SMP, sudah 5 bulan sejak ia pindah ke tempat tinggalku untuk melanjutkan sekolah karena sekolah lamanya ditutup. Hari-hari kami lewati bersama, setelah Nakim pulang sekolah ia sering membantuku menjaga Fael, anak keduaku. Di sinilah cerita ini dimulai.

Semalaman aku tidak dapat tidur, bukan karena kedua anakku yang rewel, melainkan akhir-akhir ini aku merasa jenuh terhadap suamiku yang hanya mementingkan kebutuhan pribadinya saja. Soal materi aku sama sekali tidak kekurangan karena aku masih diberi uang tambahan oleh orang tuaku. Nafkah hasil kerja suamiku sendiri hanya cukup untuk makan sehari-hari. Nafkah lahir yang tidak mencukupi tidaklah menjadi beban bagiku, namun kenyataannya kehidupan keluargaku mengalami masalah karena suamiku yang menjadi kepala rumah tangga tidak memperhatikan kebutuhan batiniahku. Ia lebih berkonsentrasi pada pekerjaanya daripada memenuhi hasrat seksualku.

Kejenuhan ini semakin menjadi beban ketika suamiku mulai jarang di rumah, ia malah sering pulang ke rumah orang tuanya bahkan sering menginap. Dan waktu pulang pagi harinya langsung berangkat lagi ke kantor tanpa memperhatikan betapa istrinya juga sangat membutuhkan belaian kasih sayang. Kegiatan seksual kami hanya satu arah, yaitu aku sebagai istri tidak selayaknya ikut menikmati. Sungguh sebuah siksaan yang tidak kuketahui kapan akan usai, sampai datanglah kesibukanku mengurus kedua anakku, dan adik sepupuku. Oh, hari-hari yang tidak boleh aku keluhkan, aku harus tegar, dan tetap menatap ke depan.

Di suatu siang yang terik saat semua tanggung jawabku sebagai ibu rumah tangga selesai kukerjakan, tiba-tiba rasa dahagaku akan belaian kasih dan cinta bergelora seperti sedang berada di tengah ganasnya gurun melihat danau nan jernih, semangatku bangkit untuk menggapainya. Walau hawa panas dan badai pasir datang saling susul menyusul namun takkan menggoyahkan langkahku. Anakku yang sulung sedang ada di rumah orang tuaku dan yang kedua sedang asyik bermain denganku sampai Nakim pulang dari sekolah.

Seperti keseharianku, aku selalu mengenakan busana muslim dengan jilbab. Mula-mula aku minta Nakim untuk menjaga si kecil anakku dengan mengatakan ingin beristirahat setelah menyelesaikan kerjaan rumah, aku menuju kamar yang tidak tertutup rapat. Yah, kuakui aku juga seorang eksibisionis, sering kupertontonkan keindahan lekuk tubuhku dari balik jubah panjang yang kukenakan. dan di pagi itu. Nakim lah yang menjadi penikmatnya. Pernah kupergoki Nakim sedang mengintip saat aku mandi, namun kini akulah yang seolah membutuhkannya.

Dengan jubah panjang sutra hitam dan jilbab putih khas Turki, sungguh perpaduan yang elok, aku pun tidur membelakangi pintu sehingga pantatku akan tampak menonjol serta belahan panjang pada bagian bawah jubahku akan mudah tersingkap dan memperlihatkan betapa mulus pahaku. Kulit tubuhku yang putih tentu dapat menarik Nakim.

Dan saat-saat yang kunanti datang juga, si kecil menangis karena haus. Nakim membawanya ke dalam kamar dan dia tersentak melihatku. Aku mulai bangun kemudian duduk dan membuka satu per satu kancing jubah panjang yang kukenakan, lalu mengeluarkan payudara kananku sambil meremasnya sehingga tampak bergoyang-goyang indah. Nakim menatap tajam, tampaknya ia sangat menikmatinya karena terlihat berulang kali menelan ludahnya.

“Ehm,” kataku, Nakim tersentak kaget, “kok bengong?” tanyaku, dan wajah Nakim langsung memerah menahan malu.

“Eh, e-enggak, mbak. Maaf,” dia tergagap.

“Sini, biar mbak tetekin dulu adek.” kataku dengan satu payudara masih terburai keluar.

Nakim mendekat dan menatap tajam ke arah payudaraku, kuraih anakku dari gendongannya dengan tangan kanan, siku tangan kiriku dengan sengaja menyentuh selangkangan Nakim yang sedari tadi tampak menonjol. Hmm, penisnya sudah mengeras.

“Mbak, maaf Nakim lancing.” ucapnya bernada gemetar.

“Tidak apa, nanti kamu bisa lihat semuanya yang kamu mau, tapi biar adek bobo dulu. Tunggu mbak di kamarmu ya?” rayuku.

Segera kubaringkan tubuhku dan meletakkan anakku di sebelah, sambil kusingkapkan bagian bawah jubah. Tampak Nakim masih berdiri mematung, namun tetap kubiarkan ia menikmati ujung kaki hingga sebagian paha yang sengaja kuperlihatkan. Kusangka Nakim akan melangkah keluar, tapi bocah itu malah mengunci pintu kamarku dan mendekat lagi, lalu dia ikut naik ke atas ranjang. Kini Nakim tidak hanya menatap, namun langsung mencium pahaku yang sontak membuatku terkejut.

“Nanti di kamar Nakim saja ya?” pintaku.

“Nggak tahan, mbak.” sanggahnya, lalu Nakim melanjutkan mengecup-kecup paha kananku.

“Kim, kamu tahu mandi kucing?” tanyaku mengetes.

“Nggak, mbak.” balasnya sambil menggelengkan kepala.

“Mau tahu?” imbuhku.

Nakim menjawab cepat, “Boleh, mbak.”

Segera kuangkat kaki kananku ke arahnya, “Jilati ujung kaki mbak, Kim.” Dan Nakim langsung mengerjakan perintahku, “Mula-mula ibu jari, terus ke jari telunjuk, jari tengah, hingga kelingking…” bisikku lebih lanjut. Nakim dengan bersemangat mengulum ibu jari kakiku, lalu kembali ia kuperintah. “Terusin ke atas dong!” pintaku.

Nakim tampak menikmati permainan awal itu, dengan lahap ia menjilati setiap jengkal kulitku naik turun hingga basah mengkilap karena air liurnya. “Pindah ke kamarmu yuk, agar nggak ngganggu adek yang lagi bobo.” ajakku sambil beranjak dari ranjang.

Dengan sigap Nakim mengikuti langkahku menuju pintu, kubuka gagangnya dan kututup kembali pelan. Kami berjalan bersama, Nakim yang sudah tidak tahan segera memeluk pinggangku. Tiba di depan pintu kamar, ia mendahuluiku dan segera membukakan pintu. Kami masuk dan Nakim langsung menguncinya. Dengan tidak sabar kami pun berpelukan di balik pintu, saling raba dan saling cium. Tubuh Nakim yang hanya setinggi payudaraku membuatku harus menundukkan badan, bibir kami berpagutan, kedua tanganku memegang kuat kepala Nakim dan kuhisap-hisap bibirnya.

Nakim sekali-kali menjulurkan lidah menjelajahi mulutku. Tangan Nakim meremas kedua payudaraku, makin lama semakin kuat, membuatku merintih keenakan. Tak tahan, aku membungkuk berlama-lama dan kuangkat tubuhku untuk menghirup nafas yang terasa bagai kehabisan udara, kepala Nakim kini tepat berada di depan payudaraku. Kutatap wajahnya yang masih polos itu lalu kudekap kuat diantara kedua payudaraku.

sexy hijaber (2)

“Ini yang tadi kamu lihatin kan, sekarang bebas kamu apakan saja.” ucapku lirih.

“Boleh kucium, mbak?” tanyanya, kujawab dengan anggukan. Dan Nakim membuka jubahku hingga kedua payudaraku yang bulat padat terlihat jelas. Dia segera menciuminya, terutama di area putingku yang sedari tadi mengeras.

“Putingnya kamu isepin ya!” pintaku. Dihisapnya puting payudara kiriku beberapa kali, aku melenguh, “Uhh… uuh… uuh… hefs… lebih kuat lagi, Kim!!!” pintaku.

“Aahh… aahs… enak banget! Aduhh… lagi, lagi, yang keras! Hhess… ahh… ahh… ahh…” aku mengerang-erang dan menghentakkan kaki, lalu kubimbing Nakim menuju tepian ranjang dan aku duduk, sementara Nakim terus mengulum putingku dan sesekali diselingi dengan pilinan lidah dan gigitan kecil.

“Ouhhhhhh… uuuh… ouuuuuhhhhh…” lenguhku panjang saat Nakim menarik putingku dengan gigi dan kedua bibirnya mengatup-ngatup seraya menghisap panjang. Puas dengan payudara kiri, Nakim beralih ke payudara kanan, berulang-ulang Nakim menjilatinya hingga terasa basah, lidahnya terus berkelana ke setiap penjuru payudaraku seolah tak ingin melewatkan sedikitpun dari kulit tubuhku yang terbuka. Bibirnya merayap ke atas hingga ke batang leherku yang masih tertutup jilbab lebar yang masih kukenakan.

“Ahh… ahh… hees… aaah…” desahku diantara tarian lidahnya. Kubuka lagi kancing bajuku hingga terpampanglah perutku.

“Mbak mulus banget,” kata Nakim.

“Kamu basahin dengan lidah ya!” aku meminta, dan Nakim menurutinya. Bibirnya sekarang beralih ke pinggangku, lalu ke bagian punggung. Aku berputar agar Nakim bisa lebih leluasa, dan jilatannya terus meninggi hingga ke pundak belakang. Tangan kanannya yang sedang meremas pantat kutarik ke depan untuk meremas payudaraku, sementara yang kiri kumasukkan ke dalam jubahku dan mengarahkannya ke bagian selangkangan, kugosok-gosokan jemari tangan Nakim yang menyelinap dari atas, lalu kubiarkan tangannya berkreasi sendiri.

“Ashh… eshh… eshh… esttt… aaahh…” lenguhku seraya menggigit-gigit bibirku sendiri. Kedua tangan Nakim sudah lincah bermain-main di setiap bongkahan tubuhku yang masih padat dan sintal. Lalu aku berdiri dan kutanggalkan jubahku, namun masih menyisakan jilbabku. Terlihatlah tubuh indahku yang telanjang bulat.

Nakim menatap nanar vaginaku yang mulus tanpa rambut kemaluan, lalu ia langsung bereaksi, ia mengulum puting payudara kananku, sementara tangan kanannya meremas-remas payudara kiriku dan tangan kirinya mengusap-usap vaginaku.

“Ooohhh… oooh… Nakim suka tubuh mbak?” lenguhku sambil perlahan-lahan kubaringkan tubuhku di ranjang. Nakim masih terus mengulum dan menjilat-jilat payudara kiriku, lalu perlahan turun ke bagian perut, semakin turun hingga bertemu bibir vaginaku, dan ia menghisap disana.

“Auhh… auhh… uhhhhh… heeeef… gulung dan julurkan lidahmu, Kim! Aaaaagh…” perintahku, “Terus! Aaah… ooh… masukin kesini!!!” jariku menunjuk ke bagian lubang di depan hidung Nakim. Didahului dengan ciuman dan kecupan, lidah Nakim merojok-rojok lubang vaginaku dengan lincahnya.

