ZURAIDA AND FRIENDS 4

hilda yulis - jilbaber hot (12)
Zuraida membiarkan jilbab putihnya tertiup angin, coba mendinginkan hatinya yang terasa begitu panas. Namun hembusan angin pantai selatan pun tampaknya tak mampu untuk mengusir rasa gundah, kesal, cemburu yang menggulung menjadi satu dan memenuhi lubuk hatinya . Wanita cantik itu sengaja menepi dari ramainya obrolan dan celoteh teman-teman suaminya, karena tak yakin dapat menyembunyikan emosi yang terukir diraut wajah nan cantik.
“Uggghhhh,,, Argaaaa,,,” jemari lentiknya mematah ranting kecil dengan kesal. Berkali-kali mengumpat, menyebut nama Arga dengan rasa kesal yang begitu mendalam.
Bukan perkara mudah bagi seorang Zuraida, disaat dirinya sekuat tenaga menahan birahi ketika gerbang dari liang kemaluannya dicumbu dengan hebat oleh lidah seorang pejantan, lelaki yang hingga kini dikaguminya justru dengan bebasnya mencumbu cairan cinta dari seorang gadis muda. Sedangkan Dako,,, yaaa,, meski sempat marah saat matanya secara jelas menyaksikan bagaimana suaminya dengan begitu nakal memasukkan batangan sosis ke dalam vagina Bu Aida, tapi amarah itu tidak sebesar saat menyaksikan lidah Arga yang terjulur memasuki liang kemaluan Andini.
“Argaaaa,,, koq ga berpasangan sama aku aja tadiii,,, iikkkhhhsss,,,” terisak pelan, menyeka kelopak matanya yang berair. Emosi, cemburu dan birahi semakin berpadu merongrong hati yang tengah labil.
Tapi tidak ada yang dapat dilakukannya, meski tau Arga masih menyimpan rasa terhadap dirinya, tapi status mereka tidak sendiri lagi. Sambil menyandarkan tubuhnya ke batang pohon kelapa, Zuraida coba meresapi semilir angin di tubuhnya yang berkeringat. Merasa tidak cukup, wanita itu mengangkat tepian jilbab, dan membiarkan angin yang berpacu mencumbu leher dan kaos tipisnya. Lirikan mata Mang Oyik yang terpesona pada sepasang payudara yang tercetak jelas, tak dihiraukannya. Batin Zuraida berujar, Toh,, lelaki itu sudah menyaksikan bagaimana payudaranya berloncatan saat dirinya ikut lomba balap karung. Ternyata rasa kecewa dan cemburu dapat merubah hati seorang wanita.
“Wooyyy,, Mang,, mlototin nenen bini orang mulu, kalo kepotong tu tangan baru nyahoo,,” seru Bu Sofie, membuat Mang Oyik yang tengah mengupas buah kelapa tersadar, tangannya bisa saja melayang kalo mata dan konsentrasi sange nya terus tertuju pada tubuh si dokter cantik.
Zuraida tertawa mendengar celoteh Bu Sofie atas kekaguman Mang Oyik pada tubuhnya.

Seperti inikah perasaan yang tengah dinikmati oleh para istri yang dilihatnya menggunakan rok pendek. Rasa bangga atas pengakuan para lelaki akan tubuh indah mereka. Zuraida tidak tau pasti apa yang diinginkan oleh hatinya, tapi kini tangannya mengakat jilbabnya lebih tinggi, mengibas-ngibaskan ujung kain itu seolah berusaha mengusir rasa gerah yang tak mampu diatasi oleh angin laut yang cukup kencang. Zuraida berusaha menahan tawanya saat Bu Sofie memites kepala lelaki berambut kriwel itu, sambil mengayunkan parangnya lelaki itu masih saja berusaha mencuri pandang pada payudara Zuraida yang bergoyang pelan karena kibasan tangannya.
“Kalau kau memang menginginkan wanita yang nakal, akupun bisa,,, dan nikmatilah rasa cemburu yang akan menderamu,,” bisik hati Zuraida, tersenyum sinis, kecantikan yang tercipta dari indah senyumnya yang menampilkan keanggunan seorang Zuraida seakan sirna, berganti dengan seringai tajam diatas hati yang bergemuruh.
Matanya menatap Arga, meski tidak dapat mendengar percekapan mereka, tapi tampaknya lelaki yang hingga kini masih dikaguminya tengah kebingungan menerangkan pada Adit tentang apa yang telah terjadi saat game. Dikelilingi oleh Dako, suaminya, dan Pak Prabu.

hilda yulis - jilbaber hot (11)
“Gaaa,,, santai aja ngapaaa,,, Adit juga ga marah koq meqi istrinya kamu kobel-kobel pake lidah,,,hahahaaa,,” Pak Prabu tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Arga.
“Asseeeem,,, cuma orang gila yang ga marah bininya dikerjain ama orang, Om,,, lagian kamu emang kelewatan ya Gaaa,, sempat-sempatnya ngerjain Andini,,” Adit terus mengomel, hatinya begitu panas melihat Andini yang sukses menghambur caira orgasme ke mulut Arga.
“Hadeeeehhh,,, kan aku udah bilang,, aku cuma berusaha ngeluarin sosis yang dimasukin istri mu ke Meqinya, disini justru aku yang jadi korban,,,” Arga mencoba membela diri. “lagian kamu juga udah bikin bini ku orgasme juga kan?,,” Arga balik menyerang Adit.
“Sudaaahh,,sudaaahh,, ingat,,, ini cuma permainan,” Dako coba menengahi, “Ingatkan dengan perjanjian kita, selama tidak ada saling paksa dan intimidasi, game must go on,”.
“dan sekarang bagi yang belum pernah nyicipin istrinya Munaf, aku udah ngasih jalan,,, tapi tentunya setelah aku,hahahaa,,,” ucapan Dako yang didendangkan dengan suara pelan itu membuat para lelaki menatap tubuh Aida.
Ibu muda itu tampak begitu sulit berjalan, giginya menggigit bibir, pahanya mengatup erat persis seperti wanita yang tengah menahan hajat buang air kecil.
“Asal kalian tau,,tadi aku liat kimpitannya sempit banget,,,dan kalian tau kenapa dia berjalan seperti itu?,,,” pertanyaan Dako membuat Pak PRabu Arga dan Adit serentak menggeleng.
“Meqi nya aku jejalin sama sosis,,,, aku berani taruhan? kalo meqi istrinya Munaf emang ganas, pasti sekarang tu sosis udah ancur,,,”
“Busyeeeet,,, dasar sinting,,”
“Oooowwwhhh,,, gila kau Koo,,,”
“Emang saraf lu ya,,, pasti kesiksa banget tu Bu Guru,,,” serentak ketiganya mengumpat.

“Asseeeemmm,,, tapi batang ku jadi ngaceng Koo,,, kalo ada kesempatan, kita hajar aja si Aida bareng-bareng,,, liat aja tuh pantatnya nungging banget,, pasti nikmat kalo di Doggy,,,” seru Pak Prabu sambil mengelus-elus selangkangannya.
“Tapi gimana dengan si Munaf,,,” tanya Adit yang kelimpungan membetulkan letak batangnya yang kut ngaceng, nyasar kesamping kiri celana.
“gampang,,, Arga, nanti kau ajak Munaf jalan-jalan ya,,, kau kan udah pernah nyicipin Bu Guru cantik itu,,,” usul Pak Prabu, membuat Arga mengangguk pasrah.
“Wooyyy,,, ada apa nih,,, lagi ngomongin istriku ya?,,,” tanya Munaf saat memergoki keempat teman kerjanya itu tengah memplototi istrinya, tangannya tampak membawa buah kelapa yang sudah dipotong pangkalnya, siap untuk dinikmati.
“Iya Naf,,, saat game tadi aku baru nyadar, ternyata istrimu cantik juga ya,, apalagi saat ngangkang di atas mulut ku tadi,,, hehehee,,,”

hilda yulis - jilbaber hot (1)
“Juaaancuukkk,, bilang aja kau mau ngentotin istriku,, gila Kau Ko,,” Munaf menyumpah serapah mendengar pengakuan Dako. “Tapi ga segampang itu,,, karena kali ini aku bakal memprotect istriku bener-bener lebih ketat,,hehehee,,”
“Bener nih?,,, jadi kamu bakal ngangkremin istrimu terus nih?,,, ga pengen coba ndeketin istriku,,,” tantang Dako sambil menoleh ke arah Zuraida, diikuti lelaki lainnya.
Sontak Zuraida yang memang tengah memperhatikan Arga yang berdiri di antara suami dan teman-temannya itu menjadi bingung, apalagi para lelaki menatap tubuhnya dengan pandangan penuh nafsu.
“emang geser otak ni orang ya,,, istri sendiri ditawarin ke kita-kita,,,” Munaf menggeleng-gelengkan kepala, diikuti Arga yang menahan nafas, hatinya tidak rela bila wanita berjilbab yang memiliki kenangan baginya itu dinikmati oleh teman-temannya.
“Emang gila kau Ko, tapi aku suka,,, hahahaha,,, kalo aku beneran bisa masukin ni batang ke meqi istrimu yang alim itu jangan marah yaa,,, hahahaa,,,” Pak Prabu terkekeh sambil mengusap-usap batangnya. Dan tingkah Pak Prabu itu jelas terlihat oleh mata indah Zuraida, dan saat itu juga membuang pandangannya ke arah lain.
“kita buktikan saja, siapa yang beruntung,,,hehehee,,” Dako tampak begitu yakin tidak mudah untuk menaklukkan istrinya.
“Ya kita lihat saja nanti,,hahahaa,, Ehh,, dimana kau dapat kelapa itu Naf,,” tanya Pak Prabu yang tergiur dengan Munaf yang asik menyeruput air kelapa langsung dari buahnya.
“Tuhhh, sama Mang Oyik,, aku aja pengen nambah lagi nihh,,” Pak Prabu dan Adit segera menuju ketempat Mang Oyik disusul oleh Munaf.

“Gimana Gaa,, masa kamu ga mampu ngenaklukin Istriku,, keahlian mu sebagai penjahat kelamin belum hilangkan?,,” tanya Dako blak-blakan saat mereka tinggal berdua, berdiri berhadapan.
“Sebenarnya apa sih yang ada diotak mu itu Ko,, dari rencana liburan, perjanjian yang ga masuk di akal, sampai permainan gila-gilaan di pantai inipun kuyakin semua adalah usulmu,,,”
Dako tertawa garing, lalu wajahnya berubah menjadi murung.
“Aku juga ga tau Ga,, aku hanya merasa bersalah pada istriku, sebulan yang lalu Zuraida memergoki aku selingkuh dengan Risna,”
“Risnaa?,,, Risna keponakanmu yang masih SMA itu? Owwwgghh kamu emang gilaa,, gilaa,,gilaa,, apa sih kurangnya Zuraida,,”
“Argaaa,,, kita ini sama, sama-sama cowok petualang,, kau juga sudah memiliki Aryanti yang cantik, tapi kau tetap saja bersemangatkan menghajar tubuh istri teman-temanmu kan?,,” meski pelan, penekanan suara Dako meninggi.
“Bahkan saat kami masih belum apa-apa kau sudah berkali-kali membuat Aida, istri Munaf terkapar, plus tubuh Lik Marni tentunya,,,dan pastinya kau juga merasa bersalah pada istrimukan?,,” Dako menatap Arga dengan pandangan tajam.
“dan Aku juga sama seperti dirimu Sob,,, aku sudah berulang kali berusaha membuang kebiasaan buruk ku ini, tapi sangat sulit, entah kenapa aku selalu tertantang untuk menaklukan wanita,” intonasi suara Dako mulai kembali datar. Matanya menatap kelaut lepas.
“Argaa,, kamu teman ku yang paling aku percaya, tolong bebasin aku dari rasa bersalah ini,,, Kamu tau?,, Zuraida tidak pernah sekalipun mengenakan pakaian seketat dan setipis itu di tengah orang banyak, dan aku tau saat ini dia melakukan itu bukan karena aku, tapi kamu,,”
Arga hanya terdiam mendengar pengakuan sahabatnya. Apa yang dikatakan Dako memang benar adanya.
“Aku juga tidak ingin membuat istriku menjadi liar, tapi aku ga tau lagi cara seperti apa agar semua terlihat natural dan mengalir apa adanya,,,” Dako menarik nafasnya dalam-dalam, lalu membuangnya dengan perlahan.
“Ko,, aku bisa menerima alasanmu itu untuk melakukan kegilaan ini, tapi itu tidak cukup, jujurlah,, sebenarnya ada apa?,,,” pertanyaan Arga menohok hati Dako. Sulit untuk berkelit dari Arga yang sudah sangat mengenal pribadinya.

Lagi-lagi Dako menarik nafas panjang. “Mungkin aku memang gila dan psycho, Sob,,” lelaki itu menatap Arga dalam-dalam. “Aku sangat terangsang bila melihat istriku yang alim itu dicumbu oleh orang lain,, aku merasakan sakit, tapi aku juga menikmatinya,,”
“Gilaa,,, pantas saja kau menawarkan istrimu sama mereka juga,,,” Arga menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Tidak Gaa,, kau salah,,, aku bisa merasakan itu bila kamu yang melakukannya,,, Kau ingat percumbuanmu dengan Zuraida di kost kita, sehari sebelum kau cuti dan pergi meninggalkan kami?,,,”
Arga terkaget, lagi-lagi kenangan masa lalunya kembali terkoyak. “Apaa,, apaa kau melihat semuanya?,,” tanya Arga gugup, sadar bahwa hal itu pasti sangat menyakitkan bagi Dako yang juga tengah mengharapkan Zuraida.
“Aku melihat semuanya,,, dan saat itu aku baru sadar bahwa kita menginginkan gadis yang sama, aku hampir saja mendobrak masuk saat melihat Zuraida begitu pasrah dalam pelukanmu,,tapi,,,” Dako menghela nafasnya.
“Tapi kau menghentikan cumbuan mu tanpa sebab,, sorenya, kau menghilang, meninggalkan aku dan Zuraida tanpa pesan sedikitpun.”
Arga tertawa tanpa suara, matanya seakan dapat melihat peristiwa beberapa tahun silam. “Aku tidak mungkin menghianati sahabatku,”
“Bego!!!,,,” umpat Dako. “Akhirnya, kau justru tidak tau betapa nikmatnya keperawanan seorang Zuraida.”
“Asseeeeem,,, jangan manas-manasin aku gitu lah,,,” Arga melotot memukul lengan Dako dengan wajah kesal. “Tapi, kau sudah memberikan seorang wanita yang tidak kalah cantik dari Zuraida,” Arga dan Dako bersamaan menatap Aryanti yang tengah ngobrol dengan Sintya, sesekali kedua wanita itu tertawa terkikik.
“Tapi,,, sekarang aku justru bingung, kenapa Aryanti bisa berubah seperti ini,,,” Arga mengegeleng-gelengkan kepala, menatap istrinya yang terlihat agak cuek saat duduk, rok nya yang lebar dan pendek tak mampu menutupi keindahan dari paha mulusnya.
“Hahaaha,,, kita cuma bisa berharap semua kebinalan ini berakhir saat liburan ini selesai, tapi Gaaa,, kurasa istrimu memang,,,”
“Apa? Memang nikmat? Kempotannya dahsyat? Goyangnya liar?,,, Asseeeem,, taik kau Ko,, tega bener ngehajar istriku depan belakang,,”
“Whuhahahahaa,,, jadi kau melihat kenakalan istrimu tadi malam,,, hahahaa,, Sorry Sob, sorry banget,” Dako tertawa terpingkal, “Tapi,,,kamu ga marahkan?”

“Eeee,, busyet dah, mana ada suami yang ga marah ngeliat istrinya digenjot habis-habisan sama orang, Aaahhh,, taik kau Ko,,,” Arga bener-bener mangkel mendengar tawa Dako, tapi apa yang bisa diperbuatnya.
“Tapi,, Game must Go on,,, dan masih ada sisa waktu untuk mendapatkan istrimu,,” lanjut Arga berusaha menghibur dirinya, sambil menatap Zuraida yang tengah digoda oleh Mang Oyik.
“Yaaa,, aku ingin kau yang melakukannya,, Aku hanya ingin menebus rasa bersalahku pada kalian berdua, Okeeeyyy,, ke ketempat Aida dulu, kasian banget tu Bu Guru jalannya mpe tertatih gitu,, hehehehee,,,” Dako menepuk pundak Arga, lalu berjalan menghampiri Aida, dengan sedikit memaksa lelaki itu menarik Aida ke sebuah bangunan kecil yang biasa digunakan sebagai gudang.
“Dasar bocah kentir,,, dari dulu mpe sekarang ga pernah berubah,,, doyan banget nyatroni bini orang,,,” Arga tertawa melihat tingkah Dako, tapi dalam hatinya justru menertawakan dirinya sendiri yang tak jauh berbeda dengan Dako.
Arga memasang kacamata hitamnya, dengan langkah pasti menghampiri Zuraida. Saat melewati meja Tangannya meraih sebiji buah kelapa yang sudah dikupas ujungnya, siap untuk dinikmati.
“Hai Zee,,, sudah minum es kelapa?,,” lelaki itu menawarkan apa yang dibawanya kepada Zuraida sambil menebar senyum lebar.
“Sudah,, makasih, kalo kebanyakan takutnya malah ga bisa ikut lomba lagi,, hadiahnya mobil Bu Sofie lho,,hehehee,,”
Arga bisa melihat senyum dan tawa Zuraida tampak sangat dipaksakan, hati lelaki itu bertanya-tanya, apa yang tengah dipikirkan oleh Zuraida yang berusaha terlihat santai dan cuek.
“Mang Oyik, toiletnya dimana ya?,,, anterin dong,,,” Zuraida berdiri, membersihkan pasir pantai yang melekat di celananya. “Gaa,, aku kebelakang dulu ya,,”
Arga terkaget dengan sikap Zuraida, terlihat jelas bahwa wanita itu sengaja menghindari dirinya. Arga semakin kaget saat Zuraida menggandeng tangan Mang Oyik, membuat lelaki berabut kriwel itu tersenyum girang.
“Ada apa dengan mu Zee?,,,” hati Arga terasa begitu sakit, tercampakkan.

* * *
Disaat yang sama, tak seberapa jauh dari Arga yang berdiri terpaku, Andini terlihat tidak nyaman, sepertinya gadis itu sedang disindir oleh Aryanti.
“Din,,, kalo kamu mau ngerjain suamiku, jangan ditempat umum begini,,, kasian Mas Arga dia pasti jadi malu,,,”
“Iya mbaaa,, aku minta maaf,,, habisnya tadi akku kebawa-bawa permainan,,, ngga lagi koq,,,”
“Hahahaa,, iya santai aja,, gapapa koq,,, tapi hati-hati lho, batang Mas Arga tu gede banget,,,emang kamu sanggup?,,,”
“Emang gede banget mba, tapi masih bisa masu,,, ehh,, maksud saya tubuh Pak Arga emang gede banget,,,” Andini keceplosan, wajahnya menjadi pucat dibawah tatapan curiga Aryanti.
Tapi entah kenapa, dada Aryanti tiba-tiba bergemuruh bukan karena marah, tapi justru penasaran apakah suaminya yang memiliki tubuh tinggi besar, pernah menggagahi tubuh mungil Andini. Tanpa sepengetahuan gadis itu, Aryanti mengagumi kecantikan Andini, senyum manisnya mengingatkan Aryanti pada salah seorang anggota JKT 48, Melody Nurramdhani Laksani.
“Din,,, pernah kepikiran ngga, main sama orang yang tinggi besar seperti Mas Arga?,,,”
“Eeehh,, maksud ibu?,,” Andini menyelidik, takut dirinya tengah dipancing untuk mengakui persetubuhan dirinya dengan Arga dikolam renang.
“Nggaaa,, ngga apa-apa,,, aku cuma sering penasaran aja ngebayangin gadis mungil seperti kamu disetubuhi sama pria dengan tubuh tinggi besar,,,hehehee,, tapi lupain aja,,” terang Aryanti. “Maaf yaa,, aku nanya yang aneh-aneh,,”
“Kan,, tadi malam ibuu udah liat,,aku di,, di,, digituin sama Pak Prabu,,” jawab Andini pelan dengan wajah malu-malu.
“Tadi malam?,,,ohh,,,iyaaa aku lupaaa, habisnya tadi malam aku agak mabuk,,,,” Aryanti menepuk jidatnya, bagaimana bisa dirinya bisa lupa permainan kartu yang berubah jadi sangat panas.
“Kamu sih,, pake masukin batangnya Pak Munaf, aku jadi ikut-ikutan panas,, ujung-ujungnya malah aku yang digangbang dua cowok kesurupan,, hihihii,,” Obrolan dua wanita yang berpaut umur enam tahun lebih itu mulai mencair. Petualangan birahi memang dapat dengan cepat menyatukan keakraban anak manusia.
“Ihh,, ibuuu,, salahin Pak Munaf tuh,, mana ada sih cewek yang tahan kalo gerbang itunya terus-terusan disundul sama helm preman,, mana tu bapak ngerengek terus minta dimasukin, ya udah aku makan aja sekalian,,,hihihi,,, ga taunya baru masuk sebentar udah langsung croot,,,hahahahaa,,,” Andini menutup mulutnya berusaha menahan tawa, teringat wajah Munaf yang kalang kabut dan harus mengakui kekalahannya.
“Tapi waktu sama Pak Prabu,,,koq kamu langsung dapet sih?,,,” tanya Aryanti penasaran.
“Habisnyaaa,, itu nya Pak Prabu gede banget,, punyaku ampe penuh banget Bu,,,apalagi sebelumnya ni lubang udah dikerjain sama batang Pak Munaf, hihihii,,,” Andini cekikikan sambil menunjuk selangkangannya. Membuat mata Aryanti tertuju pada kemaluan Andini yang roknya sedikit terbuka.

hilda yulis - jilbaber hot (10)

“Tapi masih hebat ibu,, kuat banget ngeladenin Pak Prabu sama Pak Dako,,, Eeeng gimana sih bu rasanya kalo dimasukin depan belakang gitu?,,”
Wajah Aryanti merona malu teringat kenakalannya yang ditonton oleh Andini. “hebat apanya, aku aja sekuat tenaga nahan biar ngga keluar duluan, tengsin aja kalah sama si kunyuk Dako,,, hahahaa,, habisnya tu orang sering koar-koar jago bikin tepar cewek cuma dalam beberapa tusukan,,,”
“Emang sih,, kalo Pak Dako tangannya ga bisa diam, jago banget ngerangsang orang biar cepat keluar,,, Tapi koq ibu kayanya akrab banget sama Pak Dako,, jangan-jangan dari dulu udah sering itu ya sama Pak Dako,,hihihi,,” Gadis itu tertawa genit sambil melontarkan pertanyaan yang menyudutkan.
“Huussshh,, kamu ini,, aku akrab dengan Dako dan istrinya, Zuraida, karena dia memang tetangga ku sebelum menikah dengan Arga. tu orang emang nakal banget, untung aja Zuraida orangnya pengertian,, jadi ga mungkinlah aku ngehianatin orang yang udah baik banget ama aku,,” terang Aryanti.
Sewaktu masih sendiri, rumah yang disewa Aryanti memang berada tepat di samping rumah Dako dan Zuraida yang baru menikah. Dan hubungannya dengan Zuraida cukup baik, meski sering dihias dengan celoteh nakal dari suaminya, Dako. Dari mereka berdua jua lah akhirnya Aryanti bertemu dengan Arga.
“Diin,, punya kamu basah yaa?,,, hayooo,, mikirin punya siapa nih,, punya Pak Prabu yang gede, batang Munaf yang gemuk, atau punya Dako yang bengkok?,,hihihii,,”
“Iiihh,,, Mbaa Yantii,, habisnya dari tadi kita ngomongin punya cowok terus sih,,, tapi tadi malam kita emang gila banget yaa,,”
“Iyaa,, nyoba-nyobain batang punya cowok, mana ukuran dan bentuknya beda-bedaa,,, Haduuuhhh,, Diiin,, punya mba basah juga nihh,,” Aryanti menjepit pahanya saat merasakan desir cairan yang merembes keluar dari lipatan vaginanya.