“Nakim, kamu pilin daging kecil yang di atas ini ya?!” pintaku, “Ooooh… ohhhh… yah, yang itu! Iyah, di situ! Eehhhh… aaagh…” lenguhku ketika bibir dan gigi Nakim memainkan daging mungil vaginaku, ia menarik-nariknya dan…

“Ehrrr… ahhhhhhh… ahhhhhh…” erangku sambil mendongak, perutku mengejang, serta kakiku menghentak keras. Creet… crett… creet… creet… vaginaku menyemburkan cairan hangat ke mulut Nakim yang sedang terbuka, kepalanya kutarik mendekat agar ia menelan semuanya.

“Minum, Kim! Enak kan rasanya?” kataku yang langsung disambut Nakim dengan hisapan bibirnya. Ia menjilat dan menelannya semuanya sampai habis.

Certtt… certttt… certtt… keluar lagi dari dalam vaginaku cairan yang lebih kental dan banyak, Nakim menghisap dan menyapu semuanya hingga terasa bersih. Setelah rasa nikmat itu berlalu, segera tibalah giliranku. Kubuka resliting celana biru seragam SMP-nya, dan kukeluarkan penis Nakim, ukurannya kecil dan belum disunat. Bagiku tak masalah, pasti tetap bisa memuaskan daripada tidak ada sama sekali. Perlahan kujilati dari ujung hingga pangkal, lalu menuju testisnya, kubuka kulupnya dan kumasukkan ke dalam mulutku, kukulum perlahan sambil kumainkan lidahku.

“Ahh… ahh… ahh… enak, Mbak! Aah… aghh…” erang Nakim sambil memegangi kepalaku yang masih tertutup jilbab. Belum sampai 5 menit, tiba-tiba…

“Mbak, aku mau pipis! Aaaaaghhhhh!!!” tersemburlah mani dari penisnya yang masih berada di dalam mulutku, kutelan dan kuhisap habis cairan putih kental itu. Kujilati ujung-ujung glans penisnya sampai bersih.

Selanjutnya sambil tetap berpelukan, kami beristirahat sejenak. Nakim meremas-remas dan menetek di payudaraku, sementara aku mengusap dan membelai penisnya yang sebentar saja sudah mengeras kembali. Dasar anak muda.

“Nakim mau di bawah atau di atas?” ucapku lirih di dekat telinganya yang disambut dengan suara seraknya, “bawah aja, Mbak.”

sexy hijaber (3)

Nakim kubaringkan di tengah ranjang dan aku duduk di atas pahanya. Nafasku semakin memburu, kugenggam penis Nakim dan perlahan kugosok-gosokkan di bibir vaginaku, “Ohh… ohh… ohh…” terasa geli sekali, makin lama makin kencang penis kecil Nakim dan makin memerah.

“Ehhh… eeehgr… ehh…” akhirnya kumasukkan benda itu ke dalam pintu surga kenikmatan yang selama ini terjaga hanya untuk suamiku. Kumasukkan penis Nakim sampai pangkalnya, kemudian kugoyangkan pantatku berputar-putar, maju mundur dan sekali waktu kutarik-tarik.

“Heeef… heeeff… ehrrrrrr… enak banget, Mbak! Aahh… ahh…” Nakim merintih sambil meremas-remas bulatan payudaraku. Sekitar 6 menit aku menari-nari di atas tubuhnya hingga…

“Oahh… ouhh… ohhh…” aku mengerang saat Nakim memijit keras buah dadaku.

“Mbak, aku mau pipis lagi! Aaaaaaakhh…” erangnya dengan tubuh kelojotan.

“Iya, sama-sama yaa… aaaaaaaaagghh!!!” lubang vaginaku terasa disembur cairan hangat berulang-ulang. Nakim terkulai lemah sambil menatap wajahku yang tersenyum puas. Aku menyusul tak lama kemudian.

“Nakim mau lagi?” tanyaku sambil mengusap keningnya yang berkeringat. Tak kunjung mendapat jawaban, kurebahkan tubuhku di sampingnya.

“Nakim capek, pingin istirahat, mbak.” katanya lirih.

Kukecup pipinya dan kutatap wajahnya yang memang nampak kelelahan, lama aku menatapnya, bagiku Nakim seperti bayi yang baru lahir. Sesaat gairah seksualku musnah entah kemana, yang ada dalam benakku hanyalah sosok mungil yang terlelap dalam mimpi indah di awan putih.

“Eak… eakkk…” aku tersentak saat mendengar anakku menangis, mungkin ia terbangun dan merasa sendiri tanpa aku yang biasa menyanding di sebelahnya. Seorang ibu yang seharusnya memberi ketenangan kini malah sedang dibuai oleh lamunan nyata tentang arti sebuah kegersangan.

“Muach, selamat mimpi indah, Nakim.” ucapku meninggalkanya di awan khayal nun jauh di atas batas kewajaran. Kukenakan jubahku kembali lalu menghampiri anakku yang masih menangis, kubopong dan kuberi dia ASI untuk mengisi perutnya yang mungkin lapar. Ketika payudaraku menyeruak keluar, nampaklah jelas bekas gigitan Nakim yang kecil-kecil dan samar bagai goresan kuas diatas kain kanvas sang maestro. Dengan lahap anakku mengenyot-enyot dan ASI-ku keluar deras memenuhi rasa dahaganya.

Hampir 15 menit lamanya aku duduk di tepi ranjang, tanpa kusadari Nakim sudah ada di sebelahku, memperhatikan indahnya pemandangan yang tidak setiap anak seusianya dapat menikmati.

“Nakim masih mau lagi?” kataku lembut diiringi senyum yang kurasa pasti menggetarkan hatinya, dan tanpa menjawab Nakim mendekat serta memeluk pinggangku dengan tangan kanan serta tangan kirinya menempel di paha merayap naik-turun. Saat mencapai selangkangan, tangannya menerobos masuk, menimbulkan sensasi yang luar biasa dari ujung kakiku hingga ke kepala.

“Oohh… sabar ya, Kim. Tunggu sampai adek bobo lagi.” Kataku parau. Kini permainan Nakim lebih halus dan enyutan anakku memacu kencang degup jantungku.

“Aahh… ohhhh… tahan dulu, Kim. Mbak pingin pipis,” bisikku, tapi Nakim malah menjongkok masuk ke dalam bagian bawah jubahku, tangannya meraba-raba dan mengusap-usap vaginaku yang sudah basah kembali, lalu ia mulai menjilatinya.

“Aduh, Kim. Mbak mau pipis dulu!” rengekku.

“Mbak pipis sekarang aja, biar Nakim bantu, nggak usah ke toilet.” jawabnya membuat aku tersentak kaget.

“Kamu mau apa, Kim?” tanyaku.

“Nakim mau minum pipis mbak seperti tadi, rasanya enak.” Nakim terus menghisap-hisap vaginaku sambil merojok-rojok lubangnya yang sempit.

”Yang tadi itu bukan pipis, Kim.” aku memberitahu.

”Pokoknya mbak pipis aja, nanti Nakim minum.” sahut bocah itu tak peduli. Hisapan dan kocokan tangannya di vaginaku menjadi semakin cepat. Aku menjadi tak kuat lagi. Bukannya kebelet kencing, aku malah jadi mau orgasme sekarang.

“Ehrrrr… ehrrrr… ehrrrr… ini, Kim. Minum pipis Mbak!” dan pessssssssss… squirt-ku pun mengucur deras membasahi mulut Nakim. Ia menampung semuanya dan menelannya tanpa ragu.

sexy hijaber (4)

”Puas, Kim? Enak kan?” kataku dengan nafas terengah-engah. Kepala Nakim terangkat dan terlihat basah kuyup hingga ke bajunya, kenikmatan ini membuatku lupa bahwa aku sedang menyusui anakku yang sudah tertidur lagi. Setelah kubaringkan anakku, lalu aku peluk Nakim yang bengong dihadapanku.

“Di sini aja ya, mbak?” pintanya.

“Boleh, tapi jangan sampai ganggu adek yang lagi bobo ya?” dan kubuka kancing bajuku satu persatu lalu kutanggalkan lagi jubahku. Payudaraku yang menggelayut bebas, dengan sigap disergap oleh Nakim menggunakan mulut dan tangannya. Ia memijit dan meremas-meremasnya penuh nafsu, jilatan serta gigitan kecil silih berganti mendera-dera payudaraku kanan maupun kiri. Sambil perlahan berbaring di lantai, kukangkangkan kedua kaki jenjangku dan kukalungkan di pinggang Nakim.

“Bisa mulai sekarang, mbak?” tanyanya.

“Boleh, tapi biar lebih nikmat, mainin dulu yah yang ini!” jari telunjukku menunjuk ke klitoris. Nakim dengan sigap segera menggerakkan lidahnya mengutak-atik, menyapu, menghisap serta menggigit-gigitnya.

“Ouh… ahh… ouh… hessttt… ahhhhhh…” aku melengking tak tahan menahan kenikmatan dari surga bersama adik sepupuku ini. “Terus, Kim! Ohhhh… ahh… ahh… hemm… ohh… ahh… ehrmm… aduh, enak banget, Kim! Yah, yang itu! Hisap yang itu! Ooh… ohh… uuh…” kuraih penis Nakim dan kubimbing menuju lubang vaginaku yang lagi megap-megap, membuka-menutup.

”Masukkan, Kim!” aku meminta. Nakim mendorongnya, dan… Bless!!! penisnya yang masih kecil dengan mudahnya amblas tertelan oleh belahan vaginaku.

“Pompa tubuhmu! Ooh… ya, begitu! Hhah… hehh… ohh… lebih keras lagi, Kim! Aaaah…” lenguhku tak tahan. Sekitar 10 menit Nakim memompa vaginaku, hingga akhirnya…

“Aah… aagh… mbak, Nakim mau pipis lagi! Aaahhh!!!” dia menjerit dan banjirlah selangkanganku dengan cairan putihnya.

“Oh, hehh… heeh…” nafasku tersengal-sengal panjang pendek. Tak sampai satu detik, aku menyusulnya.

“Mbak puas?” tanya Nakim singkat sambil mencium bibir dan payudaraku.

Kuraih lehernya dan kukecup pipi dan keningnya, “Terima kasih ya, Kim, mau nganterin mbak ke puncak kenikmatan.” aku tersenyum tulus padanya. Dan penis kecil Nakim yang belum sempat ditarik keluar makin menambah kenikmatan ini.

Akhirnya kami berdua terkulai lemas dengan Nakim masih menindih tubuhku. Terbuai oleh sejuknya angin dari surga duniawi, kami tertidur pulas. Saat terbangun, kulihat jam dinding menunjuk pukul 16.30. kubangunkan Nakim dan kusuruh dia untuk memakai bajunya kembali, tapi dia menolaknya.

”Kenapa, kamu mau lagi?” tanyaku. Dia mengangguk malu-malu. Karena anakku masih belum bangun, aku tidak keberatan untuk melayaninya sekali lagi.

Kusuruh Nakim untuk naik ke atas tubuhku, sambil berpegangan pada bulatan payudaraku yang penuh oleh bekas cupangannya, kupersilahkan dia untuk menyetubuhiku sekali lagi. Setelah dia menumpahkan kembali spermanya di lubang vaginaku, barulah Nakim berdiri dan memunguti bajunya dan menghambur keluar kamar, karena tepat saat itulah suamiku pulang, suara mobilnya terdengar memasuki halaman. Aku yang masih lunglai segera meraih jubahku dan mengenakannya. Kusambut suamiku di pintu depan dengan senyum lebar selayaknya istri yang baik.