* * *

Kita kembali kepada Arga yang kebingungan plus rasa sakit yang menyertai. Cukup lama dirinya terdiam, berdiskusi dengan hati yang galau. Mungkinkah Zuraida masih marah pada dirinya. Dengan berat Arga melangkahkan kaki, berharap jika memang wanita itu memang masih marah apa yang akan diterangkannya dapat diterima.
“Mang, ngapain? Mau ngintip ya?,,,” seru Arga saat mendapati Mang Oyik celiangk-celinguk mencari-cari celah untuk melihat ke dalam toilet. “Sana Gih,,,”
Ada beberapa kamar kecil dibangunan itu, meski tidak jelas lagi mana toilet untuk wanita dan mana yang untuk pria, tapi kebersihan tempat itu terpelihara dengan baik.
“Argaaa,,, ngapain disini,, kamu mau ngintipin aku?,, emang punya Andini tadi masih kurang?,,, hehehehee,,,”
“Zee,,, apa yang kamu lihat itu salah,, justru aku yang sedang dikerjai oleh Andini,,, Aku justru memikirkanmu terus,,,” suara Arga meninggi, hatinya yang sudah dipersiapkan untuk tenang tersulut mendengar kata-kata pedas dari wanita yang dikaguminya.
“Oyaaa,,, hehehee,, gapapa koq, itu masalah mu, istrimu aja bisa santai, masa aku harus marah-marah,,”
“Zeee,,,” kedua tangan Arga mencengkram pundak Zuraida, memaksa wanita itu untuk menatapnya, mencari kebenaran dari matanya.
“Percumaaa!!!,,, Mas Dako sudah memberikan waktu untuk kita,, tapi percumaa,,, semua sia-siaaa, aku berharap kamu masih seperti duluuu,, Tapii,,,,” setetes air mata mengalir dimata yang indah, ada kesedihan mendalam yang sulit untuk dibaca dibalik wajah cantik berbalut jilbab putih.
Pikiran Arga semakin bingung dengan penuturan Zuraida, mungkinkag wanita itu tau dengan rencana suaminya, dan segala permainan gila yang tercipta.
“MINGGIIIR,, LEPAAASIN,,,” Zuraida berontak, berusaha melepaskan tangan Arga.
“Zeee,,, kamu salah Zeeee,, cuma kamu yang aku inginkan saat ini,,,”
Entah karena frustasi, tidak tau lagi bagaimana harus menerangkan kepada wanita bertubuh semampai yang berdiri dengan goyah, Arga melumat bibir indah Zuraida, menciumi wajah cantiknya.
“Eeemmmpphhh,,, Eeeengghhhh,, heeekkss,,”
Zuraida semakin kuat berontak, mendorong kepala Arga agar menjauh dari wajahanya, tapi sia-sia. Lelaki itu tampak kesurupan.  Tangan Arga meremas bongkahan payudara Zuraida, mengusap, memilin dengan liar. Sesekali wanita itu melenguh, walau bagaimanapun rangsangan yang diberikan Arga begitu kuat. Tapi entah kenapa rasa kesalnya tak kunjung hilang.
“Bajingan kaaauuu Gaaa,,” jemari lentik Zuraida sekuat tenaga mendorong tubuh lelaki yang kini mulai menciumi lehernya, berusaha menyelusup ke balik kain penutup kepala.
“Oooowwwggghhhkk,,, Ghaaaa,,,” seketika tangan lentik Zuraida menjambak rambut Arga saat bibir lelaki itu melumat putingnya yang mengeras. Sangat sulit berkelit bahwa saat ini dirinyapun tengah dilanda birahi.

hilda yulis - jilbaber hot (9)

“Slluuurrppsss,,, Ooowwwhhhsss,,, Zeee,, milikmuuu,,, owwwhh,,,”
Arga mendengus, membuat tubuh Zuraida yang berkeringat semakin panas oleh hembusan nafas Arga yang menderu diantara sepasang payudaranya. Puting yang berwarna merah muda itu sangat menggoda Arga untuk memberikan gigitan kecil.
“Aaarrrggh,,,”
PLAAKKK,,,,
PLAAAKK,,,
“Ternyata kamuu memang ga bedaaa dengan merekaaa,,,,”
Arga terkejut, menarik wajahnya dari payudara Zuraida. Pipinya terasa panas oleh dua hantaman yang cukup keras dari tangan lembut seorang Zuraida.
“Asal kau tauu,, Dako itu memang liar, tapi satu yang membuatku merasa nyaman untuk terus bersamanya, Suamiku itu,,, suamiku Dako tidak pernah sekasar ini padaku,,,dia tau bagaimana cara memperlakukan seorang wanita,,
Arga mengusap pipinya, menatap mata Zuraida yang penuh kemarahan.
“dan satu yang harus kau ingat, jangan samakan aku dengan wanita-wanita yang dengan mudah kau tiduri. Dan kurasa Pak Prabu masih jauh lebih baik dibanding dirimu,,” air mata dengan cepat membasahi pipi yang lembut.
“Kau ini kenapa Zee,,, kenapa berfikir tentang ku sampai seburuk itu,,, Aku memang seperti mereka, seperti teman-temanku, seperti suami mu yang senang untuk menaklukkan wanita,,,” Arga berusaha mengatur nafasnya.
“Ok,, aku memang sudah kasar kepadamu, tapi itu karena aku sudah tidak tau lagi bagaimana harus menerangkan apa yang terjadi,, apa yang kau lihat tidak seburuk yang kau kira,,,”
“asal kau tau,, jauh didalam hati ini aku selalu menyayangimu, merindukanmu, mengharapkanmu lebih dari apapun, dan jangan pernah lagi membandingkan aku dengan Dako, Pak Prabu atau lelaki lainnya, aku ya aku, lelaki bego yang rela menyerahkan wanita yang dicintainya untuk balas budi,,, ”
Sebenarnya Arga tidak sanggup melihat wanita yang dicintainya itu menangis, tapi saat ini tangannya terasa begitu berat untuk memeluk Zuraida, kata-kata keras dengan mudah mengalir dari mulutnya, membuat air mata sang wanita semakin deras mengalir, sesenggukan, menyembunyikan wajahnya yang pilu diantara jemari yang lentik. Dan,, saat semua telah terjadi, saat dirinya tersadar, pelukan selembut apapun takkan sanggup membuat keadaan lebih baik.
“Maaf Zee,,, maaf,,, sungguh,,, hingga saat ini tak ada yang berubah, hati ini masih mencintaimu,, Maaf,,” suara Arga terdengar getir, lalu melangkah keluar meninggalkan Zuraida di lorong yang memisahkan kamar kecil yang saling berhadapan.
Sepeninggal Arga, tangis Zuraida semakin deras. memukul-mukul dinding, Meratapi pertualangan hatinya yang berakhir tragis. Di balik ego nya yang begitu tinggi, sebenarnya Zuraida sangat menikmati cumbuan kasar Arga, tapi rasa cemburu kembali mengambil alih. Label sebagai wanita cantik yang tidak mudah ditaklukan para pria, digenggamnya erat.
“Seharusnya kau rayu aku,, seharusnya kau bujuk aku,,, bukan meninggalkanku seperti ini,,hikksss,, aku cuma ingin kamu Gaa,,”
Bagi siapapun yang melihat kondisi Zuraida pasti akan mencibir, seorang wanita dewasa yang berpendidikan tinggi, disertai karir yang matang, meratap menangisi cinta layaknya gadis SMU belasan tahun. Tapi itulah cinta, dapat membuat seseorang menjadi layaknya anak kecil, menafikan pikiran sehat yang selalu mereka agungkan. Dan rasa cemburu yang selalu menyertai keagungan cinta, dapat merubah mereka menjadi pribadi yang berbeda.

* * *

Arga mengayunkan kaki tanpa arah. Pikirannya sepenuhnya dikuasai oleh Seorang wanita cantik bernama Zuraida.
“Paaaakkhh,,, Ooowwwhhh,,, gapapaaaa,, biar didaaaalaaam ajaaa,, Aaagghhh,,,”
Langkah Arga terhenti disebuah bangunan kecil, bangunan yang dituju oleh Dako saat menggiring si guru cantik Aida.
Arga yang tengah kalut justru tertawa mendengar rintihan Aida, ikut menikmati tubuh montok Bu Guru cantik ini mungkin dapat sedikit membantu menenangkan pikirannya, pikir Arga.
Di dalam, Arga mendapati Adit yang tengah menunggangi tubuh Aida yang mengangkang pasrah.
“Lhooo,, kamu Dit?,, Dako manaa?,,,”
Adit tertawa saat melihat wajah Arga dipintu. “Lubang Bu Guru emang sempit banget Pak,, bener-bener maknyus empotannya,,,hehehee,,”

hilda yulis - jilbaber hot (8)
Suara Adit yang menyapa Arga membuat Aida terkejut, lalu menoleh ke arah pintu, seketika wajahnya yang tengah terengah-engah pasrah menerima gempuran penis, tersipu malu. Tak lama Adit tampak mengejang, tangannya erat mencengkram pinggul Aida, menghentak kejantanannya jauh kedalam rongga vagina, menghantar sperma kedalam rahim si wanita.
“Oooowwhh,, owwhhh,,,oowwhh,, banyak banget Diiit,,,” rintih Aida, sangat menikmati setiap semprotan yang keluar dari lubang penis. Sementara Adit tertawa bangga.
“Saya boleh ikut?,,,” tanya Arga mengeluarkan batangnya, mengurut pelan, memamerkan perkakas jumbonya kepada Aida.
“Darimana aja bray,,,” tanya Adit, melepaskan batang nya dari jepitan vagina Aida.
“Adduuuuhh,,, bakal tambah bonyok nih,,,” Aida menepuk-nepuk vaginanya, seolah tengah merapal mantera agar alat tempurnya sanggup meladeni batang Arga yang kemarin telah berhasil membuatnya orgasme berkali.
“Kasian bu kalo saya make yang depan,,,” ucap Arga.
“Duuuhh,,, masa yang di belakang lagi Pak,,, ya udah deehh,, tapi pelan-pelan yaa,,” Aida membalikkan tubuhnya menungging, mengangkat tinggi pantatnya, sementara kepalanya bersimpuh di lantai.
“Pelan-pelan Pak,,,” sambil membuka liang anusnya, lagi-lagi Aida memperingatkan Arga.
“Aaawwhhh,,, katanya di belakang koq malah nusuk memek saya pak?,,”
Arga tertawa, tapi terus membenamkan batangnya jauh ke dalam lorong, lalu bergerak maju mundur dengan perlahan.
“Duuuhhh,, penuhhh bangeeet pak,,, nikmaaat bangeeet,,, yang depaaaan aja ya paaaak,, biar sama-sama enaaaak,, owwwhh,,,” Pantat Aida bergerak menjepit maju mundur, berusaha agar batang itu tetap betah di dalam vaginanya.
“Tenang Bu,,,cuma minta pelumasnya aja koq,, kemaren waktu saya tusuk dibelakang juga enakkan?,,”
“Iyaaa, tapi waktu itukan pake minyak goreng,,,” Aida pasrah saat Arga menarik keluar batangnya, dengan jarinya, Aida berusaha membuka liang anusnya lebih lebar, mempersilahkan batang Arga untuk bertandang.
“Weeekkssss Gila,, koq tadi ga bilang kalo yang belakang boleh dipake Bu,,” Adit kaget, tidak menyangka Aida bersedia dianal, matanya mengawasi batang Arga yang perlahan menghilang ke dalam tubuh guru cantik itu melalui jalur belakang.

hilda yulis - jilbaber hot (7)
Adit harus mengakui kelebihan yang dimiliki batang Arga.
“Aaaahhhhh,,, yaaa,,,masssuuukkkhhh,,” tubuh Aida melengking, meski sudah pernah merasakan nikmatnya dikerjai dari belakang, tetap saja penetrasi awal terasa sedikit perih.
Aida menoleh ke belakang, “Suddaaahh masuk semuaaa paaaakk,,,”
“Belum,, tapi ini udah cukup koq,,” tangan Arga bergerak meremasi payudara Aida, mengecup punggung mulusnya, lalu menarik tubuh Aida agar lebih tegak. “Kau semakin seksi saja Aii,,,”
Wajah Aida memerah mendengar pujian Arga,, “Pak Argaa bisa ajaaa,,,”
“Asseeem,,koq keliahatannya mesra banget sih,,,” Adit bingung dengan tingkah Aida yang terlihat begitu serius untuk melayani setiap keinginan Arga.
“Silahkaaan dinikmaati Paaakss,,,” Aida justru semakin bergairah mendengar komentar Adit, sambil berpegangan pada kursi, wanita itu menggerakkan pinggulnya, memberikan jepitan terbaik anusnya untuk memanjakan batang sipejantan.
“Owwwhhhh,, Tuuu kaann tambah mantap aja goyangan bininya Munaf ini,,, oowwhh,,” Arga memegangi pinggul Aida untuk menyetir kecepatan ritme yang diinginkannya.
“Dit,, Munaf kemanaaa,,” tanya Arga tanpa menghentikan gempurannya.
“Tadi aku suruh Aryanti dan Andini menemani Munaf ngobrol, makanya aku bisa kesini,,, hehehee,,” jawab Adit.
Mendengar suaminya disebut-sebut, goyangan pinggul Aida justru semakin ganas, entah kenapa birahinya terlecut.
“Paaakk,,, sooddooookk depaaan duluuu paaak,,” rintih Aida.
Arga yang sudah hapal dengan tingkah Aida yang ingin orgasme segera mencabut batangnya dari anus, dan tanpa ba bi bu, langsung menghajar vagina Aida dengan cepat.
“Paaaakk nikmaaaattss,,, penuhhh bangeeeeettss,,,Aaaggh,,, cepaaattt,,”
“Asseeeeemm,,, kenapa tambah legit ni memeq Aaaiii,,,” Arga semakin cepat merojok batangnya ke kemaluan guru cantik itu.
“Paaakk sayaaa keluaaarrr,,, Aaauuuhhhh,,, tahaaannn,, sodoook yang daaalaaam,,,Aaaahhh,,” tubuh Aida melengking, berkelojotan liar, hingga akhirnya melemah.
“Balik Ai,,,” pinta Arga meminta Aida kembali telentang, sebenarnya Arga lebih senang gaya missionoris ini, karena dirinya dapat dengan jelas melihat ekspresi wanita yang tengah menikmati rojokannya.
Aida telentang, memeluk kedua pahanya, hingga lorong vagina dan anusnya terentang, memberikan pilihan bebas kepada Arga untuk menikmati mana yang diinginnya.
“Aaaauuuhhhh,,, emang doyaaan lubang belakang yaaa paaak,,,” seru Aida saat Arga menusuk anusnya.
“Ngga juga,,, kali ini aku pengen nyemprot dirahim istrinya Munaf,,” jawab Arga, membuat gairah Aida kembali terlecut.
“Paaaakk,,, seneng nyodok meme qsss bini orang yaaaa,,,Aaaahh,,,” Aida merentangkan kedua pahanya, mengekspos lorong vagina yang terlihat sempit. Menggoda agar vaginanya kembali disodok.
“Aaaahh,,, Siaaal,,, pinter banget ssiihh si Munaaaf nyari meqi,,, Aaaagghhh,,, nih rasaaiiinnn,,” lagi-lagi Arga mengganti tujuan serangannya.
hilda yulis - jilbaber hot (6)
“Paaakk,,, masukin lebih dalaaamm,,” rintih Aida saat melihat sebagian batang Arga masih di luar vaginanya. “Yaaaaooohhh,,, menthhoookk,,, aauuwww,,”
“Paaakk,,, jangaaan keraasss-kerass,,” kini justru Aida yang meringis, saat dasar vaginanya digedor dengan keras.BLEEGG…
“Aaaaggghhh,,,”
Seketika Arga menghentikan gerakannya, “Masuk kemana tuh Ai,,” tanya Arga saat kepala penisnya menerobos lorong yang lebih sempit.
“Gaa,, taaauu,,,” jawab Aida sambil meringis menahan nyeri, mengamati batang Arga yang menghilang sepenuhnya kedalam tubuhnya. “Gerakin pelaan-pelaaan,, masih enak koq,, enaaak bangeeet,,”
“Aii,, Aiddaaaa,, aku ga taahaaann,,,empotan mu semakin dahsyaaaat,,,”
“Gilaaa,, Aidaaa,,,” Arga memeluk tubuh Aida dengan kuat. Menggencet payudara empuk dengan tubuhnya, melumat bibir ibu Guru cantik utu dengan ganas.
“Naaaaaaff,, aku nitip ngecrot dimeqi istrimuuu,, Aaarrgghhh,,,” tubuh Arga berkelojotan. Disusul lengkingan orgasme dari Aida.
Adit yang menyaksikan persetubuhan itu tercengang, tak pernah dirinya orgasme sedahsyat kedua orang itu.

* * *
Kita kembali ke Zuraida yang meratapi nasib hatinya.

“Bu,,, ibu ngga kenapa-kenapa kan Bu,,,” Pak Prabu yang tidak sengaja lewat, mendengar pertengkaran antara Zuraida dan Arga, cukup kaget dirinya saat mengetahui hubungan tersembunyi antara kedua insan itu.
Namun saat Arga meninggalkan wanita cantik itu menangis sendiri, hatinya menjadi iba. Tangannya yang kasar menyentuh pundak Zuraida yang masih sesenggukan menghadap dinding, penangkupkan kepalanya ke dinding dengan berlapakkan punggung tangan.
“Buuu,, ibu memang berbeda dari wanita lainnya,,, saya tau ibu hanya ingin melakukan segalanya atas dasar cinta, dan itu tidak salah,,,” Pak Prabu mengeluarkan kata-kata bijaknya, memilih untuk bersikap dewasa daripada memuaskan hasrat tangannya untuk menggerayangi tubuh wanita cantik yang tampak lemah itu.
“Tapi bukan berarti ibu harus terpenjara dalam kungkungan hati yang selalu berharap lebih, cobalah untuk menikmati apa yang ibu jalani lebih apa adanya.”
“Meski sulit, bebaskanlah dengan perlahan hasrat ibu pada lelaki yang ibu cintai itu, tanpa mengabaikan apa yang terjadi disekitar,” petuah dari Pak Prabu mengalir lembut, sementara hasratnya untuk mencumbu tubuh Zuraida mulai bergolak.
Tangannya terus mengusap-usap punggung wanita itu seolah berusaha untuk menenangkan. Meski sesekali telapak tangannya nyasar kebongkahan pantat yang terpapar, seolah menunggu untuk dicumbu.
Sebenarnya Pak Prabu sendiri kagum dengan kata-kata yang dilontarkannya, bagaimana bisa mulutnya yang terbiasa berkata kasar, mampu membuat Zuraida mengangguk mendengar petuahnya. Tapi memang itu lah adanya, kata-kata Pak Prabu meresap tanpa rintangan kehati Zuraida yang tengah labil, yang tak lagi memiliki pertahanan untuk memproteksi hatinya.
“Lihatlah teman-teman ibu yang lebih memilih untuk menikmati hidup, tanpa mengesampingkan rasa cinta mereka kepada lelaki yang mereka kasihi, mengusir jauh rasa cemburu yang hanya akan memperburuk keadaan, mereka justru bisa tertawa lepas tanpa beban,”
Kata-kata dari mulai sulit untuk diterima oleh logika orang yang waras, namun lagi-lagi kepala Zuraida justru mengagguk. Wejangan yang keluar dari mulut yang berbau tembakau itu mulai menyimpang, seiring tangannya yang perlahan tapi pasti mulai bergerilya, menyentuh pelan tepian payudara si wanita. Zuraida bukannya tidak sadar dengan aktifitas tangan Pak Prabu, tapi saat ini hatinya tangah berusaha mencari pembenaran, pembenaran atas orgasme yang didapat Andini saat mengangakangi Arga. Pembenaran atas orgasme yang didapat Aryanti diantara tubuh suaminya dan Pak Prabu. Pembenaran atas rengekan dan lenguhan manja Sintya saat dicumbu oleh Arga.
“Maaf Pak, aku bukan wanita seperti mereka, yang bisa acuh saat tubuhnya dinikmati lelaki yang tidak dicintainya,,, maaf,,,” Zuraida menepis tangan Pak Prabu, berusaha mendorong tubuh lelaki itu.

hilda yulis - jilbaber hot (5)
“Ohh,,, maaf,,, aku terbawa suasana, tapi kalau tidak salah aku tadi melihat dua orang pria yang kau kasihi sedang mendapatkan servis gratis dari Bu Aida,,”

Deegg!!!,,,keterangan yang diberikan Pak Prabu tepat sasaran, menghancurkan pertahanan terakhir dari kesetiaan hati seorang wanita.
“Paaak,, apa seseorang harus memiliki alasan untuk berbuat nakal?,,” tanya Zuraida pelan, hampir tak terdengar.
“Tidak, mereka hanya ingin menikmati hidup,,,” bisik Pak Prabu dengan suara yang sangat meyakinkan.
Air mata yang bening kembali mengalir, memproklamirkan rasa sakit yang disandang oleh hatinya yang merapuh.

Mengapa yang lain bisa,,,
Mendua dengan mudahnya,,,
Sementara kita terbelenggu,,,
Dalam ikatan tanpa cinta,,,”

Di antara kewarasan yang tersisa, wanita itu sadar bahwa Pak Prabu memiliki hasrat yang begitu besar atas tubuhnya. Usapan yang lembut menjelma menjadi remasan nakal. Dan, wanita itu juga sadar, jika dirinya terus diam tak berkelit, maka hanya menunggu waktu bagi tangan itu untuk menyentuh setiap bagian dari tubuhnya yang mengundang hasrat para lelaki.
“Paaakhhh,,,Eeeenghhh,,” Zuraida melenguh saat kedua payudaranya direngkuh dengan lembut oleh telapak tangan yang kasar. Bibirnya tersenyum nyinyir, mengakui ketepatan tebakannya, memang seperti inilah lelaki, tak ada yang berbeda.
Kini semua tergantung dirinya, apakah harus menepis tangan yang kini berusaha menyelinap ke dalam kaosnya, ataukah membiarkan sisi lain dari dirinya bertualang. Menikmati apa yang dinikmati oleh wanita lainnya, tanpa beban, tanpa rasa, tanpa cinta, hanya hasrat yang ingin dicecah dalam digdaya birahi.
“Eeeengghhh,,,” tubuh wanita itu terlonjak, setelah Arga, kini giliran Pak Prabu yang menikmati ranum nya payudara seorang Zuraida.
Kepala lelaki yang mendekati umur 50an itu menyelinap diantara ketiak Zuraida, melahap buah dada yang dibiarkan pemiliknya dalam diam. Meski sesekali bibir sensualnya merintih.
“Paaaak,, sakiiit,,,”
“Sakiiit?,,,” Wajah Pak Prabu mendongak, menatap Zuraida yang mengangguk dengan ekspresi yang tak dapat ditebak.
“Kena kumis saya ya?,,” Pak Prabu nyengir, wajah sangarnya jadi terlihat sangat lucu, lagi-lagi Zuraida mengangguk dengan tawa dikulum.
“Kenapa aku bisa seperti ini,, tersenyum dan membiarkan mulut seorang lelaki menikmati tubuhnya yang selalu terlindung oleh pakaian yang tertutup??,, ini salaaah,,, ini tidak benar,,” hati Zuraida mencoba protes.
Tapi tidak dengan tubuhnya, tangannya justru mengusap kepala Pak Prabu, merestui apa yang diinginkan lelaki itu atas tubuhnya. Parahnya lagi, tanpa sadar, pinggul Zuraida justru menyambut cumbuan batang Pak Prabu yang mulai mengeras, menggasak pantatnya dalam hijab celana legins.

“Uuuggghhh,,, Paaaak,,,” wajah Zuraida tampak memelas. Mencoba memberikan perlawanan atas setiap stimulan yang diberikan pejantan dari belakang tubuhnya.
Di balik rintihan, hatinya terus berkecamuk, menentang nurani dengan mencari-cari pembenaran atas perbuatannya ini. Dan sialnya rasa cemburu, cinta yang terluka, hingga sikap sang suami yang selalu memilih hubungan yang liberal, mampu menumbangkan nurani yang kini jatuh terjerembab. Pak Prabu membalik tubuhnya, menatap dengan lembut.
“Bu Dokter, Pantatmu nakal banget,,,” bisik Pak Prabu. Membuat Zuraida membuang muka, tersipu malu.
“Kenapa kamu tadi menolak cumbuan Arga, bukankah kamu mencintainya?,,,”
“Paaak!!!,,,” Zuraida segera menurunkan kaosnya, menyembunyikan payudaranya yang tersembul bebas. Wajahnya cemberut. Berusaha mendorong tubuh Pak Prabu.
“Okee,,Okeee, sorry,,, aku takkan mengungkitnya lagi,,,sorry,,,””Sekarang,,, mari kita nikmati kebebasan hatimu,,, aku bersedia koq jadi alat peraga,,, dan aku takkan bilang-bilang pada yang lain,,”
Tapi Zuraida masih saja cemberut, padahal saat ini dirinya mulai bisa menikmati perselingkuhan hatinya.
“Eeeeenggghhh Paaaak,,,” tiba-tiba tubuh Zuraida terhimpit ke dinding, saat Pak Prabu menggasak selangkangan wanita itu dengan batang yang mengeras.
Lelaki itu terus menggesek-gesek selangkangan Zuraida dengan batangnya, seolah ingin memamerkan keperkasaan senjatanya, yang menjadi misteri bagi wanita yang selalu mengenakan penutup kepala itu. Zuraida dapat merasakan betapa kerasnya batang yang berada dibalik celana pantai itu. Batang yang saat game tadi sempat mencuri perhatiannya. Pancingan Pak Prabu berhasil, kini mata Zuraida tertuju kebawah, dengan malu-malu, sesekali pinggulnya maju, seolah menyambut cumbuan kelamin sang penjatan dengan vagina yang mulai membasahi celana dalam dan leggins nya.
“Paaak,,,” tangan Zuraida memegang pinggul Pak Prabu, mengikuti ulah Pak Prabu yang lebih dulu memegang pinggulnya. “Punya bapak nakal banget,,,Eeenghhh,,,” bisik Zuraida saat menyambut gesekan kerasnya batang Pak Prabu dengan gerbang vagina yang gemuk.
Zuraida yakin, seandainya pakaian bawah mereka tak tertutup pakaian, dapat dipastikan batang itu pasti sudah menyelusup kedalam tubuhnya dengan cepat. Tapi Zuraida lebih menikmati percumbuan seperti ini. Kenakalan yang dianggapnya masih dalam batas wajar, seperti saat game tadi. Mungkin bagi orang yang melihat akan tampak lucu, tubuh kedua insan itu begitu kompak bekerjasama, saling menggesek selangkangan mereka.
“Aku tak yakin kau bisa mengeluarkan burung itu dari sangkarnya, tanpa harus memegangnya,,,” tantang Pak Prabu sambil meremas pantat montok Zuraida.
“Oyaaa,,, apa yang aku dapat jika aku berhasil melakukannya?,,,”
“Hhhmm,, apa saja yang kau mau?,,”
Zuraida tersenyum, “Aku ingin Mas Dako dikasih liburan ke Madrid, tapi hanya kami berdua,”
“Hahahaa,, itu gampang, tapi jika kamu gagal,,, Aku mau,, kita melanjutkan game yang terhenti tadi,,,” jawab Pak Prabu sambil mengusap selangkangan Zuraida, membuat wanita terhenyak, menggeliat geli, lalu mengangguk dengan lemah.Hati Pak Prabu berteriak girang bukan main, tapi berusaha terlihat santai. “Okee,, jadi sekarang,, cobalah untuk membebaskan burungku, tanpa melepasnya,” Pak Prabu melepas kaosnya, memamerkan tubuh yang masih terlihat tegap. Meski perutnya mulai berlemak, namun dada yang bidang dipenuhi rambut-rambut halus membuat pikiran Zuraida semakin kacau.

hilda yulis - jilbaber hot (4)
“Eeeenghhh,,,” Wanita itu melenguh, saat merasakan bibir vaginanya kembali diusap oleh tonjolan di balik celana Pak Prabu.
Zuraida berusaha mengangkat selangkangannya lebih tinggi, mencoba menjangkau tepian celan Pak Prabu dengan selangkangannya. Sambil menekan kebawah Zuraida berusaha menarik kebawah tepian karet celana.
“Paaak ini sulit banget,, karetnya kencang bangeeetsss,,,” rengek wanita berjilbab itu, gesekan yang semakin intens membuat bibir vaginanya semakin basah.
“Coba lah terusss,,,” pinta Pak Prabu sambil meremasi pantat Zuraida.
Pak Prabu yang tidak tahan ingin memamerkan batangnya, berusaha membantu, membungkukkan badannya, agar selangkangan Zuraida bisa lebih bebas bergerak, menarik turun celananya. tapi tetap saja terasa sulit.
“Pak,,,,Eeengghhhhh,,, Paaak,,,” mata Zuraida melotot saat melihat kepala dari batang Pak Prabu mulai mencuat keluar. Semakin cepat pinggulnya bergerak berusaha menurunkan dengan selangkangannya.
Dan kini batang Prabu telah mencuat sepenuhnya, tapi pinggul Zuraida terus bergerak menggesek, membuat selangkangannya semakin basah.
“Sudahh pak,,, burung bapak sudah keluar,,,” rintih Zuraida, matanya menatap Pak Prabu dengan wajah sendu, sementara pahanya menjepit batang Pak Prabu dengan kuat. “Burung Bapaak besar bangeeeet,,,”
“Yaaa,, sudaahh keluar,, teruss?,,,” jawab Pak Prabu terdiam, meminta pendapat Zuraida.
“Terusss,, Apaaa?,,” Zuraida menggumam tak jelas, balik bertanya, tidak tau lagi dengan petualangan seperti apa yang akan terjadi. Nafasnya menderu menikmati gerakan batang Pak Prabu di antara jepitan pahanya.
Tangan pak Prabu yang dari tadi terus meremasi pantat Zuraida beringsut keatas, memegang tepian leggins Zuraida. “Boleeeehh?,,,”
“Eeengghhh,,,” Zuraida bingung, hatinya panik, lalu mengangguk ragu-ragu, tak yakin dengan keputusannya.
Tanpa menunggu persetujuan lebih jauh, perlahan tangan kekar Pak Prabu menarik turun leggins putih yang sedari tadi menghalangi pertemuan kulit kelamin mereka.
“Paaak,,,” Zuraida mencengkram tangan pak Prabu. “Yang itu jangan pak,,, saya mohooon,,,” wanita berusaha mempertahankan kain kecil yang menjadi pertahanan terakhir dari alat senggamanya.