LASMI

Sebut saja namaku Fariz, 25 tahun, sekarang telah menjadi Guru. Bodiku seperti orang Indonesia pada umumnya, dengan tinggi 170cm dan berat 65kg. Kejadian yang aku ceritakan ini terjadi 5 tahun yang lalu yang mengakibatkan aku sangat tertarik dengan wanita yang gemuk tetapi syaratnya teteknya besar.

JILBAB MODIS KETAT (1)

Waktu itu aku seorang mahasiswa salah satu universitas swasta di Solo yang tinggal di Boyolali. Karena dekat, aku tidak kost, tapi tinggal dengan orang tua. Aku mempunyai tetangga, namanya Pak Slamet, usianya 35 tahun. Aku biasa memanggilnya mas Slamet, seorang sopir truk gandeng yang mengangkut susu dari Boyolali ke Jakarta. Mas Slamet mempunyai istri yang bernama mbak Lasmi, 30 tahun, seorang ibu rumah tangga yang baik. Mbak Lasmi sangat cantik dengan kulit putih, sedikit gemuk tetapi proposional karena pantat dan teteknya sangat besar untuk ukuran… aku tidak tahu, pokoknya menantang!

Sebagai tetangga dekat, aku sering main ke rumah mbak Lasmi ketika mas Slamet ada. Aku sangat hormat kepada beliau karena aku sudah dianggap adiknya sendiri. Dan aku waktu itu tidak sedikitpun berani menghayal ngentot dengan istrinya meskipun bodi mbak Lasmi sangat menggairahkan. Dan kuakui, aku gemar sekali onani, maklum seusia itu dan aku berprinsip lebih baik onani daripada lebih dari itu.

***

Suatu malam, karena memang belum mengantuk, aku jalan-jalan mencari teman ngobrol. Setelah muter-muter, tidak ada yang nongol. Aku berpikir, ke rumah mas Slamet saja karena beliau tidak bekerja, mungkin dapat teman ngobrol, untung-untung dapat makan minum gratis.

Pada waktu sampai di samping rumah mas Slamet, aku melihat kaca nako yang belum tertutup. Aku mendekati untuk melihat apakah kaca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang jahat yang membukanya. Dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi. Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako, tetapi langsung menutup kain kordennya saja.

JILBAB MODIS KETAT (18)

Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik, ternyata suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelan-pelan, dan darahku berdesir, ternyata itu suara orang yang lagi bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidur mas Slamet dan istrinya.

Aku lebih mendekat lagi, suara dengusan nafas yang memburu dan gemerisik dari goyangan tempat tidur terdengar lebih jelas. “Ssshh… hhemm… uughh… ugghh…” terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu.

Jelas itu suara mbak Lasmi yang sedang ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok, nampaknya penis mas Slamet sedang mengocok liang vagina mbak Lasmi yang tembem. Aduh, darahku langsung naik ke kepala, penisku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku betul-betul iri membayangkan mas Slamet menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi mbak Lasmi yang cantik dan bahenol itu.

“Oohh… sshh… bune, aku mau keluar! Ssshh… sshh…” terdengar suara mas Slamet yang tersengal-sengal. Suara kecepak-kecepok menjadi semakin cepat, dan kemudian berhenti. Nampaknya mas Slamet sudah ejakulasi dan pasti penisnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam vagina mbak Lasmi.

JILBAB MODIS KETAT (2)

Selesailah sudah persetubuhan itu, aku pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan penis yang kemeng karena tegang dari tadi. Akhirnya aku kembali ke rumah, ingin tidur tetapi ternyata sulit. Aku coba onani, bayangan yang keluar adalah mbak Lasmi. Aku malam itu membayangkan ngentot mbak Lasmi, malam itu onaniku begitu nikmat.

***

Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat tidurnya, kalau mas slamet pas ada di rumah. Walaupun nako tidak terbuka lagi, namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca nako yang tidak rapat benar. Aku jadi seperti detektif yang mengamati kegiatan mereka di sore hari.

Biasanya kalau mas Slamet tidak kerja, pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk ke kamar tidurnya. Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Apabila aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur, mungkin mbak Lasmi baru haid.

JILBAB MODIS KETAT (19)

Tetapi apabila mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih mbak Lasmi yang kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh mas Slamet), dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan. Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara mas Slamet dan khususnya suara mbak Lasmi yang keenakan disetubuhi suaminya.

***

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu mbak Lasmi juga biasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri mas Slamet itu. Orangnya memang cantik, dan badannya padat berisi, sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yang besar dan bagus. Aku menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin, karena mbak Lasmi istri orang. Kalau aku berani menggoda mbak Lasmi, pasti jadi masalah besar di kampungku. Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku.

JILBAB MODIS KETAT (3)

Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh mbak Lasmi…!!!

***

Pada suatu hari, aku mendengar mas Slamet ditahan di Polresta Solo karena kecelakaan yang mengakibatkan korbannya meninggal, sehingga mas Slamet harus bertanggung jawab meskipun dia tidak bersalah, mungkin karena dia mengendarai kendaraan lebih besar. Sebagai tetangga dan masih bujangan, aku langsung diajak mbak Lasmi untuk menengok suaminya di Polresta Solo. Dengan ikhlas aku mengantar mbak Lasmi dengan motornya karena beliau sedang kesusahan. Dan yang penting, aku mencoba membangun hubungan yang lebih akrab dengannya.

Hari itu aku terharu melihat mereka saling menangis meratapi nasib sial mas Slamet. Dalam perjalanan pulang, mbak Lasmi tetap sesenggukan menangis. Aku hanya bisa diam saja. Karena kacau pikirannya, mbak Lasmi membonceng seperti ketika dibonceng suaminya, tanggannya melingkar di pinggangku, otomatis teteknya yang besar menekan kuat ke pundakku, tapi tidak aku rasakan. Jujur, aku hari itu tidak terangsang karena akupun turut bersedih.

***

Dua hari aku sibuk kuliah dengan tugas yang menumpuk. Begitu tugas selesai, aku setelah pulang kuliah pingin tahu kabar mas Slamet karena kebetulan besok libur. Aku sambangi rumah mbak Lasmi. Aku ketuk pintu rumahnya.

”Permisi, mbak Lasmi!!!” kataku.

”Ya, sebentar. Siapa ya?“ teriak mbak Lasmi, kedengaranya dari kamar mandi.

”Saya Fariz, mbak!” kataku.

”Masuk dulu, Riz!” teriak mbak Lasmi karena aku memang sudah dianggap adiknya sendiri.

Aku masuk dan duduk di meja tamu sambil membaca majalah yang ada di meja. Lagi asik membaca, mbak Lasmi menegur. ”Kebetulan, Riz…”

Aku kaget, dan lebih kaget lagi saat melihat mbak Lasmi yang berdiri di depan pintu hanya dengan menggunakan handuk besar tetapi tetap tidak bisa menutupi seluruh tubuhnya yang montok, paha dan sebagian teteknya kelihatan. Aku tertegun.

”A-ada apa, mbak?“ jawabku gelagapan tanpa berkedip.

Mbak Lasmi hanya tersenyum, mungkin menyadari kekagetanku dan padanganku yang penuh nafsu abg. ”Maaf ngagetin, mbak ganti baju dulu aja.” katanya sambil masuk ke dalam kamarnya.

JILBAB MODIS KETAT (4)

Aku tidak berkedip memandang pahanya. Otomatis rudalku berdiri tegak. Pintu kamar ditutup, tapi aku masih bengong memandanginya.

Tak lama, mbak Lasmi keluar dari kamar. Ia kini mengenakan pakaian muslimah, baju panjang dan jilbab lebar menutupi bentuk tubuhnya yang sempurna, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan kemontokannya. Mbak Lasmi duduk di depanku sambil ngomong, “Maaf, tadi bikin kami gelagapan. Mbak nggak sadar kalau belum pakai baju, karena mbak mau ajak kamu ke rumah manager pabrik di Solo Baru. Bisa nggak? Untuk ngurus mas Slamet supaya cepat bebas.”

”Ok, mbak. Untuk mbak Lasmi yang cantik, apapun aku siap laksanakan.” kataku tanpa berpikir panjang.

”Oo, sekarang adikku mulai bisa ngerayu ya?” katanya sambil ketawa.

***

Akhirnya kita berangkat ke Solo Baru. Setelah ketemu dengan managernya, hasilnya sangat memuaskan. Perusahaan akan mengurus penahanan mas Slamet, maksimal seminggu sudah selesai.

Sehabis Isya, aku bersama mbak Lasmi pulang. Hati mbak Lasmi kelihatan senang banget. Dalam perjalanan, kami ngobrol dan mbak Lasmi minta mampir di bebek goreng Wong Solountuk makan dulu, katanya. Kami berhenti di warung bebek goreng, kita cari yang lesehan.

“Riz, kami mau dada apa paha?” kata mbak Lasmi sambil memegang dada dan pahanya yang montok.

“Ah, a-anu, mbak… dada, mbak!“ kataku gelagapan karena membayangkan dada mbak Lasmi yang membusung indah.

Setelah pesanan diserahkan ke pelayan, kita ngobrol. ”Kamu itu tadi kok jawabnya gelagapan… kaya orang bingung, Riz?“ tanya mbak Lasmi.

“Maksud mbak Lasmi gimana?“ tanyaku balik.

JILBAB MODIS KETAT (5)

“Tadi lho, ditanya paha apa dada kok bingung?” tanya mbak Lasmi lagi.

“Gimana ya, mbak, ngomongnya? Lha tanya paha, pegang paha. Ngomong dada, pegang dada. Lha kalau jerohan, pegang apa ya, mbak?” jawabku asal-asalan

“Hahaha… kamu ada-ada saja. Gimana ya, nanti di rumah tak jelasin!“ kata mbak Lasmi memancing.

Kami mulai mengobrol, mengenai masalah Mas slamet. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang. Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan kesempatan bagus sekali untuk mendekati mbak Lasmi.

“Mbak, maaf ya… ngomong-ngomong, mbak Lasmi kan sudah berkeluarga sekitar 3 tahun, kok belum diberi momongan ya?” kataku hati-hati.

“Ya itulah, Riz. Kami kan hanya menjalani. Barangkali Tuhan belum mengizinkan.” jawab mbak Lasmi.

“Tapi, mbak, anu… itu, mbak… anuu… bikinnya jalan terus to?” godaku.

“Ooh… apa?! Oh, kalau itu sih iya, Riz.” jawab mbak Lasmi agak kikuk.

Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minimal 2 kali bersetubuh. Terbayang kembali desahan mbak Lasmi yang keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.

“Tapi, kok belum berhasil juga ya, mbak?” lanjutku.

JILBAB MODIS KETAT (6)

“Ya itulah, tapi kami tetap berusaha terus kok. Ngomong-ngomong, cewek kamu kok nggak pernah diajak pulang?” kata mbak Lasmi.

“Saya nggak punya cewek, mbak. Nggak ada yang mau.“ jawabku.

“Mosok cowok cakep gini nggak ada yang naksir, mungkin kamu jual mahal?“ kata mbak Lasmi.

“Eh, benar nih, mbak, aku cakep? Ah kebetulan, tolong carikan aku, mbak. Tolong carikan yang kayak mbak Lasmi ini lho,” kataku menggodanya.

“Lho, kok hanya kayak aku? Yang lain yang lebih cakep kan banyak! Aku kan sudah tua, jelek lagi.” katanya sambil ketawa.