“Zee,,, Plisss,,,”
Zuraida terkaget, saat mendengar sebutan nama yang hanya digunakan oleh Arga, tangannya melemah, menuntun tangan Pak Prabu untuk melucuti pertahanan terakhirnya.
“Oooowwwhhh,, Paaak,,, saya ga bisaaa,,” tangannya dengan cepat menahan batang Pak Prabu yang berada tepat didepan bibir kemaluannya.
“Kenapaa Bu,,, pliss saya mohon,, saya ga kuat lagi buuu,,, izinin punya saya masuk,,,” rengek Pak Prabu.
“Tapi saya benar-benar ga bisa melakukannya tanpa rasa,, rasa cintaa,,,mengertilah Pak,,,”
“Buu,,, Eeemmmpphhh,,, eemmmphh,,,” Pak Prabu melumat lembut bibir Zuraida. Mata mereka berpandangan saling berkirim pesan, ciuman Pak Prabu begitu lembut membuat jantung Zuraida gemetar.
Perlahan mata Zuraida terpejam, seiring batang Pak Prabu yang menyentuh lebut klitoris kemaluannya, menggesek pelan.
“Oooowwgghhh,,,” Wanita itu melenguh saat Pak Prabu mulai memberikan tekanan untuk penetrasi.
“Paaak,,, jangan,,, Hiksss,,,,” Tiba-tiba Zuraida memundurkan pinggulnya, menjauhkan batang Pak Prabu dari bibir vagina yang menagih untuk dijejali. Tangisnya kembali tumpah.
Di saat dirinya berniat untuk menyambut kesenangan yang ditawarkan Pak Prabu, wajah Arga hadir bersama percumbuan panas mereka sebelum akhirnya Arga menghilang meninggalkan dirinya dan Dako.
“Saya mohon Paaak,,, Mengetilah,, ini bukan sekedar mencari kesenangan, tapi tentang janji seorang wanita,” air mata Zuraida mengalir semakin deras.
“Owwwhhh,,, maaf,,, saya memang kelewatan,,, maaf,,,” Pak Prabu mengusap-ngusap pundak Zuraida.

hilda yulis - jilbaber hot (3)
Meski dirinya bisa saja sedikit memaksa untuk menyetubuhi wanita yang tengah labil itu, entah kenapa hatinya tidak tega untuk terus mempermainkan nafsu dan perasaan wanita cantik itu.
“Benahi lah pakaian mu,,,” Pak Prabu membantu menurunkan kaos Zuraida yang berantakan.
“Hiikksss,, makasih pak,,, terimakasih,,,hiksss,hikss,,” entah kenapa Zuraida merasa seperti baru saja terbebas dari ujian yang besar.
“Kau memang berbeda,,, sungguh sangat beruntung lelaki yang mendapatkan cintamu,,” Pak Prabu tersenyum, lalu mengecup lembut kening Zuraida.
Zuraida terkaget saat keningnya dikecup dengan lembut, lalu berusaha tersenyum.
“Pak,,, makasih,,,” tiba-tiba Zuraida memeluk tubuh lelaki itu dengan erat.
“Sudaah,, sudahh,,, jangan lama-lama memeluk saya, nanti burung nya bangun lagi lho,,, haahaaaha,,”
Zuraida melepas pelukannya, berusaha menahan tawanya.
“Anggap aja tadi ujian dari setan, dan kamu sukses berhasil lepas dari ikatannya,,, hahahaa,,”
“Iiihh,, ya ngga gitu lah Pak,, masa setan sih,, hahahha,, justru bapak itu malaikat penolong yang menyadarkan saya,,hahahaa,,” Kali ini Zuraida tak mampu menahan tawanya.
“Tapi,, bila nanti saya sudah menyelesaikan janji cinta saya, mungkin kita bisa mencobanya lagi,,”

DEGG,,,
Zuraida terkejut dengan apa yang diucapkan oleh bibirnya, lidah memang tak bertulang.
“Yang Bener,,, Yeaaahhh,,,”
Wanita itu tersenyum kecut, baru saja dirinya membuat janji baru, janji dengan malaikat penolongnya.
“Tapi boleh saya meminta panjernya dulu,,”
“Maksud bapak?,,,”
Tanpa memberikan jawaban, Pak Prabu kembali melumat bibir Zuraida, hingga membuat wanita itu gelagapan.
“Plisss,, sekarang saya yang minta tolong,,,” ucap Pak Prabu dengan wajah memelas, tangannya menarik karet celana ke depan, memperlihatkan batang yang masih mengeras.
“Teruss,, saya mesti gimana,, tolong jangan minta saya mengoral, saya tidak pernah melakukan, walau dengan suami saya,,” bingung apa yang mesti diperbuatnya.
Pak Prabu juga terlihat bingung.
“Tapi,,, Kalo Bapak mau, bapak boleh melakukannya di luar,,,” Zuraida membalikkan tubuhnya, tangannya bertumpu ke dinding, dengan wajah malu-malu wanita itu menunggingkan pantatnya. “Kalo digesek-gesek seperti tadi bisa keluar ga Pak?,,”
“Ooowwhh,, Bu Dokteeeer,,,” wajah Pak Prabu berbinar, lalu menyergap tubuh Zuraida dari belakang, tangannya segera meremas payudara ranum Zuraida.
“Ooowwhhh,,, Buuu,,,” Pak Prabu segera menggesek-gesekkan batang yang ada di dalam celananya ke bongkahan pantat Zuraida yang masih terbungkus leggins.
Tapi mereka sadar, kain yang menutupi tubuh mereka masih terlalu tebal untuk dapat saling merasakan suguhan yang ditawarkan.
“Woooyy,,, ayooo kumpuuuul,,, bersiap untuk game terakhir,,,”
Sayup-sayup terdengar teriakan lantang Bu Sofie, yang memanggil untuk berkumpul.
“Buu,,”
“Yaa,, yaa,, saya tauu,, waktu kita tak banyak,,, keluarkanlah burung bapak,,” Zuraida memberi perintah, tapi justru tangan lentiknya yang terhulur ke belakang, menarik keluar batang Pak Prabu.
“Ooowwwhhh,,, Buuu,, ini jauh lebih baik,,,” dengus Pak Prabu yang segera menyelipkan batangnya dilipatan paha Zuraida, bergerak maju mundur selayaknya orang bersenggama.
Zuraida yang merasakan vaginanya mendapat gesekan-gesekan dari batang mulai dilanda gairah yang tadi sempat meredup.
“Buuu,,,waktu kita ga banyak bu,,,”
“Lalu gimana lagi Pak,,,” Zuraida menoleh, bingung bagaimana lagi untuk menyelesaikan panjer dadakan itu secepatnya.
“Ya sudahlah,,semoga ini bisa membantu,,tapi jangan dipelototin paak,,, saya maluu,,” dengan jantung bergemuruh, Zuraida menurunkan celana leginsnya, memamerkan pantat mulus berhias celana dalam mungil. meski sadar ini sudah terlalu jauh, tapi kondisi memaksa melakukan itu.

hilda yulis - jilbaber hot (2)
“Makaaassiiihhh,,, Bu,,, Aaaawwhhh,,, Buuu,,,” Tanpa membuang waktu Pak Prabu segera menjejalkan batangnya kelipatan paha tepat didepan bibir vagina gemuk yang tertutup kain tipis.

“Aaaaggghhh,,, Paaak,,, lubangnya jangan disundul paaaak,,,” Kini giliran Zuraida yang mulai kelabakan.
Berkali-kali batang Pak Prabu yang keras menghentak bibir vaginanya,membuat sebagian kain celana dalamnya masuk ke dalam lipatan vagina.
“Aaaaghhh,,, Aaaanghh,,, Aaaangghh,,,” bibir Zuraida terpekik setiap batang Pak Prabu menggasak kain tipis yang menjadi pelindung terakhir lorong vaginanya.
Serangan yang bertubi-tubi membuat kain itu semakin tertarik kebawah, dan semakin banyak pula bagian kain yang memasuki vagina Zuraida. Tangannya yang bertumpu didinding gemetar menahan birahi. Alat senggamanya yang sangat sensitif, dapat merasakan sebagian dari helm kejantanan Pak Prabu, berhasil menyatroni bagian dalam kemaluan yang sudah sangat basah.
“Paaak,, sayaaa ga kuaaat lagi paaak,,,”
Merasakan nikmatnya hentakan-hentakan yang tertahan itu, membuat tubuh sang wanita semakin penasaran, pantatnya semakin menungging, berusaha memberi akses untuk hentakan yang lebih keras. Seolah berharap batang perkasa itu mampu merobek kain tipis yang menghalang, dan menyelusup masuk memenuhi setiap sisi rongga vagina.
“Aaaagghhh,,, Paaak,, ”
Tiba-tiba Zuraida menoleh ke belakang, wajahnya terengah-engah menahan birahi. Dengan tubuh yang berusaha menahan hentakan, wajahnya mengangguk memberi isyarat, untuk persetubuhan yang sesungguhnya.  Tangan lentiknya terjulur ke selangkangan untuk menyibak kain yang menjadi perhalang, kenikmatan yang tertahan. Tapi belum sempat tangannya menyentuh kain itu,,,
”Aaaaaaaaaggghhhhh,,, Buuuuu,,, Sayaaaa keluarrrrr,,, Aaaagghhh,,, Pak Prabu menghentak dengan kuat, kerasnya sodokan Pak Prabu membuat sebagian kepala penisnya merangsek masuk ke dalam vagina.
“Aaaaggghhh,,, Tubuh mu memang nikmat banget,,,”
Zuraida dapat merasakan sperma yang menghambur tertahan oleh kain, merembes membasahi bibir dan sebagian dinding kemaluan.
“Maaf Buuu,,, tadi ibu mau ngelepas CD yaa,,” tanya Pak Prabu masih dengan nafas memburu.
“Owwwhhh tidaaak,, tapi hentakan bapak terlalu keras, takut membuat CD saya robek,” jawab Zuraida cepat sambil tersipu malu. Matanya tak lepas dari perkakas milik sang pejantan yang kembali dimasukkan kedalam celana.
“Hampir sajaa,,” Hati Zuraida menggumam, entah merasa beruntung semua tidak terjadi lebih jauh, entah merutuki kesempatan akan kenikmatan yang terbuang.

ZURAIDA AND FRIENDS 3

hilda yulis - hijabers mom community (2)

“Cantik,,,sangat cantik,,,”
Mata Bu Sofie menyapu panorama dari ruang tak berbatas, matahari pagi memberi warna berkilauan pada ombak yang pagi itu sedikit lebih jinak. Wanita berambut ikal yang diikat keatas itu melepas sendalnya, berjalan menyambut ombak kecil yang dengan cepat menjilati jari-jari dan telapak kakinya.
“Aku ingin seperti ini selamanya,,,” gumam Bu Sofie pelan, merentang kedua tangan seolah ingin memeluk langit. bibir tersenyum bahagia, bahagia dengan kebebasan yang tengah dinikmatinya.
Lepas dari sorotan mata bengis para wanita sosialita, lepas dari segala macam barang branded puluhan juta. Tas versace, gaun dari desainer ternama, jam tangan hingga kalung dan cincin berlian yang selalu menjadi barometer kesuksesan para suami. Bu Sofie menggerak-gerakkan tangannya yang serasa begitu bebas tanpa mata berlian yang setiap hari menjepit erat aliran darah, yang terkadang membuat jari-jarinya kebas.
“Bebaaass,,,” gumamnya, tersenyum lepas, terbebas dari segala beban.
Bukan sekedar bebas dari rintih persaingan para srikandi borjuis, tapi juga bebas dari kritik tajam Pak Prabu yang sehari-hari tak kalah cerewet dengannya. Tak ada pula komentar miring dari suaminya saat mendapati pantat montoknya hanya dibalut kain pantai tipis, tanpa underwear. Bahkan beberapa kali tubuh montoknya dipeluk Dako dan Munaf dihadapan suaminya, tapi lelaki berkumis itu hanya tersenyum, seolah mengizinkan dirinya mencari bahagia ditempat itu. Bibir Bu Sofia tersenyum kecut, saat teringat tingkah suaminya yang pura-pura tidak melihat saat tubuh montoknya diseret Dako ke kaki sebuah tebing.

“Pemuda yang nakal,” kepala Bu Sofie menggeleng-geleng, coba mengingat bagaimana lelaki muda itu menggumuli dirinya dengan begitu buas di atas pasir pantai.
Teringat pula bagaimana serunya persaingan antara dirinya dan Aida saat berebut mengendarai batang Adit subuh tadi. “Keponakan geloo,,dikira pingsan beneran, ga taunya malah main kuda-kudaan sama Aida,” umpat Bu Sofie sambil tertawa.
Parahnya lagi, beberapa saat lalu, secara terang-terangan dirinya menawarkan tubuh montoknya kepada Arga, “Uuugghhh,,,dasar betina gatel,,,ga punya maluuu,,” Bu Sofie memaki dirinya sendiri, sambil tertawa kecil. Kakinya menendang gumpala ombak kecil.
“Ibu baik-baik aja kan Bu?,,,”
Tanya Mang Oyik yang heran melihat tingkah Bu Sofie yang tertawa sendiri.
“Ehh,,, iyaa,, baik,, Mang,,kenapa di sini lebih banyak batu karangnya dibanding pantai di depan cottage?,,”
Bu Sofie berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah, malu dengan tingkahnya sendiri, bertanya pada Mang Oyik, namun lelaki berambut kriwel itu mengangkat kedua pundaknya tanda tak tau.

Mata belo (baca: mata bola pingpong nya Bung Iwan Fals) yang dihias bulu mata lentik itu beralih menuyusuri bibir pantai. Tiba-tiba pandangannya beralih pada ATV yang masih diduduki Mang Oyik. “Mang,, ajarin saya nyetir ATV dong,,, kaya nya seru kalo bisa ngebut di pantai sepi begini,,” pinta Bu Sofie.
“Lhaa,, terus nyiapin peralatan game nya gimana Bu?,,” Mang Oyik menjawab pertanyaan bu Sofie dengan mata yang tak lepas dari payudara besar Bu Sofie yang dipastikan tidak mengenakan bra. “Gilaa,, pentilnya aja gede banget,,” gumam Mang Oyik penuh birahi.
“Kenapa Mang?,,,”
“Eenghh,, maksud saya,,, saya ga enak kalo mereka ke sini peralatan game belum siap,,,”
Kali ini mata Mang Oyik lebih beruntung, angin pantai begitu lihai meniup rok lebar Bu Sofie, hingga menampilkan pantat yang begitu montok.
“Itu gampang Mang,,lagian mereka masih lama ke sini,,kita aja yang terlalu pagi,, Ayolaaah, ajarin sayaaa,,,” rengek Bu Sofie, begitu acuh dengan kenakalan angin yang memanjakan mata Mang Oyik.
Mang Oyik meneguk ludah, saat Bu Sofia berbalik menghadapnya, memohon dengan gaya centil khas ABG, tak peduli dengan ulah angin yang berhasil menyingkap rok bagian depannya, hingga menampilkan gundukan vagina yang gemuk. Tangan Mang Oyik gemetar menyerahkan kunci, disambut tawa Bu Sofia yang sukses mengerjai lelaki berambut kriting itu.
“Ayo naik,, biar saya bonceng,” seru Bu Sofia yang sudah duduk manis mengangkangi ATV.
Dan ternyata,,, memang tidak sulit bagi Bu Sofia untuk menjinakkan ATV di atas pasir pantai, ulah ngebut Bu Sofie membuat membuat Mang Oyik sedikit terganggu menikmati tubuh dan paha mulus di depannya.
“Jangan terlalu ngebut Bu,,, pasir pantai bikin roda jadi liar lhoo,,apalagi kalo mau naik tanjakan bukit itu,,” seru Mang Oyik menunjuk bukit pasir yang menjauh dari bibir pantai, mencari-cari alasan agar dapat berpegangan pada pinggang yang sedikit berlemak.
Bu Sofia justru tertawa, menggeber gas semakin kencang. Namun tiba-tiba laju ATV mulai menurun saat Mang Oyik mengelusi paha. ATV Menaiki bukit pasir yang landai namun cukup tinggi dengan gas tertatih, akibat ulah Mang Oyik yang berhasil mengganggu konsentrasi wanita itu, hingga akhirnya kendaraan beroda 4 itu turun dengan sendirinya dari bukit.
“Mang,, kalo mamang takut jatuh, pegangan yang kenceng,,,” seru Bu Sofie, yang diamini mang Oyik, memindah telapak tangannya ke payudara besar Bu Sofia, dan meremasnya dengan kuat.
“Pegangan seperti ini Bu?,,,”
“Tidaaak,,, lebiiih kencaaang lagiii,,,” rintih Bu Sofie, menikmati kebrutalan tangan Mang Oyik. ATV terhenti ketika Mang Oyik berusaha menarik keluar sepasang payudara.
“Silahkan jalan lagi buu,,” bisik Mang Oyik, ditengah kekaguman, telapak tangannya yang kasar tak mampu sepenuhnya menangkup kedua daging milik Bu Sofie.
ATV berjalan dengan sangat lambat, bibir wanita itu terus mendesis, putingnya yang mengeras terasa sedikit pedih saat jari-jari Mang Oyik mencubit dan memelintir. Tubuh Bu Sofie semakin gemetar saat pantatnya merasakan menggesek batang yang sudah sangat keras.
“yang nempel di pantat saya ini apa Mang?,”
“Cuma tongkat persneling koq Bu,,,”
“Mana ada sih ATV pake persneling,hahahaa,,oowwwhsss,,,” Bu Sofie tertawa di sela rintihannya.
“hahahaa,, ya artinya ini tongkat persneling saya bu,, hahaha,,Pengen nyoba tongkat persneling saya?,,,”

Deg,,, Laju ATV direm mendadak, Bu Sofie memang sudah sering mencoba ketangguhan para pejantan muda yang menjadi bahan arisan teman-temannya, tentunya tanpa sepengetahuan suami-suami mereka, tapi Mang Oyik adalah manusia paling amburadul yang pernah menjamah tubuhnya. Matanya menyusur bibir pantai, menoleh ke kiri dan ke kanan, memastikan tidak ada seorangpun selain mereka ditempat itu. Mengucap terimakasih pada bukit pasir yang tadi dinakinya, menutup akses pandangan dari arah cottage
“Boleehhh,,, biar saya coba,,” jawab Bu Sofie dengan jantung berdebar, coba merasakan batang keras yang terus menggesek-gesek sekitar pinggang dan pantatnya.
Wanita itu berdiri, mengangkangi jok ATV, perlahan menurunkan celana dalamnya dengan mata waspada mengamati sekitar pantai. Melihat pantat montok mulus yang terbuka di depan wajahnya Mang Oyik langsung membenamkan wajahnya ke belahan pantat Bu Sofie.
“Aaaakkkhhh,,, Maaaangssss,,,,” tubuh wanita terlonjak, tak menduga dengan serangan Mang Oyik, tangannya segera memegang stang menahan tubuhnya yang terhuyung kedepan.
“Oowwwhhssss,,,Ganas baangeetss ni Orang,,, Aaaggghhhsss,,,” gumam wanita itu tak jelas, merasakan lidah panas Mang Oyik yang dengan cepat melakukan sapuan panjang di selangkangannya, menjilati bibir vaginanya dan terus menyapu hingga ke lubang anusnya.
Terus berulang-ulang, menyapu, menggelitik, sesekali menusuk lorong vagina dan anusnya, membuat tubuhnya merinding.
“Aaaaggghhh,,, gilaaaa,,, masukin maaaaang kalo beraniii,,,” rintih Bu Sofie semakin membuka lebar pahanya, dan benar saja, sesaat kemudian Mang Oyik menjawab tantangannya

hilda - jilbab hot (7)
Lidah panas itu berusaha menguak lubang anus Bu Sofie. Akibatnya wanita itu semakin kalang kabut dilanda birahi. Tak pernah dirinya diperlakukan seperti ini, selama ini pejantan muda yang dibokingnya kebanyakan dari kalangan mahasiswa, yang minim pengalaman dan terlalu menjaga sopan santun. Tapi kini, wanita itu dapat merasakan lidah panas yang berhasil menerobos liang kotor itu, menggelitik liar berusaha masuk semakin dalam,
“Aaaaaggghhhh,, Maaaang,,,jilaaaatin dalam nyaaa jugaaaa Maaaangssshhh,,,” pantat besar Bu Sofie menekan wajah Mang Oyik.
Tak ingin mengecewakan tamunya, Mang Oyik tak lagi peduli dengan rasa pahit di lidah, daging tak bertulang itu menari, melengkung ke kiri ke kanan seolah mencari sesuatu di lorong anus Bu Sofie.
“Dasaaarrr,,, betinaaa binaaaallll,,,” rintihnya, mengakat pantatnya semakin tinggi, memberi akses sepenuhnya pada lidah Mang Oyik untuk bertualang. Bibirnya terus mendesis, merintih, menjerit histeris.
“Aaaaakkkkhhhhhh,,,,, pindaaaah depaaaaannn,,, sedooottt yang didepaaaan Maaaaang,,,,” jerit Bu Sofia tiba-tiba, menjambak rambut kriting Mang Oyik, mengangkangi wajah Mang Oyik, mengarahkan lidah yang masih terjulur itu kebagian depan.
Tapi, belum puas dengan gerakan lidah Mang Oyik di vaginanya, pantat Bu Sofie bergerak semakin liar, menggesek-gesek bibir vaginanya yang penuh lendir ke wajah mang Oyik dengan kuat. Hingga akhirnya gelombang orgasme menyerang tubuhnya.
“Aaaaggghhh,,, keluaaaaaarrrr,,,,”
“Sedooot Maaang,,, minuuuum,,,sedoooot semuaaaa,,,” perintah Bu Sofie yang merintih penuh kenikmatan, menjejalkan bibir vaginanya ke mulut Mang Oyik yang terbuka.
Tapi bukan Mang Oyik namanya jika pasrah begitu saja menjadi objek pelampiasan seorang wanita. Karena bibir tebalnya tiba-tiba membekap seluruh pintu vagina Bu Sofie, dan melakukan sedotan kuat, hingga wanita itu terkencing-kencing.