“Eh, aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak mbak Lasmi dong. Benar nih. Soalnya begini, mbak, tapi… eeh, nanti mbak Lasmi marah sama aku. Nggak usah aku katakan aja deh.” kubuat mbak Lasmi penasaran.

“Emangnya kenapa sih?” mbak Lasmi memandangku penuh tanda tanya.

“Tapi janji nggak marah lho…” kataku memancing.

Dia mengangguk kecil.

“Anu, mbak… tapi janji tidak marah lho ya?”

Dia mengangguk lagi.

“Mbak Lasmi, terus terang, aku terobsesi punya istri seperti mbak. Aku benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan mbak Lasmi. Aku menyadari ini nggak betul. Mbak Lasmi kan istri tetanggaku yang harus aku hormati. Aduh, maaf, maaf sekali, mbak. Aku sudah kurang ajar sekali!” kataku menghiba.

Mbak Lasmi melongo, memandangiku. Sendoknya tidak terasa jatuh di piring. Bunyinya mengagetkan dia. Dia tersipu-sipu, tidak berani memandangiku lagi.

Sampai selesai, kami jadi berdiam-diaman. Kami lalu pulang. Dalam perjalanan pulang, aku berpikir, ini sudah telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Jadi sambil menahan nafas, kucoba memegang tangannya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang kemudi. Di luar dugaan, mbak Lasmi balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan. Tidak ada kata-kata, batin kami, perasaan kami, telah bertaut. Pikiranku melambung, melayang-layang.

Mendadak ada sepeda motor menyalib motorku. Aku kaget.

JILBAB MODIS KETAT (7)

“Awas! hati-hati!” mbak Lasmi menjerit.

“Aduh, nyalip kok nekad amat sih?” gerutuku.

“Makanya, kalau naik motor jangan macam-macam.” kata mbak Lasmi.

Kami tertawa. Kami tidak membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah.

”Besok kamu kuliah tidak, Riz?“ tanya mbak Lasmi.

“Tidak, mbak. Kalaupun ke kampus, hanya cuci mata. Mau kemana, mbak? Aku siap mengantar.” jawabku penuh semangat.

“Nggak kemana-mana, cuma mbak perlu terima kasih ke kamu sehingga urusan mbak bisa ringan. Ada surprise untukmu!“ kata mbak Lasmi.

”Nggak usah, mbak. Aku tulus membantu, mbak. Kita kan tetangga.” jawabku.

“Aku percaya itu, tapi aku pengin merayakan keberhasilan ini sehingga mas Slamet segera bebas.” sambung mbak Lasmi.

“Ok, mbak, trus surprisenya apa?” tanyaku kaya orang bloon.

“Haha.. yang namanya surprise yang nggak dikasih tahu dong.” sahut mbak Lasmi.

“Ok, mbak, asal jangan dikasih uang, aku tak mau. Terus kapan?” tanyaku berharap.

“Kalau uang aku jelas tidak punya. Gini aja, setelah ini kamu pulang. Nanti jam sembilan, kamu ke rumah lewat samping. Jangan ada yang lihat, seperti biasa kamu main ke rumah. Pakai baju yang longgar, kalau perlu pakai sarung.“ jawab mbak Lasmi kaya sutradara.

“Kok suruh pakai sarung, apa saya disuruh jadi satpam di rumah mbak?” jawabku ngaco.

“Nanti tak kasih ayam spesial, kan kalau pakai sarung kekenyangan enak… kalau perlu tanpa daleman, haha…” kata mbak Lasmi semakin bikin penasaran.

“Ok deh, mbak, bikin tambah penasaran ayamnya kayak apa?” jawabku.

“Ayam yang tidak akan kamu lupakan selamanya!“ kata mbak Lasmi.

Tak terasa, kita sudah sampai di rumah. Aku antar mbak Lasmi sampai pintu masuk, lalu aku pamit pulang.

“Tak tunggu lho, jam sembilan, lewat pintu samping.” kata mbak Lasmi sebelum turun.

JILBAB MODIS KETAT (20)

Aku hanya mengangguk penuh tanda tanya, mbak Lasmi hanya tersenyum penuh arti.

Sampai di rumah, bapak dan ibuku sedang lihat TV. “Gimana, Riz, mas Slamet?” tanya bapakku.

“Anu, pak, bossnya yang tanggung jawab. Mungkin seminggu lagi keluar.” kataku sambil masuk kamar.

Aku malah bingung mau ngapain. Nanti mau dikasih apa sama mbak Lasmi? Aku hanya bisa tiduran di kamarku. Mending mandi saja dari pada harap-harap cemas. Setelah mandi, sesuai kata mbak Lasmi, aku pakai kaos oblong dan kolor. Jam sembilan terasa begitu lama, aku akhirnya ikut nonton TV sama bapak ibu. Jam setengah sembilan, bapak ibu masuk kamar. Kelihatannya payah, mungkin karena kerja seharian. Seperempat jam kemudian, kelihatannya mereka sudah tertidur. Aku semakin bingung, waktu kok tambah lama ya.

Jam sembilan kurang, aku masuk kamar. Kukunci semua pintu. Aku berpikir, akan kuturuti semua perintah mbak Lasmi apapun yang terjadi. Cepat kuganti kolorku dengan sarung, tanpa daleman apapun. Aku lewat jendela samping kamarku karena rumahku dengan rumah mbak Lasmi bersebelahan. Aku lihat kondisi sekitar, kelihatannya sepi. Aku berjalan ke rumah mbak Lasmi dengan hati-hati. Sampai di depan rumah mbak Lasmi, dengan ragu-ragu aku lewat pintu samping. Pintu itu masih terbuka sedikit, aku dorong pelan-pelan.

JILBAB MODIS KETAT (8)

“Tutup pintunya, Riz.” perintah mbak Lasmi mengagetkanku.

“Ya, mbak.” jawabku.

Aku masuk ke ruang tengah mengikuti mbak Lasmi, tanpa berani melihatnya sedikitpun. Setelah sampai di ruang tengah, lampu dinyalakan. Aku duduk di kursi dekat TV. Aku tidak berani ngomong apa-apa, suasana terasa kikuk. Kulihat mbak Lasmi memakai kain panjang dan kerudung dengan dandanan agak mencolok.

“Ayo kita rayakan keberhasilan tadi, kamu harus mengikuti perintahku.” kata mbak Lasmi. Aku mengangguk agak ragu. Mbak Lasmi menyadari itu. “Rileks aja, Riz. Tidak kusakiti kok, katanya mau ayam spesial?”

Aku mengangguk.

“Kamu sekarang duduk, nanti hanya boleh bergerak atau berbicara ketika kutanya.” sambung mbak Lasmi.

“OK, siap, boss!” jawabku mantap.

“Lha gitu itu namanya lelaki sejati,” kata mbak Lasmi.

Aku duduk, mbak Lasmi mengambil tali dan tanganku diikat di kursi. Aku pasrah saja. “Ok, sekarang terimalah pertunjukanku!” teriak mbak Lasmi sambil masuk ke kamarnya.

Aku bingung, jantungku berdetak sangat kencang. Mungkin kalau dilihat, aku kaya orang paling bloon di dunia. Tak lama, mbak Lasmi keluar dari kamarnya, masih pakai pakaian lengkap tetapi bawa tulisan : “Ayam Special ektra HOT!!!” sambil berjalan kaya pelayan genit.

Setelah berlenggak-lenggok, mbak Lasmi berdiri di depanku sambil berkata, “Mau ayam, Riz?”

Aku hanya mengangguk.

Mbak Lasmi kemudian mundur sambil berkata, “Nikmati cakar special…!!!“ sambil menyingkap kain bawahnya. Dia masih menggunakan celana sedengkul, kakinya yang putih tanpa cacat didekatkan sambil berbicara, “Selamat menikmati!”

Kakinya benar-benar putih, aku hanya bisa mengangguk-angguk pasrah.

JILBAB MODIS KETAT (9)

“Kurang kenyang, Riz? Nikmati sajian berikutnya, kepala spesial…” kata mbak Lasmi sambil melepas kerudungnya, rambutnya yang panjang terurai. menambah kecantikannya. Dia membelai rambutnya, memperlihatkan tengkuknya yang putih sambil bergoyang mendekatiku. “Gimana, Riz, mau lagi?“ kata mbak Lasmi.

Aku hanya menjawab, ”Ya,” dengan penuh nafsu. Terasa rudalku mulai bergerak. Aku berpikir, ini tujuannya pakai sarung…

“Ok, Riz, karena kamu mau, jadi kukasih lagi, sayap tanpa rambut spesial.“ kata mbak Lasmi sambil membelakangiku.

Aku melihat tanpa sanggup berkedip. Dari belakang, kulihat tangan mbak Lasmi mulai melepas kancing bajunya dan melepas salah satu dari tangan kanannya sambil menengok dan menjulurkan lidah ke arahku, kemudian disusul lengan kirinya dan melemparkan bajunya begitu saja, sehingga tali branya kelihatan dan punggungnya yang putih dan mulus terlihat dengan jelas. Mbak Lasmi berjalan mundur mendekatiku semakin dekat dan hampir menabrakku.

Aku kaget, dan langsung bilang. “Awas, mbak…!!!“

“Takut ketabrak, ya? Apa mbak dikira truk gandeng?“ kata mbak Lasmi. “Ini, Riz, nikmati sayap tanpa rambut!” lanjutnya sambil mengangkat kedua tangannya, mendekatkan ke arah kepalaku. Aku hanya bisa memandangi dan mencium aroma tubuh mbak Lasmi yang wangi.

“Gimana, Riz, mau yang lain atau sudah kenyang?” tanyanya.

”Belum, mbak. Ayam seperti ini nggak bikin kenyang!” jawabku sambil menahan nafas birahi.

JILBAB MODIS KETAT (10)

“Memang tidak bikin kenyang, tapi bikin kentang.“ kata mbak Lasmi sambil menunjuk sarungku yang menonjol. Aku sedikit malu, tapi kupikir wajar saja.

“Kalau belum, nih aku kasih paha putih dan gurih” kata mbak Lasmi sambil berjalan menjauhiku. Dengan gerakan erotis, dia melepas celana pendeknya dan melemparnya entah kemana. Mataku hanya tertuju pada pahanya yang putih dan mulus. Mbak Lasmi berjalan berlenggok-lenggok layaknya peragawati, dengan hanya memakai bra dan celana dalam saja.

Aku tidak bisa berkedip dan berpikir, body mbak Lasmi bener-bener sintal dan bahenol. Aku pandangi dari atas sampai bawah tubuh yang mulus dan menggiurkan itu. Mbak Lasmi yang mengetahuinya berkata, “Riz, kalau ditawari paha, yang dilihat paha dong… mosok matanya kemana mana,” sindirnya halus.

“Emm, nggak bisa, mbak. Soalnya yang lain juga menggoda, besar dan mantap!” jawabku jujur, tapi aku ikuti perintah mbak Lasmi, kufokuskan pandanganku melihat pahanya yang besar, yang putih dan bersih.

Mbak Lasmi berjalan mendekatiku, kaki paha kanannya didekatkan ke mukaku. Setelah puas kupandangi, kemudian ganti paha kirinya yang didekatkan, sambil berkata, “Gimana, Riz, pahaku. Bagus nggak?”

“Mantap, mbak. Aku jadi pengen menjilatnya.” jawabku penuh nafsu, ingin sekali menyentuhnya.

JILBAB MODIS KETAT (21)

“Sorry, Riz, belum saatnya. Nikmati dulu ini.” kata mbak Lasmi sambil menari dengan erotis. Aku hanya diam, tapi rudalku yang masih tertutup sarung sudah berdiri tegak seperti menara.

“Sekarang terimalah, dada montok rasa susu!!!” kata mbak Lasmi sambil berjalan mundur satu langkah. Tangan kirinya melingkar ke belakang untuk melepas kait behanya. Sekali tarik, lepaslah beha mungil itu. Isinya yang dari ditahan, meloncat keluar dengan indahnya, terlempar tepat ke mukaku.

“Ini yang kau suka kan, Riz?” mbak Lasmi menggoyang-goyangkan teteknya, menampar-nampar hidung dan pipiku. Benda itu benar benar besar, juga sangat empuk. Rasanya juga hangat. Aku jadi teringat film BF yang sering aku tonton. Bentuk dan besarnya sama, tapi ini asli, tanpa silicon.

“Riz, mau minum susu ini?” tanya mbak Lasmi sambil menyodorkan teteknya yang bulat besar ke mulutku. Benda itu terlihat belum menggantung, dengan puting sebesar ibu jari yang mengacung tegak ke depan, berwarna coklat kemerahan, benar-benar mantab.

“Emm, m-mau, mbak.” jawabku menahan nafsu.

“Lihatlah wadahnya dulu, gimana pendapatmu?” kata mbak Lasmi. Ia mendekatkan teteknya ke arahku. Begitu dekatnya hingga bisa kulihat urat-urat halus kehijauan yang tumbuh merata di seputar tonjolan bukitnya.

“Mantap, mbak… aku jadi pengen banget, mbak.” kataku dengan mata tak berkedip, tak ingin melewatkan pemandangan indah itu barang sedetik pun. Aku ingin menjilat atau meremasnya, tapi apa daya, tanganku terbelenggu di kursi. Kelihatannya mbak Lasmi pengin mengujiku.

“Tetek mbak gede banget, branya ukuran berapa, mbak?” tanyaku.

“Emangnya kamu mau ngasih?” jawabnya sambil mengelus-elus permukaan teteknya yang halus dan mulus.

“Enggak, mbak, aku lebih suka isinya bra. Tapi aku pengin tahu, mbak.” jawabku.

Mbak Lasmi mengambil branya dan memperlihatkan ukurannya. Dia berlagak kaya guru, menerangkan sambil memegang tetek dan branya. “Ini lho, Riz, ukurannya 38D. Karena mbak besar, maka lingkar dadanya juga besar, 38. Sedangkan D itu menunjukkan cup atau mangkoknya. Karena tetek mbak super montok, maka pakai D. Gimana, Riz, jelas?” tanyanya.

“Jelas, mbak. Jelas banget. Besok tak cari istri yang ukurannya kaya mbak Lasmi. Sudah cantik, bahenol lagi.” pujiku.

Mbak Lasmi tertawa. “Aku jadi tersanjung, Riz.” jawabnya dengan mimik muka bangga. Dia masih memain-mainkan teteknya, meremas-remasnya pelan sambil memilin-milin pentilnya, membuat benda itu semakin kelihatan besar dan menonjol, mungkin karena menahan nafsu juga.

“Riz, mbak mau kasih tahu semua milik mbak. Kamu orang yang kedua setelah mas Slamet. Kamu mau lihat memekku?” bisik mbak Lasmi dekat di telingaku. Suaranya parau.

Aku mengangguk. “Please, mbak. Aku sangat pengin melihat memek mbak!” jawabku penuh harap.

Mbak Lasmi mundur, kemudian mengambil kursi dan melepas satu-satunya kain penutup yang masih menempel di tubuhnya. Dia lalu mengangkang, membuka kedua kakinya lebar-lebar. Terpampanglah memeknya yang penuh dengan jembut, tapi rapi. Aku hanya bisa menelan ludah saat melihatnya, sambil berkata, “Hutannya kok lebat banget, mbak?”

“Riz, meskipun lebat, tapi memek mbak tembem. Ini yang bikin laki-laki ketagihan.” sahut mbak Lasmi sambil menyibakkan jembutnya.

Kulihat belahan vaginanya tanpa berkedip, tampak masih sempit dan memerah. Rudalku langsung berontak ingin menerobos sarungku. Mbak Lasmi yang mengetahuinya kemudian berdiri, ia mendekatkan memeknya yang berbau sirih itu ke mukaku. Kucium aromanya yang memabukkan dengan penuh nafsu.

“Gimana baunya, Riz, harum?“ tanya mbak Lasmi.

JILBAB MODIS KETAT (11)

“Wangi, mbak.” jawabku. ”Tapi agak basah, mbak pipis ya?” candaku.

“Kamu bisa aja, Riz.” mbak Lasmi tertawa, membuat teteknya yang besar berguncang-guncang indah karenanya. ”Karena kamu baru pertama kali, akan mbak jelaskan.“ katanya sambil kembali mengangkang.

Dia menunjuk-nunjuk memeknya, seperti guru biologi saja. ”Ini yang dinamakan memek, Riz, atau vagina kalau kata orang kota. Ini benda kenikmatan bagi para pria.” jelas mbak Lasmi sambil meraba memeknya.

Aku mengangguk mengiyakan.

“Yang kecil ini disebut itil, ini kelemahan wanita. Kalau disentuh atau dijilat, semua wanita akan kelabakan dibuatnya.” mbak Lasmi menunjuk bulatan mungil kemerahan sebesar biji kacang yang berada di bagian atas kemaluannya.

”Yang bawah ini, lubang tempat sarang burung.” mbak Lasmi membuka memeknya makin lebar, menunjukkan lubangnya yang masih kelihatan sempit dan mungil. ”Baru satu burung yang bersangkar di lubangku ini.” tambahnya.

”Punya mas Slamet ya, mbak?” tebakku.

Mbak Lasmi mengangguk. ”Aku sebenarnya pengin yang lain, Riz, yang lebih besar dan lebih panjang dari punya mas Slamet. Aku pengen dipuaskan.” katanya sambil memegang itilnya dan memasukan jarinya ke lubang memeknya berkali-kali.

“Mbak, kok jarinya basah, mbak?“ tanyaku memancing, mataku tak berkedip menatap tingkahnya.

“Iya, Riz. Mbak akui, mbak terangsang sekali sekarang, jadi memek mbak agak becek. Coba kamu cium ini.” dengan agak malu malu, mbak Lasmi mengoleskan jarinya di hidungku.

Aku kaget mencium aroma surgawi itu. “M-mbak, aku pingin ngentot, mbak!” kataku tanpa bisa dicegah lagi. ”Ngentot seperti mas Slamet.” seruku penuh nafsu.

“Jangan, Riz, belum saatnya.” jawab mbak Lasmi bijaksana meskipun aku yakin dia juga menginginkannya.

”Emang kenapa, mbak?” aku tidak terima dengan penolakannya. Sudah menggodaku seperti ini, dia malah nggak mau kuajak ngentot. Maunya apa sih?

Bukannya menjawab, mbak Lasmi malah mengelus-elus tonjolan burungku dari luar sarung. “Riz, kasihan ini adikmu, dari tadi berdiri terus. Mbak pingin lihat, boleh?” pintanya.

Aku hanya mengangguk.

JILBAB MODIS KETAT (12)

Dengan cepat, mbak Lasmi segera menarik sarungku. Kontolku yang sudah menegang tak karuan, langsung meloncat keluar, berdiri tegak bak tugu monas. “Ehm, gede juga kontolmu, Riz.” gumanya kagum.

”Gede mana dari punya mas Slamet, mbak?” aku bertanya.

”Lebih gede punyamu. Juga lebih panjang.” dengan tangan gemetar, mbak Lasmi memegangnya. ”Lebih kaku juga. Terasa keras banget, Riz.” bisiknya parau. Matanya yang bulat tak berkedip menatap batang penisku, terlihat sangat terpesona dan mengaguminya.

“Berarti boleh dong bersangkar di lubang mbak Lasmi?” kataku memancing.

“Jangan, kapan-kapan aja. Nggak sekarang. Biar aku kocok aja. Mbak yakin, anak seusiamu, pasti sering onani. Bener kan?” kata mbak Lasmi sambil mulai membelai dan meremas penisku pelan.

Aku hanya bisa mengangguk dan menikmati sensasi ini. “Mbak.. mbak.. oughhh…” desisku keenakan.

”Kalau onani, siapa yang biasanya kamu bayangkan?” tanya mbak Lasmi sambil tetap memainkan kontolku. Dia terlihat senang sekali, seperti mendapat mainan baru.

”Mbak. Mbak Lasmi yang aku bayangkan!” gumamku terus terang. Aku tidak perlu malu-malu lagi di depannya.

”Ah, benarkah?” dia tampak gembira mendengar jawabanku. Kocokannya menjadi semakin cepat dan nikmat.

JILBAB MODIS KETAT (17)

Aku hanya bisa bergerak-gerak menggelinjang tanpa perlawanan karena aku terikat, tidak bisa membalasnya barang sedikit pun. Padahal aku sangat ingin sekali menjamah dan membelai tubuh mulusnya itu. Terutama payudaranya, ingin aku meremas dan memijit-mijitnya dengan kedua tanganku, merasakan betapa empuk dan kenyal bulatannya. Putingnya yang menonjol kemerahan, akan kujilat dan kuhisap-hisap dengan mulutku. Ughh, tapi sayang aku tak bisa.

“Kontol seperti ini nih yang bikin wanita ketagihan.” kata mbak Lasmi sambil mengocok batang kontolku semakin cepat.

Aku jadi makin tak tahan. Terasa ada sesuatu yang mau meledak keluar dari dalam sana. “M-mbak, aku mau keluar.“ teriakku tertahan.

Mbak Lasmi bukannya berhenti, malah mengocok lebih cepat. Membuatku makin tak bisa menahan diri. Tak sampai tiga detik, aku pun meronta. ”M-mbak, aku keluar! ARRGHHHHH…!!!” Kurasakan sesuatu yang hangat dan nikmat menyembur kencang dari lubang kontolku. Spermaku yang kental berhamburan membasahi muka dan rambut mbak Lasmi.

Setelah semburan itu mereda, aku pun lemas. Beban yang aku tahan dari tadi, lepas lah sudah. Tubuhku terasa lelah, tapi sangat puas. Kurasakan ada sesuatu yang basah menyentuh ujung kontolku. Dengan nafas masih terengah-engah, aku mengintipnya. Ternyata mbak Lasmi yang tengah membersihkan sisa-sisa lelehan spermaku dengan menjilatinya lembut. Aku hanya diam saja, menikmatinya.

Mbak Lasmi terus mengulum dan mengemutnya, menampung semua cairanku di dalam mulutnya, termasuk juga sperma yang menempel di muka dan rambutnya, lalu menelan semuanya dalam sekali teguk. Dia tidak menyadari kalau kuperhatikan.

Setelah sadar, dengan agak malu mbak Lasmi berkata. ”Maaf, Riz, keterusan. Sperma perjaka, bagus buat obat awet muda.” terangnya.

JILBAB MODIS KETAT (15)

“Nggak jijik, mbak?“ tanyaku.

“Justru ini yang bikin ketagihan.” jawabnya sambil tetap mengelus kontolku. Merasakan itu, kontolku yang sudah lemas, langsung berdiri kembali. Mbak Lasmi kelihatan kaget saat melihatnya. ”Ini kontol kok nggak ada matinya ya?” katanya sambil nyengir.