Didera orgasme panjang kaki montok itu gemetar, “Sudaaaah Maaaang,,,stooop,,,” namun bibir Mang Oyik terus menghisap, menyedot lorong vaginanya, memaksa semua cairan keluar dan beralih ke mulutnya.
“Uuuuggghhh,,,”
Seeeerrr…. lagi-lagi Bu Sofie squirt, memuntahkan air seni yang dipaksa keluar. Tubuhnya roboh memeluk stang ATV, menungging membelakangi Mang Oyik yang tertawa puas dengan wajah basah oleh cairan vagina.
“Saat nya beraksi,,,” batin Mang Oyik, Tangan kirinya mengocoki batang yang sudah mengeras, sementara tangan kanannya mengusap-usap bibir vagina yang penuh dengan tetesan lendir.
“Oooowwwwhhhssss,,,”lenguh Bu Sofie, saat merasakan batang Mang Oyik yang dengan mudah menerobos vagina yang basah, tanpa menunggu dirinya siap, Mang Oyik langsung menggenjot dengan kasar.
Bu Sofie tertawa melihat ulah Mang Oyik yang begitu bernafsu, wajar saja, sangat jarang lelaki itu bisa merasakan barang semulus milik Bu Sofie.
“Selamat menikmati,,” seru Bu Sofie dengan gaya yang sangat genit, menduduki batang Mang Oyik di atas ATV.
Menggerakkan pinggulnya pelan. Wanita itu sadar, lorong vaginanya yang terbiasa dengan batang besar, terasa sedikit longgar saat berusaha mengempot batang Mang Oyik.
“Waaahhh,,, Mang Oyik, ada barang bagus dipake sendiri nih,,,” seru seseorang dari arah belakang. Bu Sofie yang terlalu asik dengan Mang Oyik tak menyadari seorang pemuda menghampiri mereka. Bu Sofie berusaha meloncat turun dari atas tubuh Mang Oyik, tapi lelaki itu mencengkram erat pinggulnya sambil tertawa. akhirnya wanita itu hanya bisa berusaha menutupi selangkangannya dengan rok yang terlalu pendek.
“Tenang Bu, dia si Kontet teman saya koq, penjaga cottage sebelah, ga usah takut, Kontet ini kalo ga diizinin ga bakalan ikut nyodok koq,” terang Mang Oyik, yang langsung dijawab Kontet dengan plototan mata.
“Gila lu Mang, barang bagus gini masa gue cuma disuruh nonton, aaahh,,, tai lu Mang, bini gue kemarin lu obrak-abrik gue santai aja, sekarang elu ada barang bagus dipake sendiri, liat aja ntar bini lu gue pake siang malam jangan protes lu,,,”
“Aaahh,, berisik Lu Tet, bikin orang ga khusu aja,” Mang Oyik melempar sendal ke arah Kontet.
Bu Sofie tak bisa menahan tawanya, meski tampangnya lebih sangar dan punya body yang jauh lebih besar dari Mang Oyik, ternyata lelaki itu cerewetnya minta ampun.
“Bu,, gimana?,,, boleh ikut gabung ga?,,,”
“Eeenghh,, iya deehh,, eemmh,,terserah deh maksud sayaa,,” wajah Bu Sofie panas seketika, bibirnya telah memperislahkan dua manusia amburadul itu untuk menikmati tubuhnya, tubuh istri dari seorang direktur cabang perusahaan besar di negeri maritim ini.

hilda yulis - hijabers mom community (4)

Tapi ulah Kontet yang tertawa girang menampilkan gigi yang sebagian ompong itu, membuat Bu Sofie tak mampu lagi menahan tawanya. Dan akhirnya hanya bisa merutuki nasibnya yang harus menjadi pemuas nafsu dua kura-kura pantai selatan.
“Tapi bilangin Mang, kalo nusuk punya saya ini mulut harus diam, ga boleh cerewet,,Hihihihi,,,”
Namun tawa Bu Sofie terhenti saat Kontet mengeluarkan batangnya. Batang yang lebih besar dari milik suaminya yang sudah termasuk kategori big size. Berselimut kulit yang coklat kehitaman, membuat tampilannya semakin sangar.
“Kenapa Bu,, gede banget ya,,,hehehee,,, makanya saya ga pernah ngizinin dia ngentotin bini saya, pasti ancur meqi Marni kalo disodok tu batang,,,hehehee,,,”
Jantung Bu Sofie bergemuruh mendengar paparan dari Mang Oyik yang begitu vulgar, khas orang pinggiran. Tapi batang itu memang sangat besar. Pinggul besar Bu Sofie kembali bergerak, berusaha sekuat mungkin menjepit batang Mang Oyik agar lelaki itu cepat selesai. Sementara Kontet berjalan ke depan ATV, seolah ingin memamerkan batang gorilanya kepada Bu Sofie yang tak berkedip memandang dengan bibir mendesis birahi. Tak sabar menunggu giliran.
“Bu,,, kelamaan kalo nungguin Mang Oyik kelar,,langsung masukin double dong Bu,,,”
“Gila kamuu,, bisa hancur beneran punya sayaa,,, Sini deehhh,,Aaawwwhh,, pelan Mangss,,”
Bu Sofie kembali menungging, agar mulutnya dapat menjangkau batang besar itu.
“Dasar kau Sofiee,, ga pernah bisa sabar kalo liat batang besar,” batinnya tertawa girang bercampur ngeri.
“Ooowwwhhh,,,yaaa,,, jilaaat buuu,,,yaaa,,,basaaahiin dulu batangnyaaa,, jilat memutar buuu,, oowwhhh,,,”
“yaaa sekarang masukin kemulut ibu,,, ooowwwhhhsss,,, gilaaa,, mulut ibuuu hangaaat bangeeettt,,masukiiin semua dong Buuu,,ayoo buuu semuaaa,,”
“AAAAWWWW,,, SAKIT BUUUU,,,”
Kontet menjerit seketika, batang besarnya digigit oleh Bu Sofie.
“Makanya diam,,, tinggal nikmatin aja repot bener sih,,, ga tau apa kalo ane masih Nobi,, kalo bikin cernas otaknya masih sering ngadat.”
(Naahhhh,, Lhooo,,, tepos kan ,,,lanjut ngaceng lagi yuuu,,,)
“Makanya diam,,, tinggal nikmatin aja repot bener sih,,, ga tau apa kalo ni batang gede banget,, ga bisa masuk semua tauu,,,”
“Tapi Bu, kan ga usah pake digi,,,”
“Diam!!!,,”
Kontet langsung menutup rapat mulutnya.
“Whuahahahaa,, emang bener Lu Tet, sampe ngentot aja mulut lu ga bisa diam,,,” Mang Oyik sontak tertawa. disambut tawa Bu Sofie yang ga sanggup melihat wajah Kontet yang seketika pucat, mendengar bentakannya.

Kehadiran Kontet membuat Bu Sofie bisa lebih rileks, seakan lupa dengan status sosialnya.
“Waduuuhh,,, koq malah ngecil sih ni batang,” Bu Sofie tiba-tiba panik saat mendapati batang Kontet yang keras seperti kayu mulai loyo.
“Sini dehh,, ibu masukin semuuaaa,, Eeemmmpphhh,,,, uuummpphhh,,,”
Bu Sofie berusaha menjejalkan batang gemuk itu kemulutnya, membekap dengan lidahnya. Namun batang itu hanya mampu masuk setengah.
“Uuugggmmpphhh,, Ooommppphh,,,” Bu Sofie gelagapan, saat batang kontet yang hitam kembali membesar di dalam mulutnya. Tapi mulut wanita itu enggan untuk melepaskan.
Ini adalah persetubuhan paling gila dari yang pernah dialaminya. Tangan Bu Sofie mencengkram pantat Kontet, memberi perintah agar batang itu bergerak di dalam mulutnya.
“Ooommmpphhh,,, uuggmmmppp,,,” jari lentiknya menekan pantat Kontet lebih kuat, hingga batang besar itu hampir masuk ke kerongkongannya, menutup saluran nafasnya.”
“Ooogghhhh,,,” mulut Bu Sofie tersedak, melepaskan batang besar, matanya berair akibat tersedak, tapi gilanya bibir sensualnya itu justru tersenyum.
“Gimanaa Tet,,,nikmat mana sama meqi binimu,,”
“Juancuuuk,, mulut Ibu ganas banget,,nikmat banget Bu,,,hampir aja saya muncrat di mulut ibuuu,” telinga Bu Sofie terasa panas saat mendengar Kontet hampir saja memenuhi mulutnya dengan sperma, batangnya saja sudah bau, bagaimana spermanya.
“Buu,, sebelum mulut ibu menampung sperma kita-kita,, saya cium dulu dong Buu,,” Mang Oyik yang merasa diacuhkan memalingkan wajah Bu Sofie, lalu dengan cepat melumat ganas.
“Eeemmpphhh,,, Mmaamgghhh,, emmpphh,,” Bu Sofie gelagapan, mulutnya dihisap Mang Oyik, lidahnya membelit, menarik masuk lidah wanita cantik itu ke dalam mulut yang bau tembakau.
Tak henti-hentinya Mang Oyik menyedot dan meneguk ludah Bu Sofie yang terkumpul. Sementara batangnya kembali bergerak menghajar kemaluan wanita itu. Belum lagi Kontet yang begitu ganas menyusu di payudara besarnya.
“Bolehkan? kalo saya nyemprot di mulut ibu?,,” tanya Mang Oyik, dengan nafas memburu. Pantatnya semakin cepat bergerak.
“mulut sayaa?,, Yaaa,, saya rasa itu lebih baik, saya sedang subuurrr,” ucap Bu Sofie terengah-engah, entah apa maksudnya, padahal subuh tadi keponakannya Adit berkali-kali memenuhi rahimnya dengan benih yang sangat subur. Tapi yang pasti, mulut Mang Oyik yang bau itu hampir saja menghantarnya pada orgasme yang liar.
“Buu,, isep punya saya lagi buuu,,,” pinta Kontet dengan suara memelas, sesaat Bu Sofie menatap wajah Kontet yang penuh harap. Haapp…
Kembali batang besar itu memenuhi mulut Bu Sofie.

“Eeemmpphh,, Oooommggghh,, Ooowwhhggg,,,”
“Ooowwhhhsss,, Buuu enaaaak Buuu,,,”
Tangan Bu Sofie kembali mencengkram pantat kekar Kontet, memandu agar batang besar itu bergerak lebih cepat di dalam mulutnya, begitu kompak dengan kedua tangan kontet yang memegangi kepala Bu Sofie, seakan benar-benar tengah menyenggamai mulut wanita cantik itu.
“Oooommmgggghh,,, Aaaaagghhmmm,,,”
Mata Bu Sofie kembali berair, berkali-kali batang besar itu menyodok tenggorokannya dengan kasar. Tapi wanita enggan melepaskan, bahkan lidahnya semakin liar menggelitik batang besar Kontet.
“Buuu,,, sayaaa keluaar duluaaannn,,, Aggghhhh,,,” tiba-tiba Mang Oyik mendengus liar, menghambur sperma di lorong kemaluan Bu Sofie.
Wanita itu berusaha berdiri, melepaskan batang Mang Oyik, tapi lelaki itu mencengkram erat pinggulnya, menekan kuat pantatnya ke bawah, membuat Batang Mang Oyik semakin jauh tenggelam. Mati-matian Bu Sofie berusaha melepaskan batang yang terus berkedut menghambur benih, tapi sangat sulit, mulutnyapun masih dipenuhi oleh Batang besar. Bahkan gerakan batang itu semakin kasar. Bu Sofie menatap wajah Kontet yang habang ijo mengejar kenikmatan tertinggi.
“Uuugghhh,, Siaaal,,” hati Bu Sofie mengumpat melihat wajah Kontet yang menunjukkan bagaimana besarnya kenikmatan yang diberikan oleh mulut seorang wanita sosialitas kelas atas.
“Ooommmggghhh,,, uuuggmmhhhh,,,,” tangan Bu Sofie meremas erat pantat Kontet, pinggulnya besar wanita itu kembali bergerak, berharap batang Mang Oyik masih dapat melaksanakan tugasnya.

Terlanjur basah, dirinyapun tak ingin rugi, harus mendaptkan orgasme seperti yang tengah dikejar Kontet, dengan mulut menggeram, penuh dengan jejalan batang besar, mata wanita menatap Kontet memberi sinyal. Inilah saat yang tepat.
“Oooowwwhhhsss,, Buuu,,,Aaaagghhhh,,,”
“Gilaaa,, nikmat bangeeeet,,,” Kontet histeris menghambur sperma, yang sigap disambut mulut Bu Sofie, berkali-kali mulutnya meneguk sperma Kontet yang memancar, seiring lorong vaginanya yang juga menghambur cairan orgasme ditengah sumpalan batang Mang Oyik.
“Ooommpphh,, puiihh,,puaahh,, puihhh,, asin banget sperma mu Tet,,,”
“Haayyaaaahh,, kalo asin kenapa ditelan Buu,, heheheee,,”
“Terpaksa tau,,”
Bu Sofie mencoba berdalih, meski mulutnya sudah terbiasa dengan beberapa cita rasa sperma.
“Buu,,,” Kontet kembali merengek, meminta bibir mungil Bu Sofie membersihkan batangnya.
“Aaahhh,, ngelunjak Lu Tet,, gue kan juga mau disepong ama Bu Sofie,,,” protes Mang Oyik yang merasa tersisih.
“Iyaa,,iyaa,, sini gantian,,,” wanita itu melepaskan batang Mang Oyik dari vaginanya. Lalu turun dari ATV, tanpa tendeng aling langsung melahap batang yang masih mengeras, dan itu membuatnya sangat heran.
BREEMMM…BREEEMMMM… BREEEEMMMMM….tiba-tiba terdengar suara ATV di kejauhan. Bu Sofie terkaget, itu pasti rombongan suaminya. dan mereka pasti mencari dirinya yang tiba lebih dulu. Sebenarnya Bu Sofie bisa saja langsung melepaskan batang Mang Oyik, membenahi pakaiannya lalu menghampiri mereka. Tapi matanya menatap nanar batang Kontet yang besar dan masih mengeras. Yaa,, dirinya masih ingin merasakan batang yang lebih besar dari milik suaminya itu memasuki tubuhnya.

“Aaahh,, persetanlah,, ntar gampang cari-cari alasan,” batin Bu Sofie menghentak.
“Tet,, cepet tiduran,,” BU Sofie mendorong tubuh besar Kontet kepasir, lalu dengan sigap menggenggam batang besar pemuda itu, dan mengarahkan keliang kemaluannya.
“Oooowwhhhhsss,, Gilaaa,, emang besar bangeeeettsss,,”
“Aaagghhh,,, Tai Lu,, jangan diaaam,, cepet masukiin batang Luu,,”
Bentak Bu Sofie panik,kata-katanya terdengar vulgar. Tanpa pikir panjang Kontet menghentak dengan kuat, bahkan terlalu kuat, hingga batang besarnya menggelosor masuk menghentak hingga ke lorong rahim.
“Aaagghhhh,,, begooo,,,sakiiitt,,kegedeaaann,,”
“Tapi bisa masuk koq Bu,,,” jawab Kontet cengengesan, antara takut dan nikmat.
“Yaaa,, masuukk,,Aaahhhss,, sampe mentoookss,,” Bu Sofie coba meresapi kenikmatan di lorong vaginanya.
“Maaang,,,mau Apaa?,,,jangaaan disituuu,,”
“Aaagghhh,, gilaaa,,,masuuukk,,jangaaann,,sakiitt begooo,,,Aaagghhh,, dikit lagiii,,,”
Bu Sofie kalang kabut, kedua lubangnya dipenuhi batang.
“Buu Sofieee,,, Buuu,,,”
“Sayaaaang,,, yu huuuu,,,”
“Buuuu,,, bu Sofie dimana,,,,”
“Mang Oyiiiik,,, Woooyy,,, Maaaang,,,”
Terdengar teriakan-teriakan samar memanggil namanya. Tapi sudah terlambat untuk menyudahi permainan. Kini dua buah batang pejantan telah memenuhi kedua lorongnya.
“Ayoo Tett,, Hajaaarrr,,” seru Mang Oyik. Memegangi pantat Bu Sofie yang begitu indah, seperti berbentuk amor yang sangat besar, dengan dua panah besar menembusi bagian tengahnya. Assseeeeemm,, pantat besar kaya gini yang dari dulu gue cari-cari,”
“Hehehee,, iyaa Mang,,kapan lagi bisa ngerasain barang kelas atas yang bisa dipake join depan belakang kaya gini,,,” jawab Kontet,mulai bergerak liar, batang besarnya bergerak cepat memaksa sperma Mang Oyik keluar.
“Ooowwwhhhss,,, Gilaaa,,kaliaaan,,ayooo hajaaarr punya Ibuuu,,,” rintih Bu Sofie yang kerepotan menahan tubuhnya, menjaga posisi agar kedua batang itu dapat bergerak cepat dan leluasa menikmati sempit kedua liang kemaluannya.
“Oooowwhhhsss,,, seperti inikah nikmatnya di gangbang, seperti kata Bu Ningrum,, Aaahhhsss,,,” Bu Sofie teringat cerita temannya yang terbiasa digangbang oleh suami dan anak kandungnya.
“Aaarrrgghhhssss,,papii,,, yang cepeeeet,, Sandyyy,,hajar memek Ibuuuu muuu ,,,” tiba-tiba mulut Bu Sofie meracau, membayangkan yang tengah menyetubuhinya adalah suaminya dan anaknya Sandy Prabu, yang tengah kuliah di Australia. Menyodorkan payudara besarnya ke mulut Kontet yang segera melahap rakus.
“Aaaaggghh,,, teruusss soddoook yang kuaaaat Saaandyyy,, masukin memek ibuuu yang dalaaaam Naaak,,”
Tubuh wanita itu mulai gemetar bersiap menyambut orgasme, bertepatan dengan matanya yang menangkap sosok suaminya berdiri di atas bukit pasir, menatap tak percaya.

“Papiii,,, Maaf Piii,, mamiii,,keluaaarrrrhhhh,,, Aaaarrrgggghhh,,,”
Mata Pak Prabu melotot, mulutnya ternganga melihat istrinya dihimpit dua lelaki dengan kejantanan bersemayam di lorong vagina dan anusnya. Sangat persis saat dirinya menunggangi Aryanti bersama Dako, Tapi kenapa istrinya justru menyebut namanya dan anaknya Sandy saat menyambut orgasme. Terlihat jelas bagaimana tubuh montok itu bergetar, pantatnya menekan batang Kontet hingga ke muara rahimnya. Hingga akhirnyaaa,,
“Uuunnghhh,,,Arrggghhh,, masuuuk semuaaaa,,,”
Pak Prabu terbelalak saat Istrinya menghentak keras, sangat keras. Hingga batang yang besar dan panjangnya melebihi miliknya itu tenggelam sepenuhnya kedalam kemaluan istrinya. Mungkinkah batang itu menerobos pintu rahim istrinya yang sudah melahirkan 3 orang anak.
“Buuuu,,, sayaaaa ngecrooot di memek ibuuuuu,,” teriak Kontet yang tak lagi mampu bertahan, jepitan vagina wanita itu tiba-tiba begitu kuat mencengkram seluruh penisnya. Tak pernah ada wanita yang sanggup melumat seluruh batangnya, dan apa yang dilakukan Bu Sofie bener-bener membuat batangnya begitu nikmat.
“Gilaaa kau Teeet,,, cabuuuut,,, cepet cabuuuut,,,” Wanita itu panik, semprotan lahar hangat Kontet dengan cepat memenuhi rahimnya.
“Sayaaa jugaaa keluaaar Buuu,,,” teriak Mang Oyik, menekan kuat batangnya kedalam anus Bu Sofie, hingga menggagalkan usaha wanita itu melepaskan batang Kontet yang terus menghambur cairan kental.
“Ooowwwwghhhhh,,, gilaaa kaliaaaannn,,, aku keluaaar lageeehhhh,,,” lagi-lagi tubuh montok itu menggelinjang, saat merasakan kedua lorongnya terasa begitu penuh.
Akhirnya Bu Sofie jatuh lemas dalam pelukan Kontet, menatap mata suaminya yang berubah seperti orang linglung. “Ooggghh,,ooghh,,” sesekali bibir tipisnya melenguh saat salah satu penis dalam tubuhnya menggeliat ke kiri dan ke kanan.
“Mereka tidak ada disini,,,” teriak Pak Prabu parau. Menuruni bukit, meninggalkan istrinya yang masih terengah-engah kelelahan diantara dua pejantan yang begitu enggan melepaskan batangnya. “Fifty-fifty,,,” gumam lelaki berkumis itu,suaranya begitu lirih.
##############################
Prepare

hilda yulis - hijabers mom community (3)

Di saat yang sama, tepatnya beberapa menit sebelumnya. Di tepi kolam renang.
“Dako,, sudah kau kumpulkan semua milik mereka?,,,” tanya Pak Prabu tertawa cengengesan, memasukkan beberapa potong bra milik Sintya dan Bu Sofie kedalam kerdus besar yang dipegang Dako.
“Beres Paak, Semua udah ngumpul disini, dipastikan tak ada satupun yang tersisa,, Hahahahaaa,,,”
“Terus punya Aryanti mana?,,,”
“Tuhh,, dipegang sama Adit,,” Dako memonyongkan bibirnya menunjuk Adit yang berdiri bersandar ke tembok, matanya terpejam begitu khusu menciumi bra berwarna pink dan cream.
“Asseeem,,, terus punya Zuraida, istrimu mana?,,,”
“Tadi, diambil sama Munaf,,,” Mata Dako celingak-celinguk mencari Munaf
“Juancuk,,, taik kau Naf,, awas aja kalo sampe bra istriku basah ama coli mu,,,” rutuk Dako, ketika mendapati Munaf menggosok-gosok bra warna ungu, ke selangkangan celananya, sambil tertawa.
“Cepet banget sih kalian nyerobot hak atasan,,,” umpat Pak Prabu kesal.
“Tenang Pak, bra Aryanti yang sudah dipake dan belum dicuci ada di bagian bawah kerdus,,,hehehehee,,,” celetuk Dako, membuat wajah Pak Prabu berbinar. Dengan cepat tangannya mengais tumpukan bra dalam kerdus.
“Yang ini?,,,” Pak Prabu menarik tali bra warna hitam dengan bahan yang sangat lembut, hampir saja membenamkan wajahnya ke dalam mangkok bra, tapi untunglah matanya masih jeli menangkap gumpalan sperma yang masih basah di kain itu.
“Dakooo,,, taik kaaauu,,, siapa yang udah make bra ini buat coli?,,,”
“Hahahaa,,sorry Paak, habisnya ga tahan kalo ingat tadi malam, tapi itu bener punya Aryanti koq,,” teriak Dako yang sudah lebih dulu menghindar menjauh. Disambut tawa Munaf dan Adit. Lalu masuk ke ruang tengah cottage.
“Waahh,,Dari mana saja kalian, cepatlah makan, kita mau ngadain game paling panas dari semua game yang ada,,,hahahaa,,” sambut Munaf, saat Arga dan Zuraida memasuki ruang tengah cottage, di samping Munaf tampak Aida yang pagi itu terlihat begitu cantik.
Tak jauh dari mereka, Andini begitu mesra memeluk Adit yang tengah ngobrol dengan Pak Prabu. wajahnya masih terlihat kelelahan akibat permainan tadi malam. Tak berbeda dengan Aida, Andini juga mengenakan kaos ketat dan rok pendek dengan lipitan yang lebar, seolah menjadi seragam wajib bagi para wanita selama liburan ini. Tapi Arga tidak mendapati Aryanti, kemana istrinya? Sedang apa?,,, tanya itu lagi-lagi menyeruak.
“Arga,, Aku duluan ya,, perutku udah lapeeerrr,,,” ucap Zuraida seraya melambaikan tangan. Arga mengacungkan jempol tanda setuju.
“Gaa,, kalo gitu kami juga berangkat sekalian,,,” celetuk Munaf, menggandeng istrinya, Aida, wanita itu melempar senyum penuh makna kepada Arga.
Pak Prabu menghampiri Arga, lalu menepuk pundaknya,,“Mukeee gileee,, kayanya udah sukses nih eksekusi dokter cantik,” tanpa menunggu jawaban dari Arga yang sedikit kelabakan ditembak seperti itu, Pak Prabu berlalu sambil tersenyum.

“Aryanti,,,” gumam Arga, lalu bergegas menaiki tangga. Didalam kamar Aryanti baru saja selesai mandi, mengenakan kaos putih, dengan tulisan ‘Touch Me’ tepat dibagian payudara nya yang membusung. Begitu serasi dengan rok warna merah menyala yang begitu pendek.
“Haaiii Sayaaaang,,” sapa Aryanti sambil menyisir rambutnya yang masih basah.
“Cantik,,, kau memang cantik,,,” ucap Arga mendekat, lalu memeluk dari belakang. Membuat istrinya tersenyum. Wajah wanita itu begitu segar, seakan pertarungan ganas tadi malam adalah hal yang biasa bagi tubuh indahnya yang terbiasa mengikuti aerobik.
“Apakah kau sudah sarapan?,,,”
“Belum,” jawab Arga, tangannya menyusuri pinggang ramping yang bersinergi dengan pinggul dan pantat yang montok berisi. “Apa kau ingin menemaniku sarapan?,”
“Sebenarnya aku sangat ingin menemanimu makan, tapi aku harus membawa barang-barang itu ke tempat game, mungkin Dako yang akan mengantarku,” jawab Aryanti dengan wajah menyesal.
“Yaa,, kurasa tak mengapa,,,” jawab Arga berusaha rileks saat telapak tangannya tiba di  selangkangan wanita yang mengikat janji setia untuk hidup bersamanya.
Tatapan mata sepasang suami istri bertemu di cermin, Aryanti tersenyum, namun seketika berubah murung saat suaminya mengusap lembut gundukan vaginanya.
“Cepatlah mandi sayang,,, kasian teman-teman mu menunggu terlalu lama,”
Hampir saja Arga menurunkan kain tipis di selangkangan Aryanti. Menarik nafas panjang, membaui rambut Aryanti, mengecup lembut rambut istrinya. Aryanti berjalan ke samping kasur, menunduk mengambil pakaian kotor yang ada di lantai, saat itulah jantung Arga tersentak, rok Aryanti terlalu pendek, siapapun dapat melihat pantatnya yang montok bila sedang menungging seperti itu. Jantung Arga semakin berdetak kencang, pakaian kotor yang ada di tangan Aryanti tidak lain adalah kaos dan leggins yang dipakainya tadi malam.
“Kenapa celana mu robek sayang?”
“Owwhhh ini,,, ini ulah teman-temanmu saat bermain game tadi malam,” jawab Aryanti dengan mimik salah tingkah.
“Game?,,,” Arga berpura-pura tak tau dengan apa yang dialami istrinya tadi malam.
“Yaaa,, hanya permainan yang sedikit nakal, yang diusulkan oleh sahabatmu Dako,,,”
“Hanya permainan?,,,” tanya Arga dengan suara lembut tapi begitu tajam.
Wajah Aryanti berubah pucat seketika, dirinya tidak pernah mampu berbohong saat Arga bertanya padanya dengan sebuah senyum yang menyejukkan. Seketika itu juga Aryanti memeluk tubuh Arga,
“Maaf sayaaang,,,” sesal Aryanti dengan suara berat, “aku terlalu terbawa permainan,” matanya yang indah mulai sembab, penyesalan mengalir tak terbendung.
Sangat sulit bagi Arga untuk meneruskan percakapan itu, yang akan membuat hatinya sakit saat harus mengingat kembali kejadian tadi malam, toh apa yang dilakukannya tak jauh berbeda dengan Aryanti. Lagipula, istrinya sudah mengakui kesalahannya.
“Sudahalah,,, bukan kah itu hanya sebuah permainan?,,,” Arga tersenyum sambil menatap mata Aryanti. Tapi,,,
“Sayaaang,, apa kamu,, eenghh,, tidak memakai bra?,,,” tanya Arga ragu-ragu saat merasakan gumpalan empuk yang menyentuh dadanya tidak mengenakan pelindung bra.
“Oohh iya,, bra ku dan semua bra para wanita disita oleh Pak Prabu, karena kami kalah taruhan saat sarapan tadi pagi,,,”

“Taruhan?,,,”
“Yaaa,, bos mu itu menantang kami para wanita untuk menebak, batang siapa yang sanggup tetap tertidur bila Lik Marni memperlihatkan payudaranya yang kencang itu,,” Aryanti bercerita penuh semangat.
“Ohhh,, sayaaang,,, seharusnya kau ada di ruang makan saat itu, karena Lik Marni akhirnya benar-benar memperlihatkan dagingnya yang bulat besar dan kencang itu, kurasa batangmu pun pasti akan dengan cepat mengeras bila melihatnya. Hasilnyaa,,,semua batang milik teman-temanmu itu mengeras semua, hahahahaa,,,sesuai tebakan kami,,, tapi tidak dengan batang Pak Prabu,,”
“Ohh yaa,,,” Arga meneguk liurnya, apa yang digambarkan Aryanti sama persis dengan apa yang dinikmatinya dari tubuh istri penjaga cottage itu.
“Bagaimana kalian tau, bukankah mereka mengenakan celana,,,”
“Yaaa,, karena penasaran, dan untuk memastikan siapa yang memenangkan pertaruhan, kami mengecek batang mereka satu persatu,,”
“Ohh,, apakah kamu juga ikut mengecek batang mereka satu persatu?,,”
“Yaaa,, karena para wanita melakukannya, kurasa tidak mengapa jika aku turut memastikan,” jawab Aryanti, sambil menggelayut manja, tangannya merogoh ke dalam celana Arga mengelus lembut batang yang sudah mengeras.
“Tapi lucunya,,, batang Pak Prabu yang tetap tertidur setelah disentuh para wanita itu, justru mengeras saat kusentuh,,, dan itu membuat semua yang ada di ruang makan tertawa, jadi aku terus meremasnya hingga batang itu menegang sepenuhnya, tapi aku melakukannya dari luar celana, jadi,, kurasa itu tak masalah,, bukan begitu sayang?,,,”
“Eehhh,, iya,, selama kau tidak menyentuhnya langsung, tapi,,,”
tok,,tok,,tok,,
“Sayaaaang,, apa kau sudah siap?,,,”

hilda yulis - hijabers mom community (2)
Seseorang mengetuk pintu, dan pemilik suara itu lain adalah Dako. Pintu terkuak sebelum sempat Arga dan Aryanti menjawab.
“Tidak apa-apa kan, bila Dako yang mengantarku? Nanti kau susullah bersama Zuraida dan Sintya, sepertinya dia juga belum selesai bersiap-siap,”
“Okee,, berhati-hatilah,, jangan ngebut walau pake ATV,” Arga berusaha tidak mempermasalahkan panggilan sayang yang diucapkan Dako kepada istrinya.
“Sob,,, tolong bocengin istriku ya,,,” seru Dako sambil mengedipkan matanya, lalu menggamit pinggang Aryanti yang membawa kerdus berisi bola, menuruni tangga.
“Aryantii,,, Apa kau masih bisa membawa beberapa kain ini?” seru Sintya dari arah ruang makan, membawa segumpalan kain bali, “Pak Prabu memintaku untuk membawa kain ini,tapi sepertinya aku akan terlambat,”
“Waaahh,,,sudah penuh Sin, taruh aja di kamarku, nanti biar Arga yang bawa,” jawab Aryanti sambil memperlihatkan isi kotak.
“Owwhh,, okee,, biar kuantar kekamarmu,,” jawab Sintya yang melihat sosok Arga yang masih di atas, berdiri di pinggiran tangga. Lalu melambai kepada Aryanti yang kemudian menghilang di pintu keluar.

Sintya menaiki tangga, tersenyum penuh makna, manatap Arga dengan kerlingan nakal.
“Apa kau ke kamarku hanya untuk mengantar kain itu?,,,” goda Arga, matanya menatap tonjolan mungil pada kaos ketat Sintya yang membulat padat.
Saat tiba di hadapan Arga, wanita cantik itu menepis poni yang menutupi mata indahnya sambil membusungkan dada semakin ke depan.
“Menurutmu?,,, apalagi yang kubawa selain barang-barang ini?,,” Sintya mengerling mata menunjuk kain-kain yang ada di kedua tangannya. Tapi itu tak ubahnya seperti menunjuk kedua payudara yang membusung. Lalu berlenggok genit menuju kamar, sengaja menggoyangkan pantatnya sedikit berlebihan untuk menggoda Arga.
“Okeee,,bawalah barang-barang ini ke kamarku,,,” seru Arga yang menubruk tubuh Sintya dari belakang. Tangannya segera meremas payudara yang hanya ditutupi kaos tipis.
“Uuuugghhh,,, kurasa kau salah,,, karena barang ini milik Pak Prabu, Bos ku di kantor,,” rintih Sitya yang menahan geli ketika payudaranya diremas dengan kuat, memainkan puting yang begitu cepat mengeras.
“Ohh,, yaa?,,, kurasa Pak Prabu tak akan keberatan jika barang spesial ini dihibahkan untuk pimpinan cabang yang baru,,”
Blaam,,,Arga segera menutup pintu dengan kakinya, ketika kedua sudah berada di dalam. Lalu menyeret tubuh Sintya ke ranjang.
“Boleh aku mencobanya?,,,” tanya Arga, memandangi payudara yang kini terpapar bebas di depan matanya, tubuhnya beringsut menaiki, menindih tubuh Sintya yang menggeliat manja.
“Sudah kubilang, itu punya Bos ku di kantor,, jika kau adalah bos baruku, maka kau bebas untuk mencicipinya,,,” wajah Sintya memerah, menunggu bibir Arga yang berada beberapa senti dari putingnya.
“Ooowwwhhh,,, Emmmppphhh,,,”
“Yaaa,, yaaang kanaaan jugaaa,,,, aaaggghhh,,”
“Boosss,,, gimanaaa,,, apa aku masih layak jadi sekretarismu nanti,,” tangan Sintya mengelus wajah Arga yang masih sibuk mengenyoti dua puting yang sudah mengeras.
“Apa kau masih membawa alat tester kelamin para lelaki?” tanya Arga, membuat Sintya bingung, lalu tertawa terbahak saat teringat kejadian di gazebo, saat mereka bercanda dalam birahi, tentang barang siapa yang lebih besar, apakah milik Arga ataukah milik Pak Prabu.
“Hahahaa,,Yaa,, kurasa aku membawanya,, cobalah cek, apakah alat itu masih ada di bawah sana?” Sintya menunjuk selangkangannya dengan menggerakkan wajahnya.Arga tertawa girang, “kurasa kita harus menyelesaikan tugas kita di gazebo, mengukur punya siapa yang lebih besar,” tangan Arga menarik tepian celana panjang dari bahan katun yang membekap tubuh bagian bawah Sintya.
“Yaaa,, benar katamu,,kita harus menyelesaikannya,,” dengus Sintya, mengangkat pantat sekalnya memudahkan usaha Arga.
Tapi tiba-tiba terdengar suara derap langkah mendekat dari luar kamar
“Argaaaa,,,”
“Gaaa,,, Argaaaa,,,”
Zuraida memanggil dari depan pintu, sontak keduanya meloncat bangun, membenahi pakaian yang mulai berantakan.
“Yaa,, Ada apa,, engghhh,, apa kau sudah sarapan?,,, aku,, aku belum mandi,,” Arga gelagapan saat pintu terbuka, sementara Sintya baru saja berhasil memasukkan payudaranya yang besar kembali ke dalam kaos.
“Hohohohooo,,, ternyata kau nakal juga yaa,,” seru Zuraida sambil berkecak pinggang, bola matanya melotot menyelidik wajah Arga yang pucat, layaknya maling tertangkap tangan.
“Huuhh,, ku kira kau memang berbeda dengan mereka,, ternyata,,,” wajah Zuraida yang kaget berubah menggoda Arga, tertawa genit, lalu berjalan menghampiri Sintya yang masih di atas kasur.
“Tunggu Zee,,, kami hanyaaa,, emmhhh,, maksudku,,,”
Tapi Wanita anggun itu tampak cuek, mengacuhkan Arga yang mati-matian mencari alasan, menghampiri Sintya lalu membisikkan sesuatu ke telinganya.
“Iiihh,, mba Zuraida apaan sih,,,” wajah Sintya tersipu malu, entah apa yang dibisikkan Zuraida ke telinganya.
Zuraida balik menghampiri Arga, berdiri tepat di depan lelaki yang terlihat canggung itu.
“Sayaaang,, Pak Prabu, Munaf, Bu Sofie, Aida, bahkan suamiku dan istrimu, Sepertinya mereka benar-benar menikmati permainan ini, lalu kenapa kita harus menahan diri,” ucap Zuraida.
Tangan lentiknya perlahan meraih selangkangan Arga, lalu tertawa genit, saat mendapati batang Arga yang keras mulai lunglai karena kaget.
“Kau punya waktu beberapa menit, sampai aku selesai mandi, tapi ingat,,, berusahalah untuk tidak memasukkan barang ini kedalam tubuh Sintya, karena aku bisa cemburu,,” ucap Zuraida dengan suara bergetar, tangannya mencengkram erat batang Arga yang dengan cepat kembali keras.
“Weelll,, aku mandi dulu ya sayang, manfaatkan waktumu dengan baik,,, Sintya, ingat kata-kataku tadi ya,,” seru Zuraida melepaskan batang Arga, mengedip genit ke arah Sintya. Lalu melangkah keluar dan menutup pintu.Tinggal Arga dan Sintya yang saling pandang.
“Apa yang dikatakan Zuraida tadi?,” tanya Arga, duduk ditepi ranjang.
“Adda aja,,,” Sintya tertawa genit, berusaha menurunkan celananya yang ketat hingga ke lutut, memamerkan gundukan vagina yang begitu indah, tersembunyi penuh misteri di balik kain segitiga berenda yang tipis.
“Soo,,, apa kau masih ingin alat ini mengukur batangmu itu,” tanya Sintya, jarinya mengusap-usap kain tepat di bibir vagina, membuat kain itu mulai basah.
“Aaaawwww,,, Argaaa,,,” Sintya terpekik, Arga membenamkan wajahnya ke selangkangannya, lalu mengusapi kain pelindung dengan hidung dan bibirnya.
“Gaaa,, ingaaat kata Zuraida, waktu kita hanya sebentaaar,,” Sintya berusaha melepaskan celana dalamnya, lalu membuka lebar pahanya.
Arga yang tengah melepas celana, harus meneguk ludahnya, barang itu statusnya memang milik Pak Prabu, tapi bos nya itu sangat jarang menggunakan, hanya pada saat berpergian keluar daerah bersama Sintya.
“Maaf Sin,, aku ga bisa memasukkan punyaku,,, tapi,,, kurasa bibir mu ini cukup mahir untuk mengukur seberapa besar batangku ini,,,” Arga memegangi batang besarnya yang sudah mengeras sempurna.
Mau tak mau Sintya harus mengakui keunggulan batang Arga dari milik Pak Prabu, tanpa menyentuhnya pun semua wanita pasti sudah tau.
“Sini Gaaa,, biar bibirku yang memastikan,,” Sintya membuka lebar mulutnya, tanpa basa-basi wanita itu ingin segera melumat seluruh batang Arga ke dalam mulutnya.
“Eeemmmhhh,,, Ghheedhheee bhhaaangheeed,,,” Sintya memutar-mutar wajahnya, membuat batang Arga serasa dipelintir. Menariknya keluar memandangi dengan takjub, lalu kembali memasukkan sambil menggerakkan kepalanya maju mundur.
Arga tertawa bangga. “hehehee,,,bagaimana? punya siapa yang lebih besar,,,”
Wanita itu memandangi Arga dengan tatapan birahi, “Masukkanlah ke dalam tubuhku,,, hingga aku benar-benar bisa mengukurnya,,,” Sitya mengangkat pinggulnya, seolah memamerkan kenikmatan yang siap diberikan oleh kemaluannya
Sintya menggeliat, tubuhnya sudah tak tahan untuk merasakan kejantanan Arga, apalagi saat teringat kejadi di gazebo, saat batang itu memenuhi lorong vaginanya dengan sempurna. Mata Arga memandangi vagina yang terus dielus-elus oleh Sintya, membuat permukaannya begitu basah. Tapi Arga menggelengkan kepala dengan sangat berat. “Aku ga bisaaa, Sin,,” pesan Zuraida terombang-ambing di pikirannya.
“Gaa,, Pleasee,,,” Sintya merengek, semakin tinggi mengakat vaginanya, memamerkan pada Arga yang masih berlutut di samping kepalanya. Menguak kedua pintu vagina, hingga mata Arga dapat melihat lorong yang begitu sempit.
“Aaagghhh,, Siaaal,,, Zeee,,, maaaf sayaaang,,aku ga tahaaaan pengen nusuuuk lubang Sintyaaa,,,” Arga menggeram, menindih tubuh montok Sintya, mengarahkan batangnya ke pintu vagina, dan dalam tiga hentakan batang besar itu berhasil masuk sepenuhnya.Tanpa sepengetahuan Arga, mata indah milik Zuraida mengamati dari celah pintu yang tidak tertutup rapat. Tersenyum lembut sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Gaa,,Usahamu untuk bertahan boleh juga,,” gumamnya pelan, lalu berbalik menuju kamar dengan birahi yang ikut tersulut.
“Gaaa,,, Oooowwwhhh,,, penuh banget Gaaa,,,”
“Mba Zuraidaaa,,,sudaaah masuk semua Mbaaa,,,”
“Oooowwwhh,,,”
Arga terkaget, menghentikan gerakannya, “Apa maksud mu Sin,,,”
“Mba Zuraida membisikiku,, menantang, apakah aku bisa menelan semua batangmu,,,”
“Owwhhh yaaa?,,,jadi memang ini yang diinginkannya?,,lalu apalagi,,” Arga menjadi bingung dengan Zuraida, dirinya dilarang tapi justru menantang Sintya untuk menggodanya. Tapi masa bodoh lah bila itu adalah ujian untuk dirinya, karena vagina Sintya sangat mahir memanjakan batangnya di dalam sana. Pinggulnya kembali bergerak menghentak dengan ganas.
“Mba Zuraida juga pengen Pak Arga nyemprot di dalam sebelum dia selesaai maandiiii,,, Aaahhhh,, yaaa,,,Oooowwwhhh,,,”
“Owwwhh,,,tapi apa kau sanggup membuat aku keluar secepat itu? Arrggghhh,,,”
“Aaahhhssss,,, bisaaa,, haruuusss bisaaa,,, Sintyaaa pengeeen disemproot punyaaa bapaaaak,,,” paha montok itu menjepit pinggul Arga, kakinya membelit kaki Arga dan menekan pinggulnya keatas. Membuat batang Arga masuk semakin dalam dan terjepit begitu erat.
“Gilaaa,, ada jugaaa ternyata tehnik seperti ini,,, Uuugghhh,, tapi ini belum cukup Sin,,,”
Sintya tertawa sambil terengah-engah di sela sodokan Arga yang semakin keras. Lalu mendorong Arga hingga duduk bersimpuh di atas kedua kaki, dan menaikinya, tanpa menunggu Arga siap, Sintya yang kini dalam posisi dipangku segera menggerakkan pantatnya dengan liar.
“Oooowwwhhh,,, Paaaak,,, bagaimanaaa,,, Aaagghhhh,,,”
Membekap wajah Arga di antara kedua payudara, pinggul montok itu kini bergerak menghentak dengan kasar dengan lorong vagina yang menjepit erat.
“Paaaak,,, cepeeet keluaaarin Paaaak,,, Sintya udaaah ga kuaaaaat,,”
“Ooowwwhhh,,, batang mu gedeee bangeeet Paaak,,,”
Gerakan liar wanita cantik berponi itu membuat Arga kelabakan, batangnya dengan cepat keluar masuk.
“Uuugghh,, gila kamu Sin,,, Aaaghhh,, barangmu ini haruss menjadi milikkuuu Aaarrgghh,,,”

hilda - jilbab hot (1)
“Please semprotin meeeemek aaahh,,,Sintyaaaa,,”
“Pleaseeee,,, Sintyaaa keluaaaarrrr,,,”
“Aaarrrgggghhh,,,”
“Akuuu semprooot memeeeeeek mu Siiin,,, Aaaarrrgghhhh,,,”
Kedua tubuh manusia berlainan jenis itu berkelojotan, saling melumat bibir, bertukar ludah, seiring cairan kelamin mereka yang menyatu dalam vagina Sintya.
“Oowwhh,, nikmat banget punyamu Sin,,,hehehee” ucap Arga, menjatuhkan tubuh Sintya ke kasur, dan menindihnya.
“Punya bapak tuh yang gila,, nusuknya dalem banget, sampe mentok,,hihihi,,,”
“Paak,, Apa bener bapak mau ngambil saya dari Pak Prabu,,,” tanya Sintya, tatapannya begitu serius, membuat Arga bingung.
“Eeeenghhh,, maksud ku,,”
“Hehehe,, tenang aja pak,, Sintya Cuma bercanda koq,,hehehe,,”
“Tapi kalo kapan-kapan bapak mau nyoba alatnya Sintya lagi, boleh koq,” Wanita itu tersenyum, menyembunyikan wajahnya ke dada bidang Arga. Memeluk erat, dalam desir hati yang berbeda.

“Waahh,,, cepet banget,,, tau-tau udah makan disini,,,” Sapa Zuraida saat mendapati Arga dan Sintya sudah berada di ruang tamu. “Tapi kamu sudah mandi kan Ga?,,”
“Ya sudahlah,, kamu aja yang terlalu lama mandinya,,” jawab lelaki itu sambil memandangi tubuh Zuraida yang dibalut kaos putih yang ketat. lebih ketat dari biasanya.
“Gimana tadi?,,,” bisik Zuraida, duduk di sisi Sintya.
“Aku menang,,Mba kalah,,,” jawab Sintya malu-malu.
Zuraida langsung melotot ke arah Arga, yang tiba-tiba keselek dipandangi wanita berwajah cantik itu. penutup kepalanya diikat keleher seakan sengaja memamerkan sepasang gundukan payudara yang membulat padat.
“Aku ke kamar sebentar, ngambil kacamata, pasti panas banget nanti,,” pamit Sintya, menuju kamar.
“Sempurnaaa,,” ucap Arga pelan. Matanya tak sengaja menangkap tonjolan mungil, puting Zuraida tercetak jelas di kaos putihnya yang ketat. Bulatan payudara yang tidak ditopang oleh bra itu tetap membusung tegak, bergerak begitu indah mengikuti gerakan tubuh sang wanita. Sontak wanita itu tersipu malu, menundukkan wajahnya.
“Argaa,,, apakah aku masih terlihat cantik?,,” Hati Zuraida bergemuruh, ingin mendapatkan pengakuan dari lelaki yang dulu begitu dikaguminya.
“Cantik, bahkan sekarang kau bertambah lebih montok,,” Arga berdiri, mendekati bangku Zuraida. “Tapi bagiku, kau lebih dari sekedar cantik dan seksi, kau masih yang terindah,,”
“hohohoo,,, tidak,,tidaaak, jangan menggodaku lagi,,,” Zuraida bangkit, berusaha mengelak dari Arga yang ingin merengkuh pinggangnya. “Kau sudah gagal tadi,, u are a looser,, hahaaha,,,” berjalan menuju keluar.
“Aaahhh Siaaaal,,,” Arga memang sudah menduga jika Zuraida tadi tengah mengujinya.
“Zeee,,, Sayaaaang,,,” Arga menggenggam tangan Zuraida, menahan wanita itu. Menatap dengan penuh harap.

Setidaknya…
Biarkan di waktu yang tersisa ini aku memilikimu…
Merengkuh hatimu yang begitu jauh…
Meski sesaat, itu sangat berarti bagiku…
Aku ingin dirimu…

Lagi-lagi Zuraida harus menyerah pada tatapan teduh itu. Berjalan mendekat, masuk dalam pelukan sang lelaki.
“Arga,,, meski untuk sesaat, liburan ini juga sangat berarti bagiku,,, berusahalah untuk mendapatkan ku,, mendapatkan tubuhku,,,” ucap wanita yang hatinya tengah goyah itu.
Ada hasrat untuk menyerahkan tubuhnya dalam keperkasaan sang pejantan, tapi tidak dalam birahi liar. Wanita itu menginginkan sang pejantan menikmati tubuhnya dalam ritual hasrat yang sengaja dicipta, mencinta dan dicinta.
“Mbaaa,, Hehehee,, sorry,, lagi-lagi aku ngeganggu, Cepet Yuk,,, udah ditunggu sama yang lain,” seru Sintya, tepat saat Arga mengecup lembut Zuraida, yang menyambut dengan bibir terbuka.

***********************************
“Ayooo Aidaaaa,,, satu putaran lagiii,,,”
“Aryantiii,,, cepeeet,,, jangan mau kalaaahh,,,, loncat yang tinggi,,hahahaaa,,,”
Teriakan para suami terdengar ramai, tapi mereka bukan memberi semangat kepada istri masing-masing, teriakan itu justru ditujukan kepada istri yang memiliki gerakan paling liar.  Yaa,, lomba balap karung dipilih sebagai laga pembuka untuk game pantai.  Mata para suami tertuju pada Aida yang begitu semangat meloncat memacu tubuhnya, memimpin paling depan, dan bisa ditebak, mata jalang para suami tertuju pada sepasang payudara besarnya yang bergerak naik turun.  Sementara di belakangnya Aryanti berusaha menyusul, meloncat dengan cepat, tak peduli dengan payudara mereka yang tidak dilindungi bra, bergerak liar. Memang sangat merepotkan bagi mereka yang memiliki buah dada dengan ukuran besar, ketika harus meloncat, jelas sepasang benda menggiurkan itu akan ikut bergerak tak terkendali. Andini yang berada diurutan ketiga memang lebih diuntungkan dengan payudaranya yang tidak terlalu besar, namun ukuran karung yang hampir menutup seluruh tubuhnya itu membuatnya sangat kerepotan.
“Ayooo cepeeeet,,, yang nyampe duluan saya kasih piala,,” seru Pak Prabu yang berdiri di garis finish, sambil menggosok-gosok penisnya, membuat para suami lainnya tertawa. Tapi justru membuat para wanita yang tengah berloncat dan berlari tersipu malu.
Siapapun dapat melihat tojolan penis Pak Prabu, yang telah mengeras dengan sempurna, dan itu diakibatkan ulah payudara mereka yang bergerak brutal tak terkendali. Aryanti yang sudah pernah merasakan keperkasaan batang besar itu, tertawa. Terlintas dipikiran nakalnya untuk menabrak Pak Prabu, dan memberi pelajaran buat lelaki paruh baya itu dengan meremas batangnya saat tubuh mereka terjatuh.  Aryanti lagi-lagi tertawa, menertawakan pikiran mesumnya. Tapi ternyata hal yang sama juga terlintas dibenak Aida, meski tidak tau pasti ukuran pusaka Bos suaminya itu, dari balik kacamata minusnya Aida dapat memastikan batang itu memeiliki ukuran yang menggiurkan birahinya. Tak ayal kedua wanita cantik itu memacu kakinya lebih cepat, bersaing menuju tempat Pak Prabu berdiri. Saling bersenggolan sambil tertawa. Membuat Munaf yang berdiri tak jauh dari Pak Prabu sangat cemburu.
“Kyaaaaa,,,”
“Aaaaaa,,,hahahaahaa,,,”
“Mba Aida curaaaang,,, Hahahaaa,,”
Bruaakkk!!! Kedua tubuh montok itu bersamaan menubruk Pak Prabu yang tertawa menyambut sambil merentangkan kedua tangannya, jatuh terjengkang ditindih dua wanita cantik. Membuat para lelaki begitu iri dengan keberuntungan Pak Prabu. Apalagi mata mereka menangkap gerakan tangan Aida dan Aryanti yang berebut mencengkram selangkangan Pak Prabu bersamaan. Andini yang tepat berada di belakang mereka seakan tak mau kalah ikut meloncat ketubuh Pak Prabu, menindih Aida dan Aryanti. Membuat tawa semakin riuh.Tentu saja Pak Prabu juga berusaha sebaik mungkin memanfaatkan kesempatan, tangannya yang terentang dengan bebas meremasi payudara para wanita yang menyerahkan tubuh pada dirinya.
“Asseeeemmm,, mantap bener pantat istri kalian,,, uggghh,,, pasti nikmat banget kalo di Doggy,,” celetuk Mang Oyik kepada Arga dan Munaf, meremas-remas selangkangnya saat melihat rok ketiga wanita itu tersingkap, memamerkan pantat yang dibalut celana dalam aneka warna.
hilda - jilbab hot (2)
“Kan mamang udah pernah nyobain, kemaren nyemprot didalam juga kan?,,hehehe,,” jawab Arga terkekeh.
“Mamang udah pernah nyobain? Sama siapa? Istrimu Ga?,,,” tanya Munaf bingung.
“Ya istri mu lah,,, ngeliat sendirikan gimana lemesnya istri mu tadi malam? Hahahahaa,,,” Arga tertawa, seakan ingin membalas ulah Munaf yang sempat merayon tubuh Aryanti saat bermain kartu.
“Heehhh,, yang beneeer?,, ahh sialan kau Mang,,,” wajah Munaf seketika berkerut, tak pernah terlintas diotaknya kalau tubuh mulus istrinya turut dinikmati oleh lelaki seperti Mang Oyik.
Aryanti menghampiri Arga sambil tertawa. “Huuufff,,, capek banget sayang,, kakiku pegel seperti ingin keram,”
Sementara Munaf dan Mang Oyik harus meneguk liur menatap payudara Aryanti yang tercetak jelas di balik kaos, bergerak naik turun dengan teratur, mengikuti tarikan nafas yang masih tersengal.
“Kalau gitu istirahat lah dulu,” ucap Arga santai tanpa menoleh.
“Sayang,,, masih marah ya?” tanya Aryanti yang bingung melihat Arga sedikit agak cuek dari biasanya. “Atau kau marah karena kejadian tadi, saat aku menabrak Pak Prabu, aku memang melakukannya dengan sengaja, maaf,,,”
“Ngga koq sayang,, aku tau kau cuma terbawa permainan,” Arga menoleh sambil tersenyum lembut, tapi tetap saja ada yang mengganjal di hati Aryanti. Perlahan dipeluknya Arga dari samping.
“Ayooo Zuraidaaaa,,, cepaaat,,, jangan mau kalaah sama Bu Sofie,,,”
DEEEGGG, hati Aryanti terasa sakit saat Arga memberi semangat kepada Zuraida. Tapi kenapa?,,, Zuraida adalah teman baiknya, dan Zuraida pula yang menjodohkan mereka. Wanita cantik itu semakin erat memeluk pinggang Arga. Tapi bukan hanya Arga, karena mata semua lelaki kini tertuju pada Zuraida yang terlihat malu-malu untuk meloncat, menghindari gerakan di dadanya, sesekali kakinya berusaha berjalan di dalam karung yang sempit. Akibatnya Bu Sofie yang berada di belakang perlahan mulai mendekat, padahal tenaga wanita dengan tubuh padat berisi itu telah terkuras habis akibat ulah Mang Oyik dan Kontet.
“Ayooo Zuraidaaaa,,, loncat yang tinggiii!!!,,, Awwww,,,” Munaf yang berteriak memberi semangat seketika terpekik akibat cubitan Aida yang cemburu.
Teriakan Munaf justru membuat gerakan Zuraida semakin pelan, tapi sepelan apapun gerakan, payudara dengan ukuran menggiurkan itu pasti akan bergerak tanpa topangan bra.
“Hahahahaaa,, Hooosshh,, Hooshhh,, haahh,,hahaaahh,,,” Bu Sofie yang tertinggal dibelakang, kembali bersemangat saat melihat gerakan Zuraida semakin pelan, kini dirinya sudah menyusul beberapa langkah di depan, berusaha memperpendek jarak dengan Sintya yang ada di depannya.“Siaaal,,, Uuuhhhh,, Kenapa semua melihat ke aku sih,, padahal masih ada Sintya dan Bu Sofia yang nenennya lebih gedeeee,, Uuuhh,,, ,” Hati Zuraida berteriak kesal seakan ingin menangis.
Tubuh nya yang selalu tertutup hingga kekepala itu, tak pernah sekalipun dipertotonkan seperti itu kepada banyak orang, meskipun hanya dengan pakaian yang ketat. Tapi kini semua lelaki dapat melihat puting payudara yang tercetak jelas. Apalagi saat dirinya menangkap pandangan mata Pak Prabu, Adit dan munaf yang menatap penuh birahi. Parahnya lagi, di belakang ketiga lelaki itu, Mang Oyik begitu bernafsu menggosok selangkangannya, mulut lelaki berwajah amburadul itu membuka dan menutup mengikuti gerak payudaranya yang naik turun. Ada penyesalan dihati wanita itu, kenapa tadi dirinya memilih kaos ketat, padahal tujuannya tidak lain hanya untuk menggoda Arga, tapi jika ranum buah dadanya itu turut dipelototi oleh lelaki lain, jelas dirinya sangat malu.
“Begoooo,,, kenapa ga ditutup pake jilbab aja,,, uugghhh,, begoo, begooo,,,” rutuk hati Zuraida, ketika teringat bagian bawah jilbabnya yang terikat ke belakang. Dengan sekali hentakan ikatan kain putih itu terlepas, menutupi bagian depan payudaranya. Sontak teriak kecewa menghambur dari mulut para lelaki.
“Whooooo,,, Zuraidaaa pelit,, Aaaaww,,, koq dicubit terus sih mahh,,” protes Munaf ketika teriakan kecewanya beroleh cubitan di perutnya yang mulai buncit.
“Mamahkan enak, udah nyobain banyak batang dimari,,,” sungut Munaf.
“Tu kan,,, salahnya papah juga sih suruh-suruh mamah pake rok beginian, pasti biar bisa pamerin punya mamah kan?, jadi kalo ada orang yang minta isi dalam rok mamahh, papah ga boleh marah dong,,,” protes Aida lalu melenggang meninggalkan Munaf yang terbengong.
“Eeee,,, busyet dah, sejak kapan bini ku binal kaya gitu, main kasih memek seenaknya,, kan tu punya kuu,,,” dengus Munaf kesal, melototi istrinya yang melenggang cuek, sesekali memamerkan pantat yang tak mampu ditutupi oleh rok yang pasrah tertiup angin.
“Yeeeeaaahhhh,,,,” terdengar teriakan Sintya yang berhasil mencapai finish.
“Aaahhh,,, tungguuu,,tungguuu,,, curang kaliaaan,,,” Bu Sofie berteriak histeris dengan nafas ngos-ngosan, mulai keteteran tak mampu menyaingi Zuraida yang memacu tubuhnya, menyalip dengan cepat mencapai garis finish.
“Yaaaaaaaa,,,, hahahahahaaa,,,” Zuraida ikut tertawa heboh berdiri digaris finish. Mengangkat tinggi kedua tangannya, terlihat jelas wanita itu mulai menikmati permainan.
“Maaf ya buu,, sekali-sekali ibu yang belakangan,,,heheehee,,” ucap Zuraida menyambut Bu Sofie yang menggerutu lucu, di garis finish.
Sekilas Zuraida melirik Arga yang mengangkat jempolnya, membuat wanita itu tertawa tersipu. Dokter cantik itu tidak menyadari, Aryanti yang berdiri di samping suaminya tersenyum kecut, cemburu melihat kemesraan Suaminya dan Zuraida
“Wokkeeeee,,, game kali ini dimenangkan oleh Aidaaa,,,” Pak Prabu mengumumkan pemenang lomba.
“Lhoo koq bisa Pak?,,, aku kan lebih dulu nginjak garis finis dibanding Aida,,” protes Aryanti.
“Yaa,, tapi Aida sepersekian detik lebih cepat memegang punyaku,,,hahahaa,,,”
“Whhoooooo,,, Pak Prabu curang,,Hahahahaaa,,,”
“jurinya mupeng tuuuhhh,,,Hahahaa”