Tanpa membuang waktu, dia kembali menjilatinya. Dengan tangan kanannya, mbak Lasmi mengocok batangku. Sedang tangan kirinya, sibuk mengobok-obok memeknya. Aku pingin menjamah tubuh mbak Lasmi, membantunya bermasturbasi, tapi aku masih terkekang. Akhirnya aku hanya bisa menikmati surprisenya sambil merem melek.

Tidak beberapa lama, aku kembali orgasme. Sambil menikmati sepongan mbak Lasmi, aku berteriak. ”Mbak, aku keluar! Aahhhh…!” rasanya nikmat, tapi tidak senikmat tadi. Spermaku yang muncrat juga tidak sebanyak tadi, dan kali ini agak sedikit encer.

Dengan sengaja, mbak Lasmi mengeluarkan kontolku dari mulutnya, sehingga spermaku kembali bebas berhamburan mengenai wajah dan teteknya. Mbak Lasmi menikmati dengan meratakan spermaku ke seluruh bulatan payudaranya, sementara tangan satunya tetap mengobok-obok lubang memeknya. Aku menikmati pertunjukan itu dengan mata sayu. Badanku benar-benar lemas. Aku kelelahan.

Tidak berapa lama, mbak Lasmi berdiri di atasku. Memeknya tepat berada di atas batang kontolku. Sambil tetap menusuk memeknya dengan jari, dia merintih, ”Aahhh… aku keluar, Riz… ahh… ahh…”

Tubuhnya berguncang-guncang saat cairan kenikmatannya menyembur dengan deras, mengguyur kontolku hingga basah kuyup. Rupanya begitu hebat orgasme yang diterima oleh istri tetanggaku itu. Setelahnya, mbak Lasmi duduk di kursi di depanku sambil mengatur nafasnya.

Beberapa menit kita berdiam diri, menikmati apa yang telah kita perbuat.

JILBAB MODIS KETAT (16)

“Riz, terima kasih ya, mbak bisa puas meskipun tanpa kita ngentot.” kata mbak Lasmi. Dia tersenyum manis sekali.

“Sama-sama, mbak. Ini tidak akan bisa kulupakan. Ini pengalaman paling menarik seumur hidupku.” sahutku.

“Maaf ya, kamu seperti kayak tahanan. Tapi ini supaya kita bisa control diri.” kata mbak Lasmi.

“Nggak masalah, mbak, yang penting enak banget ayam spesialnya. Hahaha…” candaku.

“Jangan minta yang lebih dari ini ya?” pintanya.

Aku mengangguk. ”Iya, mbak. Gini aja sudah enak kok.”

”Sekarang kamu pulang. Tapi jangan sekali-kali sentuh aku kalau talimu aku lepas, atau tidak ada lagi acara ayam spesial seperti ini lagi!!!” kata mbak Lasmi, mengancam.

“Ok, mbak. Kutunggu pelajaran selanjutnya dari mbak.” sahutku sambil mengangguk.

Mbak Lasmi kemudian melepas tali yang mengikatku. Karena sudah janji, lagian aku juga sudah sangat lelah, meski saat itu mbak Lasmi masih telanjang, aku tidak menyentuhnya sama sekali. Malah, dengan langkah gontai, aku segera merapikan pakaianku. “Mbak, aku pulang dulu ya.” pamitku setelah kukenakan kembali sarung dan bajuku.

“Iya, hati-hati ya, jangan sampai ada yang nglihat.” pesan mbak Lasmi di depan pintu.

“Ok, mbak. Kalau perlu apa-apa, bilang ke aku ya, aku ikhlas bantu mbak. Syukur-syukur kalau dapat hadiah lagi, hahaha…“ candaku.

“Maunya,” mbak Lasmi memencet hidungku. ”Sana, aku muak lihat kamu…” sambungnya sambil mendorongku.

“Muak? Memang kalau muak itu bisa bikin memek muntah ya?” kataku sambil ngacir meninggalkan rumah mbak Lasmi. Dengan tubuh masih bugil, istri mas Slamet melepas kepergianku.
.
Dengan hati-hati, aku masuk ke rumah lewat jendela kamarku. Kulihat jam di dinding, sudah pukul 12 malam. Berarti aku tadi main dengan mbak Lasmi hampir tiga jam. Dengan perasaan puas, aku rebahkan tubuh lelahku di kasur. Masih terbayang aroma memek mbak Lasmi, aku jatuh tertidur sampai pagi.

RINA

Pada suatu pagi, sekitar pukul 0830, aku yang sedang suntuk pergi ke sebuah hutan cagar alam kecil di selatan kota. Kota kecil ini sudah kusinggahi sekitar 3 minggu, dan aku masih lumayan betah. Segera kuparkir motor di tempat titipan motor, dan menyusuri jalan setapak masuk hutan yang sekarang sedang sepi karena memang bukan hari libur. Terasa sangat sejuk, pagi hari hiking menikmati rerimbunan pohon pinus di hutan cagar alam itu.

Ketika sedang berjalan menikmati kesunyian dan kesejukan hutan, aku melihat sesosok gadis manis berjilbab sedang duduk disebuah bangku dibawah sebuah rumah kayu yang memang disediakan untuk beristirahat. Dari bajunya yang atasan putih dan bawahan rok abu-abu, aku tau kalau dia adalah seorang siswi SMU. Segera otak kotorku bekerja dan membuat kontolku naik. Bayangkan, menikmati memek gadis cantik berjilbab pelajar SMU ditengah hutan yang sunyi dan sejuk ini. Segera aku menghampiri dan menyapa sang gadis itu. Yang sedang duduk termangu.

“assalamu alaikum..” kataku sedikit keras, memang sengaja mengagetkannya. Gadis berjilbab itu sedikit kaget lalu dengan cepat menoleh kearahku. Wajahnya cantik putih,d engan hidung mancung dan bibir tipis. Kacamata minus bertengger di hidungnya.

“wa alaikum salam.. ngagetin aja ihh..” katanya dengan tersenyum kecil. Suaranya yang lembut, menambah gejolak birahiku. Otakku berfantasi membayangkan suara lirihnya merintih2 karena memeknya kusodok2 dengan kontolku.

“lagi ngapain?” tanyaku. Sembunyi2 aku menatap tubuhnya. Sekal untuks eorang siswi SMU. Pantatnya bulat, tubuhnya padat berisi namun langsing, dengan tinggi semampai. Buah dadanya terlihat sedikit mononjol dibalik seragam putih osis lengan panjang dan jilbab putih yang terulur menutupi dadanya.

“lagi ngelamun.” Jawabnya sambil tersenyum manis.

“ngelamunin apa?” tanyaku lagi, memancing pembicaraan. Sambil semakin mendekat hingga disampingnya. Siswi berjilbab itu memandangku seksama seakan menilai, lalu menjlurkan lidahnya padaku, menggoda. Aku tersenyum.

“kenalin, Wawan.” Kataku sambil mengulurkan tanganku.

siswi berjilbab itu tersenyum dan menyambutnya. “Rina/” katanya. Tangannya yang bersentuhan dengan tanganku terasa sangat halus.

“lagi ngapain disini sendirian? Bolos yaa…” kataku mengganggunya. siswi berjilbab itu segera berdiri didepanku. “iya nih… lagi BT di sekolah..” katanya sambil menggerutu.

“emang kenapa? Habis putus cinta yah?” tanyaku nakal. “idih… nggak… sekarang jadwalnya olah raga… guru olah raganya rese… sukanya grepe-grepe..” jawab gadis cantik berjilbab siswi Smu itu. Tangannya sudah dilipat didepan dada, semakin membuat tonjolan buah dadanya terlihat. Hatikus emakin tidak karuan.

“tapi diam-diam suka kaaan…” kataku menggoda.

“idiiiih…” jawabnya sambil sok bergidik jijik. “jijik, tau…”

“eehhh… digrtepe-grepe bisa enak lhoo..” kataku terus memancing. Siswi berjilbab itu hanya tersenyum simpul sambil kembali menjulurkan lidahnya genit.

“eh Rin, mau gak, masuk lebih dalem ke hutan? Ada tempat yang buagus banget deh…” kataku. Padahal aku berbohong.

“yang bener? Ahh, gak mau ah… ntar Rina mau diapa-apain,lagi…” jawabnya, sambil masih tersenyum genit.

“gapapa deh… ayo ikut… diapa-apain kan gapapa kalo enak.” Kataku seolah bercanda. Padahal otakku sudah memikirkan banyak jurus untuk mendapatkan tubuh gadis cantik berjilbab itu.

“iya deh.” Jawab Rina akhirnya, membuat hatiku seolah meloncat saking senangnya. “tapi janji gak diapa-apain yah.” Jawabnya lagi.

“gak kok, ntar tak kasih yang enak2″ jawabku lagi. Akhirnya kamipun berjalan menyusuri jalans etapak sambil bercakap2 dan menikmati keindahan hutan.

Beberapa lama, setelah kami berada semakin masuk kedalam hutan, kami menemukan lagi sebuah tempat beristirahat. Sebuah batu besar panjang 2 meter, dengan atap dari daun pinus sekedar menahan jika ada hujan. Rina berlari kecil menuju tempat itu dan duduk dubatu itu.

“istirahat dulu, capek..” kata gadis manis berjilbab itu.

“oke.” Kataku sambil duduk disampingnya. “jadi gak nih, mau yang enak2?” kataku kembali memancing.

“gak mau ah.. emangnya Rina apaan..” katanya sambil pura-pura marah. Aku semakin medekatkan dudukku pada gadis berjilbab bertubuh sekal itu.

“yah, kan Rina cantik.. mas jadi gak tahan..” bisikku ketelinganya yang masih tertutup jilbab. Pelan kuraih tangan kanannya yang halus, lalu kuremas dan kubelai. Gadis cantik berjilbab itu menatapku, namun diam saja. Terlihat wajahnya merah karena malu. Segera siswi berjilbab itu menarik tangannya dan memalingkan tubuhnya agak membelakangiku, karena tatapan sayunya bertemu dengan tatapanku.

Pelan-pelan kupeluk Rina dari belakang pelan-pelan. Gadis cantik berjilbab berttubuh sekal itu sedikit berontak.

“jangan mas.. Rina gak mau..” bisiknya sambil sedikit berontak. “gapapa Rina, ntar mas kasih enak…” bisikku ke telinganya yang tertutup jilbab. Kudaratkan ciumanku di pipi kanannya. Rina masih tegang, mungkin karena tidak pernah dipegang cowok. Apalagi kontolku yang sudah ereksi dibalik celana jeansku dari tadi, menempel di pantatnya karena aku sudah duduk menkangkang. Kugenggam tangan kirinya dengan tangan kananku, tangan kiriku memeluknya, sementara bibirmu mulai menciumi pipi dan telinganya.
“Ohh..sstt” desisnya. Aku palingkan wajahnya sehingga aku mudah mencium bibirnya yang mungil, pelan saja dan siswi berjilbab itu mulai menanggapinya. Kupermainkan lidahku dengan lidahnya, sementara kuputar pelan-pelan tubuhnya sampai menghadapku (masih dalam keadaan duduk). Dengan cukup cepat kupeluk mesra dia agar tidak semakin berontak, kedua tanganku mengelus-elus punggungnya dan terkadang kuremas lembut kedua pantatnya. pantatnya begitu menggairahkan. padat berisi sampai-sampai ingin rasanya meremas dan menciuminya. Kontolku sudah semakin tegang. Pelan-pelan sambil terus kuciumi gadis SMU berilbab yang sudah pasrah itu, kubuka ritsleting celanaku dan kukeluarkan kontol besarku. Gadis itu seolah tertegun bingung karena tidak tau apa yang harus ia lakukan. Langsung kubimbing tangannya untuk mengelus-elus dan mengurut seluruh bagian kontol. Terasa nikmat kontolku dibelai dan diurut oleh tangan halus siswi lugu berjilbab itu.