Teriakan dan tawa menghambur di bibir pantai. Terik matahari seakan tak mampu mengurangi keceriaan para suami istri.
“kali ini biar adil, biar aku yang jadi jurinya, karena game berikutnya bakal lebih panas, lomba makan sosis hahahaa,,” ucap Bu Sofie sambil bertolak pinggang.
“Ayooo sini,,,, semua ngumpul,,, para wanita silahkan pakai kalung pita ini,” lanjutnya, lalu menyerahkan pita merah kepada Aryanti, pita biru untuk Andini, pita ungu diserahkan pada Aida, Pita putih untuk Sintya, dan pita hijau untuk Zuraida. Bu Sofie meminta para istri mengalungkan di leher.
“Ayooo,, sekarang giliran para suami, cepet sini,,,” teriaknya sambil menenteng kain kantongan berisi beberapa bola.
“Dako kau duluan,, silahkan pilih wanita mu,,,, hehehee,,,” Bu Sofie mengulurkan kantong. Mata Dako berusaha mengintip melalui celah.
“Eeehh,, ga boleh ngintip,,, semua tergantung keberuntungan tanganmu,, ayo cepat ambil satu bola,”
“Warna Unguuu,, Aidaa,,,hahahaa,,” Bu Sofie mengumumkan pasangan Dako adalah Aida.
“Hehehehee,,, hay bu guru cantik, udah siap untuk menang?,,” Dako sengaja mencolek pinggang Aida, menggoda Munaf yang lagi uring-uringan.
hilda - jilbab hot (6)
“Yaaa,, meraahh,,Aryantiii,,,”
“Yeeeaaahhh,,,” Adit berteriak girang, menghampiri Aryanti, “Sorry ya calon boss,, aku pinjam dulu istrimu,,,hehehee,,” Adit menggoda Arga, menarik tangan Aryanti yang masih memeluk pinggang suaminya.
“Awas aja kalo sampe lecet, aku jadiin OB kamu,,” ancam Arga bercanda, walau ada rasa was-was dihati, permainan seperti apa yang bakal digelar.
“Sintyaaa,,, Putih,,,”
“Weeew,,, boleh juga nih,,, game nya harus hot Bu,,” seru Munaf, jengkelnya sedikit berkurang. Sudah lama dirinya tertarik dengan wanita yang setiap hari duduk manis di depan ruang Pak Prabu dengan rok ketat dan minimalis.
“Argaa,, kau dapat Andini,,, hahahaa,, mau ditukar dengan ibu?” goda Bu Sofie, ketika Arga maju mengambil bola warna Biru.
“Emang ibu sanggup makan sosis saya?,,” jawaban Arga membuat Bu Sofie terdiam dengan jantung berdegub kencang.
“Tunggu tanggal mainnya, pasti kulahap habis sosis besarmu itu,,” balas Bu Sofie, berbisik dengan jantung menderu merasa ditantang.
“Tersisa satu bola hijau, artinya Zuraida berpasangan dengan suamiku, pak Prabu,,,” terang Bu Sofie, sepeninggal Arga yang mendekati Andini.“Jadi permainannya seperti ini,, Sosis yang dibagikan Mang Oyik ini harus diikat dipinggang para istri, dan mereka harus mendekati pasangan mainnya dengan mata tertutup, dan pasangan mainnya harus memberi aba-aba kemana si wanita harus menuju, terus,,,” Bu Sofie menghentikan ucapannya sambil wajah tersenyum nakal, membuat peserta lomba penasaran menunggu.
“Terus,,, sosis itu harus dimasukkan ke dalam mulut para lelaki yang berbaring di pasir, dan ingat,, tidak boleh dibantu oleh tangan,,,hehehee,,” Bu Sofie tertawa sambil bertolak pinggang. Permainan itu tak ubahnya seperti permainan memasukkan pensil dalam botol, hanya saja dilakukan dengan cara yang vulgar.
“Haahhh???,, yang benar aja bu,, masukin sosis kemulut Adit yang tiduran, berarti kami harus ngangkangin mereka dong?,,,” Aryanti coba protes, tangannya reflek menahan rok yang tertiup angin, entah kenapa tiba-tiba dirinya merasa malu, pasti lomba ini akan terlihat sangat vulgar.
“Hehehee,, itulah tantangan dari game ini, kalian boleh berusaha menutupi rok kalian bila mau, tapi ingat tangan kalian tidak boleh memegang sosis itu,,.” terang Bu Sofie, tersenyum puas melihat wajah para wanita mulai pucat.
hilda - jilbab hot (3)
“Tenang aja mba,, ntar saya merem koq,,,”
“Merem? aku make rok aja kamu masih usaha buat ngintip ke bawah, gimana kalo aku ngangkang depan matamu,,, awas aja kalo ngga merem, bakal ku colok matamu,,,”
“Hahahahaaa,, nih Yan,,, buat jaga-jaga, kalo ngintip colok aja,” celetuk Zuraida, menyerahkan potongan ranting kepada Aryanti.
Wanita yang selalu setia dengan penutup kepalanya itu dapat sedikit bernafas lega, karena dirinya memakai celana leggins putih. Meski celana dalam warna hitamnya dapat terlihat dengan samar, setidaknya itu masih lebih baik dibanding para istri lainnya yang mengenakan rok. Mang Oyik membagikan potongan sossis yang ujungnya dibungkus plastik, agar dapat diikat oleh tali, wajah mesumnya cengengesan membayangkan kegilaan yang bakal terjadi.
“Lho Mang,,, koq tali punya saya pendek banget sih, tuker yang lebih panjang dong,,” sela Zuraida saat menerima sosisnya.
“Waduh,, udah habis bu,, itu yang terakhir,,” jawaban Mang Oyik membuat wajah cantiknya cemberut.
“Aaahhhh,,, tu kaaaann,,, pendek banget,,” Zuraida mulai panik, sosis yang sudah diikat kan di pinggang menggantung hanya beberapa senti dari pantatnya.
“Heheheheee,,,, cuma game aja koq Bu Dokter,,,ga usah terlalu diambil hati,, hehehee,,,” ucap Pak Prabu, hatinya berteriak girang, dengan mata tak lepas dari pantat montok Zuraida.Dokter cantik itu cuma bisa tersenyum kecut, andai saja partner game nya adalah Adit atau Munaf mungkin Zuraida bisa main bentak kalo mereka nakal, tapi ini adalah Pak Prabu. Akhirnya wanita itu cuma bisa berharap game dapat selesai dengan cepat.
“Ko,,, koq pendek banget sih ngiketnya,, lagian kenapa ngiketnya dibelakang,,,” protes Munaf kepada Dako yang membantu mengikatkan sosis di pinggang belakang istrinya, membuat sosis itu menggantung tepat di depan selangkangan istrinya.
Dako mengangkat kedua pundaknya, “Tapi Istrimu ga protes tuh,,,” jawaban itu membuat Munaf melototi istrinya yang jadi salah tingkah, wajah berhias kacamata itu memerah malu.
“Sayaaaang,,, Kan ini cuma permainan aja,, ngga lebih koq,” bujuk Aida, membuat Munaf tidak bisa berkata apa-apa.
“Hanya permainan,,,” hati Aida berkali-kali mengucap kalimat itu dengan jantung berdegub kencang.
Protes yang sama juga dilontarkan Adit yang melihat Istrinya, Andini, dengan sengaja memutar sosis yang berada di belakang ke depan, hingga menggantung tak jauh dari selangkangannya. Begitu juga dengan Pak Prabu yang melototi ulah Munaf, meski sosis itu tetap berada di belakang, tapi wanita simpanannya tidak protes saat Munaf menggulung tali menjadi lebih pendek.
“Okeeee,,, para suami silahkan berbaris disana,,, dan kalian berbaris di sini,, silahkan menutup mata dengan syal ini,,,” Bu Sofie kembali memberi perintah.
Berbeda dengan para lelaki yang tampak terlihat girang, para wanita justru terlihat pucat, saling pandang dengan bingung, masing-masing merasa tidak nyaman.
“Duuuhhh,,, aku ga bisa,,, kasian kamu Zuraidaa,,,” ucap Aida, memutar posisi sosisnya ke belakang, lalu menurunkan tali menjadi lebih panjang.
Perbuatan Aida ternyata diikuti wanita lainnya, yang berusaha menjauhkan gantungan sosis dari selangkangan mereka. Perbuatan para istri itu jelas membuat para lelaki yang berbaris 5 meter dari para wanita, terlihat kecewa.
“Kalian harus mendengarkan intruksi dari pasangan kalian, kemana kalian harus melangkah,, dan kalian yang cowok, setelah pasangan kalian sudah mendekat tepuk pundaknya lalu kalian boleh berbaring dan memakan sosis itu sampai habis,” Bu Sofie terpaksa harus sedikit berteriak agar semua dapat mendengar suaranya.
“Yaaa,,,Silahkan pasang penutup mata kalian,,” seru Bu Sofie sambil memeriksa mata para wanita, memastikan sudah benar-benar tertutup.
“Semua sudaahh siaaap?,,,”
“Satuuuu,,,,”
“Duaaaaa,,,,”
“Tigaaaaaa,,, Gooo,,,!!!”
Aba-aba dari Bu Sofie langsung disambut teriakan para lelaki yang heboh memberi komando kepada pasangannya agar menuju ke arah mereka. Para wanita harus bekerja sedikit ekstra untuk mengenali suara, untungnya Bu Sofie memberi jarak dua meter antar wanita dan pasangan mainnya agar suara teriakan tidak terlalu kacau dan membingungkan. Sintya yang lebih dulu sampai di hadapan Munaf, pundaknya segera ditepuk oleh Munaf, dan dengan wajah sumringah Munaf segera berbaring di kaki Sintya.
hilda - jilbab hot (4)
“Yaaa,, buka kakimu Sin,,, turunin sosisnya pelan-pelan,,,”
“Ooowwwhh,,, Shit!!!,,,” Munaf mengumpat saat Sintya mengangkangi wajahnya, pantat semok milik sekretaris seksi itu tepat di depan matanya, perlahan mulai turun mendekati wajahnya. Meski mulutnya sudah menyentuh sosis, Munaf tetap saja menyuruh Sintya menurunkan pantatnya.
“Yaa,,, cukup,,, aku akan makan sosis ini pelan-pelan,,,” seru Munaf saat selangkangan Sintya tinggal sejengkal dari mulutnya.
“Makan yang cepet Pak,, jangan lama-lama,,,” seru Sintya, entah kesal, entah marah, tapi yang jelas liang vaginanya yang kini berada satu jengkal dari wajah Munaf, mulai basah.
“Ayooo Bu,,,, Yaaa,, cepet buka kaki mu,,,turuuniiin,, Oooowwwhhh,,, punyamu mantap banget Buuu,,,” seru Dako tak kalah heboh, langsung berbaring dan meletakkan kepalanya di antara kedua kaki Aida.
“Ckckckck,,, bener-bener mantap ni pantat, apalagi meki nya gemuk banget,,pasti jepitannya mantap nih,,” Dako dengan cueknya berkomentar, tak peduli dengan kondisi Aida yang panas dingin. “curang tu si Arga, dapet barang bagus ga bilang-bilang,,,”
DEG,,,
“Jangan-jangan Dako juga melihat perselingkuhannya dengan Arga?,,,” hati Aida semakin tidak karuan.
“Ayooo Dakoo,, cepet makan sosisnya,,,” pinta Aida tidak karuan.
“Aku ga mau sosis,,, aku mau nya kue apem,,, hehehe,,,” jawab Dako.
“Huusss,, jangan nakal,,, makan aja cepat,,,” Aida perlahan semakin menurunkan pantatnya, hingga hidung Dako dapat merasakan aroma dari vagina yang mulai basah.
Hal yang sama juga dirasakan Zuraida, yang tidak menyangka dirinya menuruti begitu saja untuk mengikuti permainan gila itu. Dirinya yang berhasil sampai di tempat Pak Prabu berdiri, disambut dengan cara yang sangat nakal. Yaaa,, Pak Prabu yang seharusnya memberi kode dengan menepuk pundak atau tangannya, justru mencolek puting payudaranya.
“Maaf Bu Dokter,,, ga tahan pengen nyolek, habisnya kenceng banget,,,Hehhehe,,,” ucap Pak Prabu pelan, yang begitu menikmati kenakalannya mengerjai wanita alim itu.
Seandainya lelaki itu bukan atasan suaminya, ingin sekali Zuraida menampar wajah Pak Prabu, tapi dirinya cuma bisa menahan emosi,  Toh,, sebentar lagi lelaki itu akan pergi meninggalkan kantor suaminya, akhirnya Zuraida berusaha untuk tetap tersenyum di antara wajah kagetnya.
“Kakinya buka yang lebar ya Bu Dokter,,, kepala saya mau masuk,,,”
“Ooowwwhh,,, pantat ibu mantap banget Bu,,, ga terlalu besar, tapi nungging kaya itik,,,”
Komentar-komentar nakal Pak Prabu sangat menganggu pikiran jernih Zuraida. Tak pernah dirinya merasa senakal ini di hadapan orang lain, selain dengan Arga. Tak ubahnya seperti eksibisi berselubung persaingan dalam permainan.
“Paakk,, berhenti mengomentari tubuh saya, selesaikan saja permainan ini secepatnya,,” ucap Zuraida dengan intonasi tinggi, untuk menunjukka rasa tidak senangnya atas kenakalan atasan suaminya itu.Tapi tanpa disadari Zuraida, rasa dari amarah yang menyeruak itu tidak lebih dari pelarian rasa malu dan bersalahnya. Dan parahnya permainan ini baru saja dimulai.
“Pelan-pelan aja bu nurunin meqi nya,,, ga usah buru-buru,,,hehehee,,”
“Uuuugghhhh,,,” Zuraida bingung, sangat bingung, komentar Pak Prabu semakin nakal.
Zuraida masih bingung, bagaimana bisa dirinya terjebak permainan gila seperti ini. ingin sekali dirinya menyudahi permainan itu, tapi itu hanya akan membuat suaminya malu. Dengan bertopang pada tangan yang berpegangan dilutut, Zuraida perlahan menurunkan pantatnya. Meski matanya tertutup tapi wanita itu sangat yakin tepat di bawah selangkangannya wajah Pak Prabu sedang tersenyum girang. Dirinya cukup sering menemani suaminya dalam acara-acara kantor, dan Pak Prabu selalu memuji kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya, dan saat ini lelaki itu tengah memuaskan rasa penasaran atas tubuhnya.
“Terus Bu,, turunin pantatnya, mulut saya belum bisa menjangkau meqi ibu,, ehh,, maksud saya sosisnya bu,,,Hehehehee,,”
Zuraida tau, lelaki berkumis lebat itu tidak berbohong, karena tali pengikat sosisnya memang sangat pendek, dengan sangat terpaksa menurunkan tubuhnya lebih rendah, membuat siapapun yang melihat akan tergoda untuk menghajar pantat montok yang semakin menungging.
“Ooowwhhggg,,,” tubuh Zuraida kembali terangkat, dirinya sangat kaget saat sesuatu yang lembut menyentuh lapisan celana leggins nya, tepat di bibir vagina.
“Lho koq diangkat lagi sih Bu,,, saya baru pengen ngegigit meqi ibu, eehh,, sosis nya bu,,,”
“Paaak,,, jangan nakal,, plisss,, saya mohon,,,” Zuraida serasa ingin menangis, sungguh dirinya tidak ingin menjadi wanita yang nakal. Meski dirinya pernah menggoda Arga, tapi itu tidak lebih dari ungkapan perasaan hatinya yang masih memiliki rasa terhadap Arga.
“Heheehee,, maaf bu,,, tadi ga sengaja bibir saya nyenggol itunya ibu,,,”
“Tapi meqi punya Bu Dokter emang indah banget, gemuk, mukung,,, seperti punya Sintya,, hehehehe,,,”
“Tuuu kaaaan,,, Pak Prabu memang mengincar vagina ku yang gemuk,,,” hati Zuraida semakin panik. Tapi kata-kata Pak Prabu yang membeber bentuk vagina Sintya membuat Zuraida teringat pada Arga.
Teringat ketidaksengajaan dirinya saat memergoki percumbuan Arga dan Sintya. Zuraida yang sangat mengerti dengan kondisi para lelaki, merasa kasihan dengan kondisi Arga yang berkali-kali menggantung setelah bercumbu setengah jalan dengan dirinya, dan akhirnya memilih untuk mendukung kenakalan Arga pada Sintya.
“Mukung seperti punya Sintya?,,, uggghhh,,, apa vagina Sintya memang seperti milik ku?,,, Apa Arga juga suka bentuk vaginaku,,, Aaaggghhhh,,,” kepala Zuraida menggeleng-geleng, berusaha mengenyahkan pikiran nakal.
“Ooowwwhh Paaaak,,,” Zuraida terkesiap, pantatnya bergetar, dirasakannya mulut Pak Prabu bergerak-gerak dibibir vaginanya. Lewat celah dibawah matanya, wanita itu melihat Pak Prabu yang mulai mengunyah sosisnya, bergerak pelan sesekali menggesek vaginanya.
Zuraida tak yakin dirinya dapat bertahan dengan godaan ini, apalagi saat merasakan ada cairan yang merembes dicelah kemaluannya. Ingin sekali mengangkat tubuhnya, tapi para istri lainnya pun pasti tengah mengalami hal yang sama dengan dirinya, berusaha menyelesaikan lomba secepatnya.
“Batang Pak Prabu bangun!!!,,,” Jantung wanita itu berdegub semkain keras, mata indahnya tidak sengaja melihat celana Pak Prabu yang menonjol.
“Kenapa Bu?,,,”
“Ngga apa-apa,,, cepat pak makan sosisnya,,,”
Tapi permintaannya itu justru membuat tubuhnya semakin tidak karuan, Zuraida tidak bisa memastikan apa saja yang tengah dilakukan mulut lelaki itu dibawah selangkangannya, tapi yang pasti mulut lelaki itu semakin cepat bergerak, menggesek bibir vaginanya semakin cepat. Pak Prabu yang tau apa yang tengah dipelototi oleh wanita itu, sengaja menggerakkan otot penisnya, memamerkan keperkasaan batangnya. Meski tertutup kain celana, Dokter cantik itu pasti dapat melihat dan memastikan seberapa besar betang yang bergerak nakal
“Owwwhhhh,,, Pak cepaaat habiiiskaaan,,, Aaagghhhh,,, Paak,,”
Tubuh wanita itu melejit, refleks terangkat saat kumis tebal Pak Prabu berhasil menyelinap dan menusuk bibir vaginanya. Lagi-lagi wanita itu harus menyesal, kenapa tadi pagi memilih celana leggins yang tipis, tak mengira akan ada permainan seperti ini. Tak jauh dari dokter cantik itu, Aryanti juga tengah berjuang membunuh rasa malunya. Komentar-komentar Adit membuat Aryanti ingin menghajar bibir pemuda itu.
“Mbaaa,, tebel banget kayanya tu jembi,,, bener-bener bikin konti ku ngaceng,, jadi pengen masukin kaya malam kemarin,,, hehehee,,,”
“Banyak omong ni bocah, tinggal nikmatin aja masih sempat komentar, kalo masih cerewet aku bekep mulut mu pake ni pantat,,” Aryanti benar-benar gerah dengan komentar Adit, terlintas keajadian malam itu saat bibirnya dan bibir Sintya meberikan servis pada batang Adit.
“Ooowwhhh,,, mauu dong dibekep ama pantat montok mu mbaaa,,,”
“Cepeeet habisin,, atau ku pecahin dua telur mu ini,,,” seru Aryanti sambil mencengkram dua telur kehidupan milik Adit, dan ancamannya ternyata cukup manjur, Adit yang kesakitan segera melahap sosis yang menggantung.
Tampaknya wanita cantik itu tengah berusaha untuk tidak nakal, dan menyelesaikan permainan secepatnya. Tapi nafas Adit yang mendengus panas tepat mengenai bibir vaginanya yang hanya dibalut kain tipis. Lutut Aryanti gemetar, berusaha untuk tidak menurunkan pantatnya lebih dekat kewajah Adit.
“Oooowwwhhh,,, Diiiit,,, jangan nakaaaal,,,” lirih Aryanti saat Adit dengan sengaja menggesekkan hidung ke bibir vaginanya. Mati-matian wanita itu bertahan untuk tidak lagi mengkhianti suaminya.
Karena saat ini hatinya sudah cukup sakit melihat kemesraan pandangan mata suaminya dan Zuraida. Yaaa,, sebatas pandangan mata yang mesra, karena Aryanti percaya akan kesetiaan suaminya, lagipula dirinya yakin Zuraida bukan wanita yang mudah tergoda oleh lelaki. Tapi hatinya jadi penasaran, apa yang tengah dilakukan Arga pada Andini, istri dari lelaki yang tengah dikangkanginya.
hilda - jilbab hot (5)
Tepat disamping Aryanti, beberapa langkah dari tempat wanita cantik itu mengangkangi wajah Adit, Arga telihat tengah digoda oleh Andini yang menarik segitiga pelindungnya kedalam belahan pantat, seolah memamerkan kulit pantat yang putih mulus. Sepertinya gadis itu sengaja ingin membalas ulah nakal Arga dikolam renang tadi malam. Arga tertawa lalu meremas pantat mungil Andini yang kencang, entah apa yang diucapkan Arga, hingga membuat Andini terlihat tertawa, lalu menyentil batang nya yang mengeras. Perlahan Arga makan sosis yang menggantung. Siapapun tau, jika gadis itu tengah menggoda Arga, tapi lelaki itu hanya berani mengusap-usap paha dan pantat mulusnya. Berkali-kali Andini menurunkan tubuhnya hingga vagina yang masih terbalut celana dalam putih itu mengenai bibir Arga, tapi lelaki itu menghindar dengan membuang wajahnya ke samping sambil tertawa.
“Hihihi,, ternyata Pak Arga juga jinak-jinak merpati, kalo ada istri nya sok jaim, tapi kalo ga ada,, wuuuhhhh,,, habis-habisan meqi ku dihajaaarr,,, hihihii,,” bisik Andini yang agak kesal dengan sikap sok cool lelaki itu. Sementara birahi mudanya tengah terbakar.
Padahal saat itu hati Arga tengah gundah, berkali-kali matanya melirik istrinya yang tengah dinakali oleh Adit, berkali-kali pemuda itu dengan sengaja mengakat kepala agar lidahnya dapat mengusap vagina istrinya. Dilihatnya Aryanti tampak berusaha untuk bertahan, namun saat kain celana dalam yang mulai basah itu disapu oleh lidah Adit, mau tidak mau bibir seksinya melenguh menahan nikmat. Sementara di sebelah kanannya Zuraida tampak menggeliat menahan godaan bibir Pak Prabu yang menciumi bibir vaginanya. Berkali-kali bibir nya merintih saat Pak Prabu membenamkan wajahnya setelah menggigit potongan sosis, dan dengan cepat Zuraida mengangkat kembali pantatnya dengan wajah yang tersipu malu. Tanpa disadari Arga yang tengah mengamati sekitar, tiba-tiba Andini menarik celana dalamnya ke samping, lalu mengambil sosis yang menggantung dan meletakkannya di bibir vagina, perlahan pantatnya turun, mengarahkan sosis ke bibir Arga.
“Asseeeemm,,, ni cewek, bener-bener ngerjain aku dah,,,” umpat Arga, saat melihat batangan sosis terjepit divagina Andini.
“Aaahh,, Masa Bodoh lahh,,,” dengan cepat Arga menggigit sebagian sosis, tapi gerakannya yang terburu-buru itu justru membuat sebagian sosis yang tersisa masuk semakin dalam ke vagina Andini.
“Oooowwhhh,,, Paaakk,,, Jangan nakaaall,,”
Meski pelan, Rintihan Andini membuat Aryanti menoleh,,,
“Mas Argaaa,,, Maaass!!!,,,”
Jantung wanita itu seakan berhenti berdetak, Aryanti yang sengaja membuka sedikit penutup matanya, melihat Arga seperti tengah memasukkan batangan sosis ke dalam vagina mungil Andini.
Tapi Aryanti juga heran, jika suaminya memang tengah menakali Andini, kenapa suaminya justru begitu takut bibirnya tersentuh vagina gadis mungil itu. Dengan giginya Arga berusaha menarik keluar batangan sosis, tapi gerakan pinggul Andini justru membuat sosis itu masuk semakin dalam. Membuat wajah Arga kebingungan.
“Dasar,, gadis nakal,,,” gumam Aryanti kesal, “lihat apa yang bisa kulakukan pada suami mu,,,”
Perlahan Aryanti menurunkan pantatnya, membenamkan wajah Adit di belahan pantat dan vaginanya, membuat pemuda itu terkejut tapi juga kegirangan.
“Mbaaa,,, Owwwhh,, wangi banget mba meqi muuu,, owwhhh,,,” Adit mendengus disela belahan vagina Aryanti, menggerak-gerakkan hidungnya seolah ingin membelah vagina Aryanti yang masih tertutup kain.Kini justru Aryanti yang kelimpungan, gerakan Adit membuat vaginanya begitu cepat basah, berusaha sekuat tenaga menahan lenguhan agar Arga yang berada beberapa meter darinya tidak mendengar dan menoleh.
“Ooooggghhh,, Adiiittt,,, jangan digigiiiit,,,” Aryanti terpekik tertahan, Adit yang memegangi pinggulnya tiba-tiba menekan pantat montoknya hingga wajah pemuda menghilang sepenuhnya, dan tanpa diduga mengigit bibir vaginanya.
Aryanti berusaha mengangkat tubuhnya, tapi tenaga Adit mampu menahan.
“Diiitt,,, jangaaaan,, Oooowwwhh,, Aku bisaaa keluar kalooo diginiiin teruusss,,”
“Suuudaaaahhh,,,”
Aryanti semakin kaget, disaat bibirnya merintih akibat ulahnya sendiri, saat itulah Arga menoleh, pandangan mata mereka bertemu,,,”
“Maaaasss,, aku dikerjai Adiiiit,,,”
“Eeeeeenghhhhkkss,,Ooooowwhhhhhsss,,,,” Aryanti melenguh menghantar orgasme dihujung tatapan suaminya.
Ingin sekali Aryanti menerangkan bahwa dirinya tengah dikerjai Adit, tapi sulit baginya untuk berkelit, tubuhnya yang menggelinjang orgasme telah menerangkan segalanya. Bu Sofie yang melihat permainan mulai panas justru tertawa.
“Ayooo,,, cepaaaat,,, habiskan sosisnya,,, Yang cowok jangan nakal yaa,,,hahahaaa,,”
“Saya hitung sampaai sepuluh,,, kalo ga habis bakal saya kasih sosisnya Mang Oyik lhoo,, hahahaa,,,”
Mendengar nama nya disebut untuk ditawarkan, membuat Mang Oyik tertawa girang. “Waaahh,, bener nih punya saya mau dikasihin keteman-teman ibu?,,,heheee,,makasih Buu,,,”
“Yeee,, jangan girang dulu,, bukan buat yang cewek,, tapi buat cowok yang kalah,,”
“Anjrit,,,”
“Asseeemm,,,”
Serentak para cowok yang mendengar obrolan Mang Oyik dan Bu Sofie mengumpat, bergegas menghabiskan sosisnya. Zuraida tersenyum kecut, saat Pak Prabu menghentikan kenakalannya, kain celana leggins nya tampak sangat basah, entah oleh ludah Pak Prabu, entah oleh rembesan cairan vaginanya, tapi yang pasti Dokter cantik itu mampu bertahan.  Begitu juga dengan Munaf dan Adit, sambil tertawa kedua orang itu mengunyah habis sosisnya. Lidah Dako yang tengah asik menikmati labia mayora milik guru cantik bernama Aida, mengumpat berkali-kali. Yaaa Aida dengan sukarela menyibak celana dalamnya kesamping karena tak mampu bertahan atas rayuan Dako.
“Asseeem,,, emang aku Maho,,,” umpat Dako, setelah menarik lidahnya dari lorong vagina Aida yang baru saja mendapat orgasme, tapi sosisnya masih utuh, belum digigit sedikitpun.
Sambil tersenyum nakal, dengan bibirnya Dako menarik lepas sosis yang masih utuh menggantung, lalu dengan mulutnya memasukkan sosis yang memiliki potongan cukup besar itu ke vagina Aida. Membuat wanita itu menjerit kaget.
“Akuu,, titip dulu,,, ntar setelah lomba baru kuambil,,,” bisik Dako, sementara Aida cuma bisa mengangguk, lalu mengangkat tubuhnya untuk berdiri.
Kakinya terlihat gemetar, menahan geli akibat sosis yang bersemayam di dalam vagina. Tersisa Arga yang kelimpungan, terpaksa mengais-ngais vagina Andini, berusaha menarik keluar sosis yang masuk semakin dalam ke vagina Andini.“Ooowwhhsss,,Ni Paaak,,, aku bantu ngeluarin,,,” ucap Andini disela desahannya, mengencangkan otot vaginanya, hingga membuat batangan sosis yang tersisa sedikit itu meloncat keluar, seiring dengan cairan orgasme yang menghambur.
“Ooowwhhhh,,,” kaki Andini gemetar, orgasme diatas wajah Arga yang kelimpungan, di bawah tatapan Aryanti dan peserta lomba lainnya.
Terlihat jelas wajah malu Aryanti, meski ia tau suaminya tengah dikerjai, tapi tidak bagi yang lainnya, yang hanya menonton prosesi hebohnya orgasme Andini. Jika yang lainnya justru tertawa dan bersorak menganggap itu adalah kemenangan Arga sebagai seorang lelaki, tidak begitu halnya dengan Zuraida, wanita cantik itu terlihat sangat kecewa. Menggenggam erat ujung kaosnya untuk meredam emosi, cemburu, marah yang membaur menjadi satu. Tapi wanita itu cuma bisa terdiam, sedikitpun dirinya tidak memeliki hak untuk marah, Arga bukan suaminya, bukan pula kekasihnya, karena masa bagi dirinya dan Arga telah habis beberapa tahun yang lalu.
“Okeee,,, permainan selesai,,”
“Sambil menunggu Mang Oyik mengambil minuman, kita istirahat sebentar,,,” Seru Bu Sofie, tanpa rasa bersalah setelah memberikan permainan yang begitu gila.
“Ingat,,, permainan selanjutnya bakal lebih gila,,, tapi bagi mereka yang menang akan mendapatkan mobil saya sebagai kenang-kenangan,,,” Sambungnya, lalu berjalan menuju kesebuah pohon.
Mereka yang awalnya ingin protes menjadi tertawa, saling pandang, tertantang untuk mendapatkan Honda CRV milik Bu Sofie.