Kusandarkan Rina pelan-pelan didinding kayu gubug istirahat itu, bibirku semakin bergerilya di seluruh permukaan wajahnya yang cantik.
.
“Ohh, sst..” desahnya, yang semakin membuatku bernafsu. Dengan bibirku yang tetap aktif, tangan kananku mulai menelusuri badannya, kuelus-elus pundaknya, lalu turun ke dada kanannya, menyusup kebalik jilbabnya, meremas buah dada sekalnya. Kuraba pelan, lalu mulai remasan-remasan kecil, siswi berjilbab itu mulai menggeliat. Buah dadanya terasa kenyal dan kencang, semakin kuperlama remasanku, dengan sekali-kali kuraba perutnya. Tanganku mulai membuka satu-persatu kancing seragam OSIS lengan panjangnya, dan menyusup masuk didalam bajunya, mengelus perutnya dan Rina kegelian. Tanganku yang masih di dalam bajunya, mulai naik kedadanya dan meremas kedua gunung kembarnya, jariku keselipkan dibranya agar menjangkau putingnya untuk kupermainkan.

Rina mulai sering medesah, “Sst.. ahh.. ohh” Karena branya sedikit kencang dan mengganggu aktivitas remasanku, maka tanganku segera melepaskans emua kancing bajunya dan kemudian kait branya kubuka, sehingga longgarlah segel 2 bukit kembar itu. Bajunya kusingkap kesamping, sementara Bhnya kusingkap keatas, menampakkan keindahan dadanya, putih mulus, kedua putingnya mencuat mengeras ingin dijilati. Sudah saatnya nih beraksi si lidah. Kujilati, kusedot-sedot, kucubit, kupelintir kecil kedua putingnya. Rina mulai meracau tidak karuan manahan nikmatnya permainan bibirku di kedua dadanya. Kubuka baju dan branya sehingga tubuh atasnya hanya tinggal ditutupi jilbab putih membungkus kepalanya yang sengaja tidak kulepaskan. Gairahkus emakin meninggi melihat gadis berjilbab yang lugu terengah-engah keenakan kurangsang dengan baju yang sudah terbuka memperlihatkan buah dadanya yang putih ranum menggunung.
Tubuhnya yang putih, dua bukit ranum dengan 2 puting mencuat indah, wajahnya memerah, keringat mengalir, ditambah desahan-desahan yang menggairahkan, sungguh pemandangan yang tidak boleh disia-siakan. Kuciumi bibirnya lagi, dengan kedua tanganku yang sudah bebas bergerilya di kedua bongkahan dadanya. Nafas kami menderu menyatu, mendesah. Perlawanan gadis cantik berjilbab tadi sudah tidak terasa lagi. .

Untunglah hutan itu sepi, sehingga desahan Rina yang semakin keras tidak membuatku takut ketahuan. Kulepas baju seragamnya dengan sedikit paksaan, kusibakkan jilbabnya sehingga tidak menutupi dadanya, lalu Kuciumi dan kujilati badannya, mulai dari pundak, turun ke dadanya. Sengaja kujilati bongkahan dadanya berlama-lama tanpa menyentuh putingnya, kupermainkan lidahku disekitar putingnya. kutempelkan tiba-tiba lidahku ke puting kanannya dan kugetarkan cepat, tangan kiriku mencubit-cubit puting kirinya, Rina semakin kelojotan menahan geli-geli nikmat. Enak sekali menikmati bukit kembar cewek jilbaban. Tangan kananku mulai merayap ke pahanya, yang masih tertutup rok abu-abu panjang, kuelus naik turun, terkadang sengaja menyentuh pangkal pahanya.

Terakhir kali, tanganku merayap ke pangkal paha, menyingkapkan rok abu-abu panjangnya keatas sehingga celana dalamnya terlihat. Dengan satu jariku, kugesek-gesek memeknya yang ternyata sudah basah sampai membekas keluar di celana pendeknya. Kedua kaki gadis berkulit putih berjilbab berwajah lugu itu langsung merapat menahan geli. Tanganku mengelus pahanya dan membukanya, menjalar ke kemaluannya, lalu semua jariku mulai menggosokkan naik turun ke bukit kemaluannya.
“Ah udah mass..uhh hmm.. aduuhh.. enakk..”, geliatnya sambil meremas pundakku erat. Kulumat bibirnya, tanganku mulai menyusup menguak CD-nya, meraba memeknya. Rina semakin terangsang, dengan desisan pelan serta gelinjang-gelinjang birahi. Tak lama kemudian siswi berjilbab itu mendesis panjang dan melejang-lejang. Ia menggigit bibir bawahnya sambil matanya terkatup erat, lalu memeknya berdenyut-denyut seperti denyutan kontol kalau melepas mani. Rina lalu menarik nafas panjang. Basah mengkilap semua jariku, karena mungkin Rina tidak pernah terasang seperti ini, lalu kujilat sampai kering.

“Mas jahat, katanya Rina gak akan diapa-apain..” kata siswi berjilbab bertubuh sekal itu sambil memelukku erat. “tapi Rina suka kan.. enak kan..” bisikku semakin bernafsu. Sudah saatnya kontolku dipuaskan. Kucium bibirnya lembut, kubimbing lagi tangannya untuk meremas dan mengurut kontolku. Gantian aku yang melenguh dan mendesis, menahan nikmat. Posisiku kini berdiri didepan Rina, kuturunkan celanaku dan kuminta Rina untuk terus memijat kontolku.

“harus digimanain lagi nih?”, tanyanya bingung sambil tetap mengelus-elus batang kejantananku. Terlihat disekitar ujung kontolku sudah basah mengeluarkan cairan bening karena ereksi dari tadi.
“Ya diurut-urut naik turun gitu, sambil dijilat seperti menikmati es krim” sahutku. Ditimang-timangnya kontolku, dengan malu-malu lalu dijilati kontolku, ekspresi wajahnya seperti anak kecil.

*****************************************************

Gadis berjilbab SMU itu pelan-pelan mulai memasukkan kontolku ke mulutnya dan “Ahh Rin, jangan kena gigi, rada sakit tuh, ok sayang?”
“Hmm, ho oh”, mengiyakan sambil tetap mengulum kontolku. Nah begini baru enak, walaupun masih amatir.
“Yess..” desahku menahan nikmat, terlihat semakin cepat gerakan maju mundur kepalanya.
“Mas, bolanya juga?” tanyanya lagi sambil menyentuh zakarku.
“Iya dong sayang, semuanya deh, tapi jangan kena gigi lho”.
Dijilati dan diemutnya zakarku, setiap jengkal kemaluanku tidak luput dari jilatannya, hingga kemaluanku basah kuyup.
“Ahh..ohh..yes..” desahku dengan semakin menekan-nekan kepalanya. Dimasukkannya batangku pelan-pelan ke mulutnya yang mungil sampai menyentuh tenggorokannya, kontolku dikulum-kulum, divariasikan permainan lidahnya dan aku semakin menggeliat. Terkadang d siswi berjilbab itu juga menjilati lubang kencingku, diujung kepala kontol, sehingga aku hampir melompat menahan nikmat dan geli yang mendadak.

Dilanjutkannya lagi kocokan ke kontolku dengan mulutnya. Pelan-pelan kubelai kepalanya yang masih terbungkus jilbab dan aku mengikuti permainan lidah Rina, kugoyangkan pantatku searah. Enak sekali permainan bibir dan lidahnya, Rina sudah mulai terbiasa dengan kejantanan cowok.

Akhirnya, badanku mulai mengejang, “Rin, aku mau keluar.. ohh ahh..” dan sengaja dipercepat kocokan kontolku dengan tangannya.
Croott crot crot creet.. air maniku berhamburan keluar banyak sekali, sebagian kena wajahnya dan mengotori kacamatanya, dan sebagian lagi meluber di tangan Rina dan kontolku. Rina sempat terkejut melihat pemandangan menakjubkan itu.

“iihh… jijik… apa nih mas..?” katanya sambil mengernyit.

“ini namanya pejuh, Rin.. coba aja enak lho.. bisa menghaluskan kulit kalo dilumurin ke wajahmu..”

Dengans edikit keraguan siswi berjilbab itu pelan-pelan menjilat air maniku yang meluber di kontolku.
“Asin dan gurih, enak juga ya Ko?”, katanya sambil menelan semua spermaku sampai habis bersih dan kinclong. Yang menyembur diwajahnya ia ratakan sehingga wajahnya mengkilap karena air pejuhku. Akus emakin terangsang melihat gadis berjilab melakuka nhal itu.

Tanpa membuang waktu lagi, aku yang mempunyai stamina dan birahi yang berlipat segera kembali mendorong badannya agar bersandar di dinding kayu gubug itu. Bibirnya yang indah dengan lipgloss itu kulumat dengan penuh birahi. kurasakan siswi berjilbab itu mulai mendesah dan menggeliat menahan birahi. Kuremas-remas dadanya yang sudah menunggu dari tadi untuk dinikmati lagi. Kuraba-raba lagi memek si Rina, pinggangnya menggeliat menahan nikmat sekaligus geli yang demikian hebat sampai pahanya merapat lagi. Kembali kusingkapkan rok abu-abunya ke perutnya, setelah tadi sempat turun lagi, sengaja tidak kupelorotkan CD-nya, karena aku ingin melihat pemandangan indah dulu. Wow, CD-nya pink tipis berenda dan mungil, sehingga dalam keadaan normal kelihatan jelas bulu-bulunya.

Lalu aku berlutut didepan selangkangannya. Kakinya kubuka diiringi desahan tertahan gadis SMU berjilbab berwajah cantik itu. Tangan kirinya menutup mulutnya seakan berusaha menahan nafsu birahi yang tak tertahankan. Tangan kanannya ada dipundakku, namun tidak berusaha menahan ketika aku maju dan mulai menjilati kedua pahanya dari bawah sampai ke pangkalnya, lalu kucium aroma lembab dan agak amis dari memeknya yang membuat laki-laki manapun semakin bernafsu. Kujilat sekitar pangkal paha tanpa mengenai memeknya, yang membuat Rina semakin kelojotan. Kupelorotkan CD-nya pelan-pelan sambil menikmati aroma khas memeknya, lalu kujilat CD bagian dalam yang membungkus kemaluannya. Sesaat aku terpesona melihat memeknya, bulunya yang tertata rapi tapi pendek-pendek, bibirnya yang gundul mengkilap terlihat jelas dan rapat, di tengah-tengahnya tersembul daging kecil.

Memek yang masih suci ini semakin membuatku bergelora, kontolku mulai berontak lagi minta dipijat Rina. Mulutku sudah tidak sabaran untuk menikmati sajian paling lezat itu, lidahku mulai bergerilya lagi. Pertama kujilati bulu-bulu halusnya, rintihan Rina terdengar lagi. Terbukti titik lemah Rina ada di memeknya, begitu siswi berjilbab itu menggerakkan pantatnya, dengan antusias lidahku menari bergerak bebas di dalam memeknya yang sempit (masih aman karena selaput dara berada lebih ke dalam).