ZURAIDA AND FRIENDS 2

Setiba di meja makan, Arga tak mampu sepenuhnya mengikuti obrolan yang semakin panas, berbagai ocehan nakal semakin deras mengalir. Suara tawa meledak serentak ketika Bu Sofia dengan gaya yang centil memainkan sebatang sosis dimulutnya.
“Masukkanlah daging sosis itu kebelahan dadamu, mungkin daging itu merasa kesepian tak memiliki teman,” seru Munaf seraya menunjuk payudara Bu Sofia dengan bibirnya.
“Ow, ow, ow,, aku tidak mungkin mengambil talenta yang dimiliki oleh Aryanti,” jawab Bu Sofia sambil melirik Aryanti dengan mata mengedip, membuat semua tertawa. Dan kini semua mata tertuju pada Aryanti.
“Tidak,tidak,,, Aku memenuhi permintaan kalian tadi sore hanya karena penasaran, dan sekarang tidak ada yang dapat memaksaku,” sela Aryanti.
Jidat Arga berkerut, dan Aryanti membaca tanda tanya dikepala suaminya.
hilda yulis - toge montok jilbaber (5)
“Sayang, tadi sore setelah berjalan-jalan sebentar kami kembali ke gazebo tempat kita berkumpul selumnya, dan aku sudah tidak mendapatimu disana.
“lalu, apa hubungannya dengan sosis itu,” Tanya arga penasaran.
“Istrimu memang hebat, mampu melakukan apa yang tidak mampu dilakukan oleh istri-istri kita,” Jawab pak Prabu cepat dengan bibir nyengir.
“Ya,ya,,, itu Cuma kebetulan saja Sayang,, Adit menantang bu Sofia, apakah payudara tantenya itu dapat memeras jeruk yang sudah terbelah dua, imbalannya Adit bersedia memijiti kaki Bu Sofia yang memang terus mengeluh capek karena terlalu lama jalan-jalan tadi sore” jawab Aryanti berusaha menerangkan, tak ingin membuat suaminya salah paham.
”Lalu Bu Sofia meladeni tantangan Adit dengan memasukkan jeruk itu kedalam kaos dan dijepit oleh kedua payudaranya yang besar, Namun ternyata air yang keluar dan mengalir kepusarnya hanya sedikit,So,,,Karena penasaran aku turut mencobanya, dan ternyata air jeruk yang diperah kedua payudara istrimu ini lebih banyak, hahahaha,,,”
”Dengan menjepitkan kedua payudaramu?” Tanya Arga cepat yang dijawab dengan anggukan.
”Semuanya sudah mencoba, jadi tidak ada salahnya kan jika aku turut mencoba, sekuat tenaga aku mengepit balon ini dengan lenganku dan ternyata aku berhasil,” sahutnya sambil memperagakan kedua tangannya yang saling menggenggam lalu menjepit kedua payudaranya dengan kuat.
Tak ayal sepasang payudara Aryanti menyembul seakan ingin melompat dari kaosnya yang longggar, Mata Arga bisa menangkap bagaimana mata teman-temannya melotot melihat aksi Aryanti yang me-replay usahanya tadi sore.
“Sebenarnya aku tidak kalah dari istrimu, hanya saja air jeruk hasil perahanku tertahan oleh bra ku, sementara istrimu bisa mengalirkan air itu langsung kepusarnya tanpa terhalang,” celetuk Bu Sofia yang masih belum bisa menerima kekalahannya, tapi justru membuat mata Arga melotot kaget.
“Haahahahaa,,, Ya,,yaa,, aku memang sudah melepas bra ku karena sudah terlalu lengket oleh keringat akibat berlarian dipantai dengan Zuraida, tapi setidaknya aku tidak melepas bra-ku karena permainan itu,” jawab Aryanti dengan santai seakan semua itu adalah hal yang biasa.
“Pasti saat itu semua mata dapat memandang dengan bebas kearah gumpalan payudara istriku,” gumam Arga sedikit cemburu.Arga perlahan menarik nafas panjang mencoba untuk lebih rileks, toh apa yang telah dilakukannya lebih dahsyat dari istrinya, sesekali matanya melirik Zuraida yang malam itu terlihat berpakaian lebih santai, baju tidur berwarna biru lengkap dengan penutup kepala jenis bergo. Sangat berbeda dengan istri Arga yang berpakaian lebih menantang dari biasanya, kaos longgarnya kali ini lebih kedodoran dari biasanya, memperlihatkan pundaknya yang putih begitu kontras dengan tali bra yang berwarna merah.
”Shit,,, sejak kapan Aryanti memeiliki baju model seperti ini,” dengus hati Arga saat menyadari pakaian baru yang dikenakan istrinya. Pasti bosnya memberikan uang sangu yang cukup besar untuk cutinya kali ini.
Namun Arga terlihat puas saat memergoki semua mata teman-temannya yang diam-diam menyatroni bagian tubuh Aryanti yang terbuka dengan rasa kagum.
“Tapi tunggu,,, jika semua wanita melakoni permainan itu, artinya Zuraida juga melakukannya kan?” bisik Arga ketelinga Aryanti.
“Ya,, dia juga melakukannya, hanya saja kami tidak dapat melihat dengan jelas aksinya karena terhalang oleh penutup kepalanya,,, Heeeyy,,, apa kau mengagumi istri temanmu itu?” tanya Aryanti, menatap penuh selidik kewajah Arga yang tiba-tiba salah tingkah.
“Tidak juga, hanya penasaran apakah wanita seperti dia juga seberani istriku yang seksi ini,” jawab Arga memandang istrinya berusaha memberikan ketegasan.
“Tidak mengapa sayang, itu wajar, karena Zuraida memang cantik,,, apa kau tau?,, tadi sore dia mengenakan celana dalam berwarna pink lhoo,, itu terlihat saat dia mengangkat kaos bawahnya untuk memperlihatkan pusarnya yang hanya dialiri beberapa tetes air jeruk,”
GLEEEKK,,,, Arga yang sedang minum untuk menenangkan hati tiba-tiba tersedak, tapi Aryanti justru tertawa terpingkal, membuat mereka yang ada disitu bingung melihat Aryanti yang tiba-tiba tertawa setelah berbisik-bisik dengan suaminya.
”Hey, apakah ada yang melihat istriku,” celetuk Munaf tiba-tiba yang masih menunggu istrinya.
Lagi-lagi Arga tersedak, Aida istri Munaf yang begitu menggairahkan mungkin masih terlelap dikamar Lik Marni, setelah kelelahan bertempur dengannya.
”Tadi sih jalan-jalan denganku ke belakang cottage, dan mungkin dia sedang kelelahan di kamar, karena kami berjalan terlalu jauh,” jawab Arga sesantai mungkin takut mengundang kecurigaan teman-temannya, dan untunglah Munaf tak ambil pusing lalu mengunyah makanannya.
Seusai makan Munaf mengeluarkan rokoknya, lalu berjalan kearah tepian kolam renang, ”Kapan kita akan memulai permainan ini?,,” ucapnya kepada para lelaki yang berkumpul.
”Hey,,hey,,hey,,,apakah kau tidak sadar jika pesta sudah lama dimulai, bahkan istrimulah yang telah menjadi hidangan pembuka,” mendengar paparan Pak Prabu, Munaf dan Dako serentak melotot.
”Assem,,, pantes dari tadi aku nyari istriku ga ketemu. Ni orang pake ga ngaku lagi kalo udah make bini orang,” Arga hanya tersenyum cengengesan. “Gimana,, mantap ga servis bini ku,” tanya Munaf dengan santai.
“Sialan ni orang, cuek bener istrinya digagahin orang,” hati Arga jelas heran dengan respon Munaf. Tapi masa bodohlah, yang jelas dirinya telah berhasil menjajal keindahan tubuh montok itu, dan membuat ibu muda itu kembali menagih untuk dipuaskan.

“Apa rencana kita malam ini,” tanya Munaf sambil menatap Dako dan dan Arga.
“Terserah, tapi yang pasti aku telah memiliki janji dengan Bu Sofia, hehe,,” jawab Dako sambil menghembuskan asap rokok dari bibirnya yang tersenyum simpul.
Pak Prabu yang asik dengan Handphone nya langsung melotot ke arah Dako, meski sadar permainan must go on, namun tetap saja terasa berat untuk melepas tubuh wanita yang telah menemani hidupnya selama bertahun-tahun, untuk disantap para srigala mesum.
“Bolehkan Pak Prabu?,”
“Terserah kalian lah, tapi ingat tidak ada pemaksaan, pengeoroyokan dan kekerasan,” kata-kata Pak Prabu begitu tegas, setidaknya dengan cara itu dirinya dapat sedikit memastikan wanitanya dalam keadaan lebih baik.
“Mungkin untuk syarat yang lain, aku dapat memenuhi, tapi untuk kekerasan sepertinya tidak mungkin, karena bagaimana tombakku dapat menghujam membelah tubuhnya jika dalam keadaan loyo,” kelakar Dako sontak membuat semua yang ada disitu tertawa, begitu juga dengan Pak Prabu yang hanya bisa tersenyum masam.
“Weeehhh,, rame bener nih, ada apa,” sura lembut itu, siapa lagi jika bukan milik Zuraida.
Seketika tawa mereda, masing-masing berusaha menyembunyikan rahasia, jika para wanita mengetahui sebelum permainan berjalan panas, maka semuanya akan menjadi lebih sulit.
“Tidak ada yang spesial, hanya membicarakan pembagian jabatan dikantor,” jawab Pak Prabu cepat, meski diucapkan dengan santai dari bicaranya lelaki paruh baya itu ingin mengukuhkan kuasanya dalam kelompok itu kepada Zuraida.
Gadis itu mendekati bangku Arga yang memang duduk didekat suaminya. Dari jarak sedekat ini pesona Zuraida seakan begitu nyata, ditambah dengan kaos tidur yang melekat sedikit lebih ketat dibandingkan baju yang biasa digunakannya. Kini Zuraida berdiri tepat di depannya, berbicara dengan suaminya, entah apa yang dibicarakan Arga tidak terlalu peduli karena posisinya yang tengah duduk membuat wajahnya berhadapan langsung dengan pantat membulat yang terangkat, layaknya pantat bebek yang memiliki kaki yang langsing.
“Ternyata berani juga Zuraida memakai celana seketat ini,” gumam Arga.
“Arrrgghh,,, sialan,” ulah Dako yang memeluk pinggul Zuraida dan memberikan sedikit remasan nakal, seakan sebuah tantangan dari Dako untuk menaklukan Zuraida bersama tubuh indahnya.
Tampak Zuraida sedikit berkelit, jelas dirinya malu jika diperlakukan seperti itu di depan umum, walau itu oleh suaminya sendiri. Zuraida menoleh ke belakang dan mendapati Arga masih duduk di kursinya berhadapan tepat dengan pantatnya yang tengah diremas Dako. wajah Zuraida terlihat tak nyaman dan menahan malu oleh ulah suaminya.
“Ok,,, aku pamit dulu, ada yang harus ku kerjakan,” ucap Arga sambil menggerutu melihat ulah Dako.
“Arga, malam ini aku ingin ngobrol dengan Aryanti, tapi ada yang harus aku bereskan sebelumnya dengan suamiku ini,”
“Baiklah, nanti akan aku sampaikan kepadanya,” ucap Arga menjawab rencana Zuraida yang kini menggantikannya duduk di kursi.
Ketika melewati persimpangan yang menuju kearah dapur, Arga bingung, di ujung lorong itu telah menunggu tubuh montok Aida yang masih mengharapkan sentuhannya.
“Mungkin aku akan menyelesaikan tanggung jawabku dengan gadis itu sebentar,” ucap Arga sambil berbelok ke lorong.

“Arrgghhh,, Adduuuhhh,,, pelaann dikit dong Pak, Aarrghh,,”
Itu jelas suara Aida, tapi bukankah semua teman-temannya tengah duduk santai di pinggir kolam renang, lalu siapa yang telah membuat wanita itu mendesah dan menjerit tertahan, langkah kaki Arga semakin cepat ingin mencari tau. Tampak Lik Marni sedang mencuci beberapa peralatan makan yang baru saja mereka gunakan, suara gemericik air kran bersahutan dengan lenguhan seorang wanita yang tengah dilanda orgasme.
“Aaarrggghhh,,, aaahh,,”
Dari celah pintu Arga mengintip dua tubuh yang saling menindih, tampak sang wanita telah terkapar mengakang lebar, hanya bisa pasrah membiarkan seorang pejantan menggasak selangkangannya. Dari rambutnya yang kriting jelas itu adalah Mang Oyik, penjaga cottage, tapi kenapa Lik Marni bisa begitu cuek dengan pekerjaannya, sementara suaminya tengah menggagahi tamu dikamar tidur mereka. Lik Marni menolehkan wajahnya saat menyadari ada orang yang mendekati kamarnya, sesaat wajahnya sedikit pucat.
“Maaf Den’ Saya udah ngelarang bapak yang pengen nyicipin, tapi Nona nya juga mau, jadi saya ga bisa ngelarang lagi Den,” ucapnya berusaha menerangkan sekaligus membela ulah suaminya.
“Nikmat banget kayanya, biar gayanya standar tapi serangannya mantap juga,” ucap Arga bersandar pada dinding yang menghadap kaca pemisah antara ruang dapur dan kamar Lik Marni. Dirinya baru tersadar, dari tempat itu segala kejadian diruang itu terlihat dengan jelas, tapi tidak sebaliknya. Artinya, semua yang dilakukannya bersama Aida tadi sore ditonton oleh pasangan penjaga villa ini.“Gedean mana Lik, punya saya ama punya Mang Oyik,”
“Gede? Apanya sih Den yang gede,”

Lik Marni hanya tersenyum dengan wajah menunduk, Arga telah mengetahui semua rahasia kaca itu. “Mang Oyik udah sering ikut icip-icip tamu? Wajah manis khas wanita jawa tengah itu menganguk pelan.
“Berarti Lik Marni juga sering dong dicicipin ama tamu,” dengan cepat wajahnya menggeleng, “Ngga juga Den’ saya kan jarang dibolehin keluar dapur ama Mamang,”
Arga tersenyum mendengar keegoisan Mang Oyik, “Ngga juga? Berarti pernah juga kan?” Arga terus menggoda.
“Aaaarrrgg,,, Maaaaang,,,” lagi-lagi lenguhan Aida kembali terdengar, serentak Lik Marni dan Arga menoleh ke kaca, menyaksikan tubuh montok Aida menggeliat dan bergetar seiring tubuh Mang Oyik yang berkelojotan dan semakin mengukuhkan penancapan batangnya keselangkangan Aida. Meski tidak sepanas saat melayani Arga, namun Aida tidak melakukan penolakan ketika tubuh ceking itu menghamburkan sperma kedalam tubuhnya, mengosongkan kantung sperma. Tampak Aida terkikik, entah kata-kata apa yang diucapkan Mang Oyik sehingga membuat Aida kembali melingkarkan paha sekalnya kepinggul Mang Oyik dan kembali bergerak pelan menyambut pinggul Mang Oyik yang kembali bergerak menumbuk dengan pelan.
“Punya suami saya walo udah keluar bisa tetap keras Den” ucap Lik Marni menjawab kebingungan Arga. “kalo Aden mau, saya masih punya jamu nya,” imbuhnya sambil berjalan ke sudut dapur mengambil ceret yang bodynya menghitam karena gosong.
Dengan cepat air dengan warna hijau pekat dan sedikit kental mengisi gelas kecil yang dipegang Lik Marni.
“Kalo Aden mau tarung lagi ama pasangannya boleh diminum sekarang, khasiatnya bisa sampai dua hari koq,” ucapnya sambil tersipu malu.
“Takut ahh,,, Ntar punya saya ngaceng terus dong, kan malu jalan-jalan di pantai bawa pentungan satpam,”
“Hahaha,,, Ihh,, Aden bisa aja,” Lik Marni tidak dapat menahan tawanya. “Ramuan rumput laut plus kuda laut ini beda ama ramuan yang lain Den’ kalo kita udah ga pengen ntar bisa tidur sendiri, tapi kalo Aden mau beraksi lagi langsung on lagi, Aden ngecrot mpe 10 kali lagi juga ga bakal loyo koq,”
Penuturan Lik Marni jelas membuat Arga terkesima, apalagi miliknya kini tengah tegak sepenuhnya, sementara dirinya masih ingin menghabiskan malam ini dengan berbagai petualangan. Dengan cepat tangannya meraih gelas yang dipegang Lik Marni,