Begitu sampai di klitorisnya (yang sebesar kacang kedelai), langsung kukulum tanpa ampun
“Akhh.. sstt.. ampuun… aduuhh.. enaaak.. stt” racau gadis perawan SMU berjilbab itu sambil menggeleng-geleng kepalanya yang masih terbungkus jilbab menahan serbuan kenikmatan yang menggila dari lidahku. Dengan gerakan halus, kuusap-usap klitorisnya dan siswi berjilbab itu makin kelojotan dan tidak begitu lama terjadi kontraksi di memeknya. Aku tau Rina akan klimaks lagi, makin kupercepat permainan lidahku. Sesaat kemudian, sambil tangan kirinya semakin menutup mulutnya semakin erat,gadis berjilbab berseragam abu-abu putih itu menjerit sambil badannya meregang. Mengalirlah dengan deras cairan cintanya itu, tentu saja yang telah kutunggu-tunggu itu. Kujilati semua cairan yang ada sampai memeknya mengkilap bersih, rasanya segar, gurih dan enak sekali.

Beberapa saat, kubiarkan Rina istirahat sambil tersengal-sengal mengatur napas terduduk lemah dibangku panjang digubug itu, bersandar didinding. Aku duduk disebelahnya lalu kupeluk erat dengan mesra, kukecup keningnya, dan kedua pipinya. Sambil memandangku, wajahnya tersenyum malu. Nampak wajahnya merah padam setelah mengalami orgasme, serta malu karena melakukannya denganku. Aku menduga baru kali ini siswi berjilbab itu merasakan nikmat begitu dasyat, sampai lemas sekujur tubuhnya. Setelah nafasnya mulai normal, kuciumi bibirnya dengan lembut.


“Nikmat sekali kan Rin? Ingin lagi? Masih kuat kan?” kataku dengan mencium bibirnya lagi.
Gadis cantik berjilbab itu hanya diam sambil memalingkan wajahnya, namun tidak ada penolakan dari tubuhnya. Kupalingkan lagi wajah cantknya menghadapku dan kucium rada lama bibirnya dengan lembut.
Pelan-pelan aku kembali memosisikan tubuhku dihadapannya. Kontolku tepat berada didepan memeknya. Kulepaskan celana dalam seksinya, lalu lambat-lambat kumajukan pinggulku, menggesekan kontolku ke memeknya.

“Oh..hmm..” gadis manis berjilbab itu kembali mendesah bergairah, pasrah kusetubuhi ditengah hutan yang sunyi itu. Baju seragam SMUny sudah teronggok dilantai gubug, disamping celana dalamnya. Wajah gadis alim berjilbab itu yang pasrah membuatku nyaris tidak mampu mengendalikan birahiku.

Kulumat bibirnya dengan rakus, tanganku bergerak ke bawah dan menggenggam kontolku, semakin intens menggesek-gesekkan kontolku ke memek ranumnya, membuat siswi berjilbab itu semakin menggelinjang karena rangsanganku. Sembari melumat bibirnya, tangan kiriku turun mengusap payudaranya dengan gerakan melingkar di bawahnya menuju ke arah puting lalu menyentil dan memilin pentil gadis cantik berjilbab itu. Kemudian gantian punggungnya kuusap dengan usapan ringan sampai siswi berjilbab itu merasa kegelian.

“Ohh.. Maas.. auughh.. gelii… Nikmat Maas..!!”

tangan kanan gadis berjilbab itu mencengkeram erat pundak kiriku sampai membuat pundakku lecet karena kukunya, sementara secara refleks tangan kirinya mulai ikut meremas-remas buah dada kirinya.. kakinya membuka lebar melingkar dipingganggku. Tatapan gadis berjilbab itu sayu, dikuasai sepenuhnya oleh nafsu birahi. nafasnya memburu. Siswi berjilbab itu memejamkan matanya. Desahan dam rintihannya semakin keras ketika kuciumi kening, pipi dan kujilat dan kugigiti daun telinganya dari luar jilbabnya.

“Rina, tahan yaa.. mas akan kasih kenikmatan buatmu.. tapi awalnya bakal sakit sedikit.. tapi kalo dah kebiasa pasti enak kok..”kataku menenangkan gadis manis berjilbab lugu itu yang akan kurenggut keperawanannya.

“mmhh… pelan yah mas.. Rina takut..” desahnya, namun tanpa penolakan karena sudah pasrah seratus persen.

Dengan birahi yang sudah di ubun-ubun, aku mengangkat sedikit pantat Rina, untuk memberi posisi nyaman pada persetubuhan ini. Kupegangi kedua belah pahanya dan semakin kubuka kakinya lebar-lebar. Terlihatlah belahan memeknya agak kehitaman dengan bagian dalam yang kemerahan, dihiasi rambut tipis.

“Aahh..”, Rina melenguh panjang, badannya goyang kekanan kekiri, kuberikan rangsangan tambahan. Kujilati pusar dan perutnya, lalu ke paha dan betisnya. Kugigit dekat pangkal pahanya sampai memberkas merah.
“Mass.. Kamu.. Oh.., sudah.. Rina nggak tahan..”.

kutatap wajahnya dengan tatapan menenangkan. Matanya sayu pasrah. Ia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan birahi dan mempersiapkan diri pada rasa sakit yang kukatakan akan dirasakannya. Susah payah kumasukkan kontolku yang sudah keras dan besar ke memeknya yang becek, dan.. Blesshh..

“Ouuhh.. Ohh..”.

Aku mulai memasukan kontolku ke liang memeknya pelan-pelan. Sulit sekali memasukan kontolku ke liang memek gadsis manis berjilbab itu saking rapatnya.

Rina berteriak, “Ahhh… sakiiittt mas!” Aku yang tidak peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan-pelan. Gadis berjilbab bertubuh sekal itu membalas dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap memeknya yang sangat nikmat itu…

“Ahhhh… sakittt mas..”, aku mulai mempercepatkan gerakan maju-mundur.
Rina berteriak, “Ahhhhhhhh”, aku mengeluarkan kontolku dari memeknya dan langsung keluarlah darah segar mengalir dari memek Rina turun ke pahanya, dan membasahi bangku tempat kami bersenggama. .

Setelah beristirahat beberapa helaan nafas, kembali kutekan pantatku perlahan dan dengan pelan dan teknik maju mundur yang membuat Rina semakin kelojotan, akhirnya masuklah semua kontolku ke dalam memek sempit legit gadis SMU berjilbab itu.

“Aahh.. Mas.. aduh Maas..sakit tapi enaakk.. aduuhh.. lagii..” gadis berjilbab berparas cantik dan lugu itu meracau dan mendesah mulai keenakan. Memeknya mulai terbiasa dihujam kontolku.

Rina menaikan pantatnya dan aku menekan lagi pelan-pelan, terus berlangsung beberapa lama, kian lama kian cepat.

“aduuhh.. Rina mau enak lagiihh..” Rina memekik.

Aku semakin kencang mengocok memeknya dengan kontolku. Siswi berjilbab itu diam sejenak sambil memegang lenganku.

“Sudah keluar lagi Rin?”
“Sebentar lagi.. Ohh..”

secara tiba-tiba kugerakkan pantatku maju mundur agak memutar dengan cepat, batangku terasa mau patah. Rina kelojotan sambil melejang-lejang nikmat.

“Ah..”. Rina meremas remas payudaranya dan menggigit jarinya sendiri dan matanya terpejam. Jepitan kaki di pinggangku menguat. Dinding memek gadis cantik berjilbab itu terasa menebal sehingga lubangnya menjadi lebih sempit.

siswi berjilbab itu memelukku dan mengulum bibirku, “An.. Mas.. Aku.. Hggkk.., Ahh.. Nikmatt..” Rina bergerak liar.

Kutekankan kontolku dalam-dalam dan kurasakan denyutan di dinding memek serta dasar rahimnya. Kontolku terasa disiram cairan yang hangat. Kutekan tyubuhnya didinding gubug dengan tubuhku. siswi berjilbab itu masih terus mengejang dan menggelinjang menikmati orgasmenya. Kubiarkan kontolku terendam dalam cairan memeknya. siswi berjilbab itu mendesah dan merintih penuh kenikmatan.

Kami diam sejenak. Kuberikan kesempatan untuknya beristirahat dan mengatur nafasnya. Matanya masih tertutup. Sejenak kurangsang memeknya dengan gerakan pada otot kemaluanku. siswi berjilbab itu mendesah dan membuka matanya. Dikalungkannya kedua tangannya pada leherku.

“RInaa.. sekarang giliran mas yaa..” kataku berbisik. siswi berjilbab itu mengangguk. Masih tersisa orgasmenya, dengan tubuh yang masih bergetar2.

Kugerakkan lagi pantatku maju mundur dan memutar. Perlahan-lahan dan semakin lama semakin cepat. Kurasakan memeknya lebih becek dari semula, namun aku tidak mau menghentikan permainan untuk mengeringkannya. Gesekan kulit kontol dengan dinding memek gadis manis berjilbab itu masih terasa nikmat. Gairah siswi cantik berjilbab itu mulai bangkit lagi. Iapun mengimbangi gerakanku perlahan-lahan. Setelah beberapa saat kemudian gerakannyapun juga semakin cepat. Kutarik pantatku sampai tinggal kepala kontolku saja yang menyentuh bibir memeknya, dengan gerakan cepat dan bertenaga kuhempaskan lagi ke bawah. Badan siswi cantik berjilbab itu terguncang.

Kurapatkan pahanya, kemudian kakiku menjepit kedua kakinya. Aku menurunkan tempo permainan sambil beristirahat sejenak. Sesaat kemudian kukembalikan pada tempo semula. Aku hanya menarik turunkan kontolku sampai setengahnya saja. Jepitan memek siswi cantik berjilbab itu lebih terasa. Kurasakan aliran darah di kontolku semakin cepat.

“.. Rina.. Aku mau keluar..”.
“Tunggu.. Kita bareng.. A.. Nnmas..”

Kukangkangkan kaki siswi cantik berjilbab itu kembali. Kedua betisnya kujepit di ketiakku. Dalam posisi demikian maka memeknya terbuka lebar sekali.

“Mas Wawan..”. Tubuh Rina menegang.
“Rina aku juga.. Mau.. Ohh..”.
“Ahh.. Nikmatt”.

Cairan memek siswi cantik berjilbab itu bertambah banyak, sementara itu ujung kontolku berdenyut denyut. Tubuhnya bergerak seperti kuda Sumbawa yang melonjak-lonjak liar.

“Rina.. Oh.. nih ku kasih pejuh… nikmatin sayaannghhh..”

Dan kemudian.. Crot.. Crot.. Crot.. kutumpahkan spermaku di dalam guanya sampai menetes-netes keluar.

“Tahan sebentar.. Ahh..”.

gadis cantik berjilbab itupun mendapatkan orgasmenya setelah berusaha sesaat sebelum kontolku berhenti menyemprotkan pelurunya. Kutekankan lagi kontolku, denyutan pada otot-otot kemaluan kami saling memberikan kenikmatan ekstra. Aku berguling ke samping. Kami berpelukan dengan badan bersimbah keringat. Jilbabnya basah karena keringat kami berdua. Sungguh nikmat bercinta dengan gadis perawan.

Setelah beristirahat beberapa saat, kami segera membenahi baju kami dan keluar dari hutan. Kembali kukecup mesra kening dan bibir gadis manis berjilbab itu. Kuminta ia meminum pil anti hamil yangs elalu kubawa, dan memberinya 3 lembar seratus ribuan untuknya.

Tidak lupa kuantarkan dia kembali kerumahnya karena jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan kuminta nomor Hpnya, kali aja aku kangen dengan jepitan memeknya.