“Pelan-pelan aja Den, lagian pasangannya masih betah ditindih bapak tuh,” Arga tertawa, ternyata wanita berwajah pedesaan ini bisa juga bercanda.
(Sumpah,,, jangan percaya dengan ramuan Lik Marni, karena Ane sendiri belum pernah nyicipin tu jamu, Cuma terlintas diotak mesum khasiat Kuda Sumbawa, So,, berhubung lokasi lagi di pantai ya akhirnya ane ganti dengan kuda laut)
“Berarti giliran saya masih lama dong?” ucap Arga setelah menghabiskan jamunya. Lik Marni hanya tertawa lalu kembali meneruskan membilas beberapa piring yang masih kotor.
“Kalo ngetem disini dulu boleh?” bisik Arga sambil memeluk Lik Marni dari belakang, tangannya langsung menuju selangkangan yang dibalut kain jarik.
Lik Marni hanya tertawa, rupanya wanita muda itu memang telah menduga apa yang akan dilakukan oleh tamunya. Tapi jantungnya langsung berdegub kencang ketika teringat penis Arga yang terlalu besar. Memorynya langsung mengingatkan dirinya pada sosok pak Nathan lelaki India yang secara terang-terangan meminta kepada Mang Oyik untuk menemaninya dikamar selama menginap di Vila itu. Dimata Lik Marni, Pak Nathan betul-betul seorang petarung seks sejati yang memiliki penis begitu besar dan mampu menggasak kemaluannya semalam suntuk. Melihat tidak ada penolakan, tangan Arga segera menyelusup masuk kedalam kebaya sementara tangan lainnya berusaha mengurai puntelan jarik yang cukup panjang.
“Weeeww,, koq bisa sih Mang Oyik ngedapetin body sebagus ini.” Ucap Arga setelah berhasil menjatuhkan kain jarik itu ke lantai.
“eegghhh, saya dijodohin Den, eenghh,,” Lik Marni mulai mendesah saat merasakan sebuah batang mulai menyelinap di antara paha montoknya, perlahan cairan vagina mulai membasahi batang yang sesekali menusuk klirotisnya.
“Den,,Adeeen,,”
“Ada apa Lik, takut ketahuan Mang Oyik,” ucap Arga sambil meremasi payudara dari balik kebaya, dengan pakaian atas yang tetap lengkap memberikan gairah tersendiri baginya.
“Bukaaan, saya boleh minta cium Aden?” Arga tergelak, tak perlu diminta dua kali bibirnya langsung menyambar bibir basah Lik Marni.
“Eemmhhh,,, uummhh,,”
Ternyata wanita ini buas juga, lidah Arga yang terjulur disedoti oleh bibir Lik Marni. Bagi wanita yang tinggal di pesisir yang sepi terpisah dari keramaian ini, sangat jarang mendapati para lelaki tampan, rupanya dirinya telah lama bosan, tiap hari hanya memelototi wajah Mang Oyik yang penuh bopeng akibat cacar air. Dan kini tubuhnya tengah dipeluk oleh lelaki yang biasa hanya muncul di televisi, meminta pelayanan dari tubuhnya, maka tak ada alasan bagi Lik Marni untuk menolak, masalah apakah nantinya Mang Oyik akan marah melihat istrinya digagahi tanpa seijinnya itu urusan belakangan. Dengan sigap tangannya menggenggam batang Arga dan mengarahkan keliang kemaluannya, seakan takut Arga berubah pikiran.
“Uuugghhh,,, Deeenn,,”
Batang yang terlalu besar membuat vaginanya sedikit nyeri, tapi Arga lebih cekatan memiting pinggul wanita muda itu dan terus memaksa masuk.
“Deenn,, tunggu dulu deen,,” Mata Lik Marni mendelik dengan air mata menahan perih, kepalanya coba menunduk ingin melihat batang yang tengah berusaha membelah tubuhnya. Benar saja, penis lelaki ini terlalu besar, lebih besar dari milik Pak Nathan yang dikiranya merupakan ukuran maksimal dari penis lelaki.“Aaahhh,,, nyonyaaa,,, iseepp dong,,,” tiba-tiba terdengar suara Mang Oyik yang meloncat kewajah Aida, namun ibu muda itu terlalu jijik dengan penis Mang Oyik dan menutup mulutnya dengan rapat, akibatnya cairan itu menghambur kewajah cantiknya.
“Uuuugghhh,,, Deenn,” Lik Marni sepertinya tak ingin kalah dengan aksi suaminya.
“coba teruuss deen,,,masukiiinn,, pasti bisa koq” tubuhnya membungkuk agar batang Arga lebih mudah menerobos kemaluan yang sehari-hari hanya menyantap batang dengan ukuran standar.
Lik Marni terlonjak saat Arga tiba-tiba melesakkan penisnya dengan kuat. Tanpa menunggu dirinya bersiap-siap untuk menerima serangan selanjutnya Arga sudah kembali menghentak dengan keras. Entah kenapa Arga sangat menikmati wajah Lik Marni yang begitu tersiksa tapi pada saat yang bersamaan juga menikmati perlakuan kasarnya.
“Adeeenn,,, batang gede kayaaa giniii emang divagiinnaa sayaa tempatnyaaa,,” Lik Marni menggoda Arga dengan menggoyang-goyangkan pantatnya yang besar. Setelah beberapakali batang itu keluar masuk, akhirnya Lik Marni dapat merasakan batapa nikmatnya kejantanan milik lelaki berparas ganteng itu.
“Deenn,, kalo saya ketagihaaan gimaanaa,,,” bibir wanita berwajah oval itu mulai meracau akibat ekstasi yang disuguhkan kejantanan Arga disaluran kencingnya.
“Tenang saja Lik,, teman-teman saya yang menginap disini ukuran batangnya juga besar-besar koq,” bisik Arga yang tengah berusaha mengenali kekenyalan pantat besar Lik Marni sambil menggerak-gerakkan batangnya kekiri dan kanan.
“Kalo Lik Marni mau nyicipin batang mereka satu-satu bisa koq, atau kalau Lik Marni pengen dikeroyok, mereka juga siap koq,” goda Arga yang begitu menikmati mimik wajah Lik Marni yang merem melek dengan bibir terbuka lebar membentuk huruf O.
Sambil menghujamkan batangnya Arga berusaha melolosi kebaya Lik Marni, cukup sulit ternyata, tanpa bantuan Lik Marni yang sibuk berpegangan ke meja dapur, memberikan perlawanan atas batang yang menerobos jauh ke lorong kemaluannya.
“Lik,, kancingnya lepas dulu dong, ditusuk sambil netek kan lebih enak,,” bisik Arga tanpa menghentikan tusukannya.
Seakan tak ingin rugi, Lik Marni melepasi kancingnya sambil terus menggoyangkan pantatnya. “Ini Deenn suudaaahhh,, aahhh,,” seru Lik Marni sambil sedikit memutar tubuhnya ke belakang, menyerahkan payudara yang bergelantungan dengan bebas dan dengan cepat dilahap oleh Arga dengan rakus.
“Ooowwwhhhh,,,Deeennn,,, ga kuaaatt,,, jangan terlalu dalaaamm sayaa ga mau nyampee duluuuaaan,,,” Lik Marni menjerit penuh kenikmatan berusaha menghindari titik sensitif yang dirojok batang besar. Tampaknya wanita itu tidak ingin orgasme terlalu cepat.
Arga tertawa saat mengetahui kelemahan dari wanita itu, dan mempercepat tusukan dengan hujaman yang lebih dalam.
“Aaagghhhh,,, gaa maaauuuu,,, ga maauuu,, saya masih pengen dientot yang laamaa,,” rengek Lik Marni, tapi apa daya, batang Arga yang memang belum masuk sepenuhnya terus digeber semakin dalam hingga membuat Lik Marni melonjak-lonjak diterpa orgasme.
“Aaaggghhh,, tuu kaaann,, aaahh,,, Oowwwgghhhh,,,,,”
Tubuh Lik Marni bergetar hebat, “Aagghhh,,, Awass Deeenn cabuuuttt,, sayaa mauu kencing Deeenn,,”
Arga menarik keluar batangnya hingga hanya kepala batang yang tertinggal didalam, dan saat itulah cairan menghambur dengan derasnya.

“Busyeett,,, gila juga ni cewek,, squirt mpe segitu banyaknya,,” gumam Arga yang kaget melihat cairan yang menghambur deras.
Lik Marni menolehkan kepalanya sambil cengengesan malu-malu, “Maaf Deen,, seharusnya tadi tusuk yang dalam biar saya ga terkencing-kencing gini,” ucap Lik Marni polos.
Arga menarik tubuh Lik Marni ke arah dipan. Wanita itu mengerti dengan keinginan tamunya, dengan malu-malu mengangkangi tubuh Arga yang kini duduk dengan kejantanan tegang mengacung.
“Oowwwhhssss,,, masih sesak banget Deenn,,,” rintihnya sambil menikmati batang yang perlahan menyelusup memenuhi lorong peranakan.
“Aaawww,,, udah mentok Deeenn,,”
Arga yang asik mengenyoti payudara besar Lik Marni, merasakan ujung helm yang menyentuh dasar lorong, masih tersisa beberapa centi batangnya yang berada diluar.
“Uuugghhh,,, emang udah ga bisa masuk lagii,,” rengek Lik Marni yang masih bermain-main dengan batangnya berusaha melahap seluruh batang Arga.
“Awwwgghhh,,, Aden nakaall aaahh,,,” wanita itu menjerit saat Arga dengan usil menghentakkan pinggulnya dengan keras, hingga menggedor dinding rahim.
“Kalo satu batang aja udah kewalahan, gimana kalo nanti dikeroyok teman-teman saya,,” ledek Arga seraya menikmati pinggul Lik Marni yang bergoyang pelan memanjakan batang yang ada dalam tubuhnya.
“Dikeroyoookkk,,, takuuut ah Deenn,, ntar semua lubang saya dimasukin sama teman-teman Aden,”
JEDUGG,,, semua lubang?,, lubang anal?…
“Lik Marni udah pernah ditusuk disini?” tanya Arga sambil mengusap-usap pintu anus Lik Marni yang kegelian.
“Belum Den,, takut sakit,, lagian jorok ahh,,,”
“Seeepp,, daripada ntar ni lubang diperawanin teman-temannya, mending ku sikat duluan daahh,,,” gumam Arga.
“Saya tusuk ya Lik,,” Pinta Arga seraya berusaha menjajalkan telunjuknya ke lorong yang masih perawan itu.
“Ooogghh,,, gelii Deenn,, Cuma pake tangan kan?,”
“Ya pake inilah,” jawab Arga sambil memonyongkan bibirnya menunjuk kejantanannya.

Pantat Lik Marni berhenti bergoyang, keningnya berkerut, sesaat kepalanya menoleh ke kaca menatap Mang Oyik yang tengah menghajar Aida yang menungging mengangkat tinggi pantatnya. Meski bibirnya terus mengerang nikmat, tampak jelas Aida sudah sangat kewalahan meladeni batang Mang Oyik.

 “Emmmhhh,, boleh aja sih,,Tapiii,, jangan kasar seperti tadi ya Deeenn,,” ucapnya setelah memastikan suaminya masih dapat bertahan cukup lama dengan tamu cantik yang tengah digenjotnya.
“Tenaaang aja,, pasti saya masukin dengan lembut koq sayang,,”
Lik Marni tersenyum senang saat dirinya dipanggil sayang, lalu mengangguk dengan pasti sambil tersenyum.
Plop!!!,,, Batang Arga terlepas, Lik Marni yang masih mengangkangi Arga kini memegang erat batang besar, mengarahkan ke bagian belakang dari pintu vaginanya.
“Eeenghh,,,” kening Lik Marni mengerucut, wajahnya meringis saat pintu anusnya dipaksa untuk menerima batang Arga.
Terlihat jelas wanita itu sangat ingin memenuhi keinginan Arga dengan terus memaksa menekan pantatnya.
“Deeenn ga bisaaa,, batang Aden kegedean,,” ucapnya sambil meringis menahan perih.
Lik Marni turun dari tubuh Arga,lalu memasukkan batang besar itu kemulutnya, lalu melepaskan batang dengan air liur yang memenuhi bagian helm batang.
“Uuugghh,, emang gede banget ternyata,,pantas sulit banget,” dengus Lik Marni dengan mata mengagumi kelamin Arga yang berdiri tegak dalam genggaman tangan lentik.
Arga berusaha menahan tawa melihat ulah Lik Marni yang kini berusaha kembali memasukkan kepintu anusnya sambil membelakangi Arga. Tapi lagi-lagi usahanya gagal.
“Kalo pake ini gapapa kan Deen,,” tanya Lik Marni sambil meraih botol Bimoli yang masih tersisa setengah.
“Hahahaa,, boleh juga, tapi abis itu jangan dimasukin wajan yaa,,”
“Ihh,, Aden,,” Lik Marni menyentil batang Arga dengan gemes.
“Ayo cepat olesin,,ntar Mang Oyik keburu kelar lhoo,,” bisik Arga, menarik tubuh Lik Marni hingga terduduk diperutnya menghadap batang besar Arga, dengan cepat tangan lelaki itu mengubel-ubel vagina Lik Marni yang sudah mulai mengering.
“Ooowwhhsss,,,Deeenn,,” sambil mengerang menikmati korekan tangan Arga di vaginanya, Lik Marni mengolesi batang Arga dengan minyak goreng. Dalam hati Lik Marni masih belum puas menikmati batang besar itu dengan vaginanya, tapi entah kenapa dirinyapun kini merasa penasaran untuk menikmati batang itu dengan menggunakan pintu belakang.“Ayo Deeenn,,,” Lik Marni beranjak dari tubuh Arga, mengambil posisi telentang di dipan, mengangkang, lalu menarik lututnya hingga selangkangannya terangkat dan terekspos bebas.
“Ayo Deeenn,, tekan,,,” pinta Lik Marni saat yakin batang Arga berada di depan liang sempit yang mengerucut.
“Eeeemmgghhh,,,” Sambil berdiri disisi dipan, Arga mengejan agar penisnya mengeras maksimal, dirinya memang memiliki pengalaman mengawini liang dubur istrinya, tapi pintu belakang Lik Marni kali ini jelas lebih rapat.
“Ooowwggghhh,,, Deeen,,,,,” tangan Lik Marni mencengkram lengan Arga saat merasakan penis Arga berhasil menguak perlahan. Bulir air mata menggenang akibat perih yang menyerang, “Teruss ajaaa,, gapapa Deenn,,” Wanita itu memberi izin kepada Arga yang terhenti, wajahnya tampak memucat.
“Eeeeenggghhhh,,, bisaaa masuuuukkk,, Deeeenn,,,” Kepala Lik Marni terangkat mengamati kepala penis yang telah menghilang diliang anusnya.
“Boleh saya teruskan,,,” ucap Arga meragu saat melihat air mata Lik Marni menetes.
Wanita itu mengangguk pelan “Yang lembut ya sayaaang,,,” pintanya.
Sebagai gadis kampung, dalam percaturan birahi, Arga adalah lelaki dengan kualitas yang terbaik dari para lelaki yang pernah menikmati tubuhnya, dan Lik Marni tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.
“Tentu saja sayaaang,,,” jawab Arga seraya menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh montok Lik Marni, lalu melumat bibirnya dengan lembut, dalam pagutan bibir Arga bibir Lik Marni tersenyum, membalas melumat seiring batang Arga yang menusuk semakin dalam.
“Ooowwwhhh,,, lagi-lagi mentok, penuh banget,” bisik Lik Marni manja, lalu mata keduanya tanpa dikomando sama-sama melototi sebagian batang Arga yang masih tersisa di luar.
“Masih sakit?,,,”
“Sedikit,,,”
“Sudah siap?,,,”
Wanita itu mengangguk sambil tersenyum malu-malu.
“Aaahhhh,,, yaaa,, yang lembut,, yaaa,,, tusuuuk lagiii,, pelaannn,,Eemmmhhh” Lik Marni mengomando pergerakan batang Arga, menusuk pantat nya yang terangkat, berusaha menikmati.
“Lebih cepaaatt,,, ini mulai membuatku melayaaang,,Ooowwwhhh,,,” rintih Lik Marni.
Arga tersenyum, saat bisa melakukan hentakan-hentakan sesuai keinginannya. Tapi lorong itu memang sempit, erat mencengkram batangnya.
“Ooowwhhh,,, Saaayaaang,,, jangan terlalu cepaaat,,” Lik Marni merintih berusaha mengimbangi sodokan Arga, tubuhnya menggelinjang liar saat Arga memainkan vaginanya yang menganggur.
“Aaaarrrggghhhh,,, minggir Deeeenn,, saya mau kencing,, cabuuut,,,”
Permohonan Lik Marni tak dihiraukan, Arga terlalu menikmati hangatnya liang belakang Lik Marni.
“Oooowwwhhhhssss,, Maaf Deeeenn,, Maaaaaff,,,” teriak Lik Marni yang menghantar orgasme seiring air kencing yang menghambur ketubuh Arga, tapi itu sungguh menjadi pemandangan yang luar biasa bagi Arga. Tak ayal lelaki itu semakin cepat menusuk-nusuk tubuh Lik Marni berusaha mengejar orgasmenya sendiri.

Lik Marni yang sudah bisa menguasai ekstasi orgasmenya tersenyum, melihat Arga yang begitu bernafsu menjejalkan batang besar ke dalam tubuhnya.
“Nikmati sepuasmu Den,,” suara Lik Marni terdengar lirih diantara dengusan nafas Arga.
“Tapi ngecrotnya disini aja ya Deenn,,” Lik Marni mengusap-usap vaginanya, menyibak gerbang dengan kedua jarinya seakan mengundang batang Arga untuk kembali masuk kelorong vagina yang dangkal. “Kali aja saya bisa dapat anak dari Aden” sambungnya manja namun dengan nada serius.
“hahaha,,, bisa aja Lik Marni ini,,,” Arga semakin cepat menghajar Lik Marni.
“Ooowwwgghhh,,, nihh,,, terimaaa,,,” suara Arga terdengar serak, saat mencabut batangnya dari anus Lik Marni dan dengan cepat kembali menghujamkannya ke vagina yang basah.
“Aaakkkhhhh,,,” Lik Marni terkaget-kaget dengan gerakan Arga yang tak diduganya, berusaha mengangkang lebih lebar, membiarkan batang Arga masuk lebih dalam dan dengan bebas menghamburkan benihnya di pintu rahim.
Lik Marni tertawa melihat tubuh Arga yang kelojotan diantara selangkangannya.
“Sedaap,, punyamu sedap banget Lik,,” bisik Arga sambil memaju mundurkan pantatnya menikmati ekstasi yang tersisa.
“Heeyy,, ternyata jamu mu emang manjur Lik,, rasakanlah batangku yang masih mengeras dalam vaginamu,” Lik Marni kembali tertawa saat Arga yang mencabut batangnya dan berusaha memasukkan batang itu ke lubang belakangnya.
“Ooowwhhh,, masih sempit aja punyamu Lik,” dengus Arga merayu.
Blaamm…
“Hhhhmmm,, pantes aja ditungguin lama banget,” suara Aida mengagetkan keduanya.
Sontak Arga dan Lik Marni menoleh ke pintu, namun disitu hanya ada Aida yang berdiri dipintu dapur dengan baju lusuh dan rambut acak-acakan. Dari kaca mereka dapat melihat Mang Oyik yang tertidur kelelahan.
“Sini Non,,, kalo ga salah dengar tadi Den Arga juga pengen nusuk pintu belakang si Non,,” ajak Lik Marni seramah mungkin, dia sadar jika dirinya sudah menyerobot selingkuhan wanita itu.
“Pintu belakang?,, Arga,,apa kau tengah menusuknya di lubang belakang?” tanya Aida yang terkaget sekaligus penasaran, dengan cepat mendekati Arga yang kembali menusuk-nusuk anus Lik Marni sambil cengengesan.
“Siaalan,, ga dapat di aku, lubang dobol Lik Marni yang kau embat, Huuhh,,,” ada nada cemburu dari suara Aida saat melototi batang besar yang tadi sore membuatnya 2 kali orgasme kini menusuk tubuh Lik Marni.
“Ayo sini Nonn,, mumpung batang Den Arga masih keras,,” ajak Lik Marni sambil menarik lengan Aida yang ada dalam jangkauannya.
“Tidak,, aku masih terlalu capek,, nanti sajalah,,”
“Ayolah tak apa,, kurasa kau masih kuat, setidaknya untuk satu ronde,” bisik Arga melepaskan batangnya lalu memepet tubuh Aida ketembok, menarik pinggulnya kebelakang hingga menungging.

hilda yulis - toge montok jilbaber (4)
“Ooowwhhh Shiiit,,mana celana dalam mu,, ,” Arga keheranan saat menyibak rok Aida dan mendapati pantat yang menungging tanpa tertutup kain pelindung.
“Tuhh,, dikelonin sama Mang Oyik,,”
Arga dan Lik Marni sontak tertawa.

Setelah meremas-remas pantat montok Aida, Arga beranjak mengambil Bimoli dan melumuri batangnya. Sementara Aida terbengong, apa benar Arga ingin menusuk lubang belakanganya sekarang, setelah usahanya tadi sore gagal, namun dirinya tak yakin.
“Aaaggghhh,,, Argaaa,,, bilang dong kalo mo nusuk disitu,,” mata Aida melotot menahan sakit. “Aaawwwhhhh,,, koq bisaa massuuukk cepet bangeeett siihhh,,, aaaggghhh,” minyak goreng ternyata cukup ampuh untuk dijadikan pelumas.
Meski sulit, lorong Aida tidak sesempit milik Lik Marni, kali ini batangnya lebih mudah menerobos masuk. Setelah yakin Aida bisa menyesuaikan dengan batang besarnya Arga perlahan memompa maju mundur.
“Ooowwwwhhh,, Pelan Gaaa,,,punyamu gede banget,,”
“Tenang aja Non, sama persis waktu Non pertama kali ditusuk di depan, sakitnya sebentar aja koq,,” ucap Lik Marni, terinspirasi dari ulah Arga yang mengobel vaginanya, jari Lik Marni terulur menggapai vagina Aida.
“Mau ngapain Lik?,,,”
Tapi Lik Marni Cuma cengengesan, lalu menyelusupkan sebuah timun berukuran sedang ke vagina Aida. “Semoga ini bisa membantu,” ulah iseng Lik Marni benar-benar mebuat Aida kelojotan, dua lorong kemaluannya dipenuhi oleh batang. “Saya mau istirahat sebentar, biar sperma Den Arga bisa ngetem di dalam,” ucapnya berlalu menuju kamarnya, tanpa rasa bersalah pada Aida yang kini kewalahan.
“Aaarrggghh,, Gilaaa,,,” Aida menikmati sambil sesekali meringis saat batang Arga masuk terlalu jauh.
“Duuuhhhh,,, kali ini bener-bener sesak banget Gaaa,,, udaahh mau nyampe nihhh,,,” erang Aida yang memainkan timun keluar masuk di vaginanya.
“Wadduuuhhh,,, Bu Guru koq cepet banget,,” tanya Arga, namun tak dihiraukan oleh Aida yang sibuk menyambut orgasmenya.
“Aaaaagghhh,, Gaaaa,,,” Aida mengangkat pantatnya lebih tinggi untuk mendapatkan penetrasi yang lebih dalam.
“Siaaal,,,,,” Kini giliran Arga yang ikut panik, pantat montok dan mulus yang tersekspos menerima eksplorasi batangnya ditambah gaya menungging Aida yang begitu menggairahkan memberi fantasi tersendiri bagi Arga.
“Ooooowwwhhhsss,,,aaahhhhhhhh,,, keluaaarrr,,” Tubuh Aida bergetar menoleh, menatap Arga dengan pandangan penuh birahi.
hujaman Arga yang tidak menurunkan ritmenya membuat wajah Aida yang menatapnya semakin terengah-engah.
“Sialan,, Innocent banget sih wajah ni guru,,,” geram Arga tak tahan memandangi wajah Aida yang begitu pasrah.
“Mampuuuusss,,,, Aaagghhh,,,” Batang Arga yang terbenam erat serasa membesar dan tiba-tiba menghamburkan sperma, meski tidak sebanyak sebelumnya tetap saja membuat Aida kegelian.
“Gila,, hanya beberapa menit udah ngecrot lagi,,” gumam Arga seraya melepas batangnya dan terduduk didipan.
“Emang,,, gila banget,, tubuhku juga serasa remuk dipake dua orang,” imbuh Aida yang terhuyung membetulkan roknya.
“Iiiikkhhh,, dari ujung kaki sampai ujung rambut bau sperma,” kali ini Arga tertawa terpingkal mendengar ucapan Aida yang tengah membaui tangan dan rambutnya.
“aku kekamar dulu,,mandi, makan, tiduuuurrr mpe besok,”
“Hahahaaa,,,” Arga geleng-geleng kepala, menyusul Aida sambil mengagumi pantat Aida yang berayun mengikuti langkah kaki menuju pintu samping.

Sementara Arga berbelok ke gazebo. Suasana pantai sudah sangat gelap, untunglah bulan yang tengah menuju purnama cukup membantu mata Arga mengamati sekitarnya.
“Eaalaaahh,, koq malah gerimis sih,,” dengus Arga seraya mengangkat kedua telapak tangan meyakinkan adanya rintikan air dari langit.
“Gaaa,,,” Adit setengah berlari, melambaikan tangannya dari kejauhan. Sementara dibelakangnya tampak Aryanti dan Sintya mengiringi sambil tertawa.
“Ternyata istrimu emang pelit banget, Masa aku dibiarin kentang,,,” tanpa basa-basi Adit ngedumel dengan wajah super mupeng, Lalu bergegas menuju cottage.
“Mau kemana Dit?,,,”
“Nyari Istri kuuu,,,udah ga tahan nih,,,” Teriak Adit tanpa menoleh.
Sementara Arga hanya terdiam bingung, tidak tau apa yang telah antara istrinya Aryanti dan Adit.
“Adit kenapa?,,,”
“Tuhh,,tanya sama istrimu, tega banget ngerjain anak orang, hahahahaa,,,”
“Tidak apa-apa sayang, bukan masalah yang perlu dibesar-besarkan, hanya memberi sedikit pelajaran bagi pemula,,Hihihhi,,,” jawaban Aryanti disambut tawa Sintya.
“Tau ga? Tadi istrimu membiarkan Adit meremas payudaranya,, Hahahaha,,,”
GLEKK,,, meremas payudara? Dan itu bukan masalah yang besar?..
“Kita ke sana dulu lah,, biar ku ceritakan semua,,lagipula kakiku capek banget, ingin istirahat sebentar,” Aryanti mendahului melangkah menuju Gazebo, disusul Sintya.
Arga menelan ludah saat menyadari bagian belakang rok ketat Sintya tampak lusuh dan sedikit terangkat, namun Aryanti jelas lebih berantakan, bahkan bagian atas kaos nya yang lebar dan terjatuh dikedua sisi lengannya hanya menampakkan satu tali bra, Apakah tali satunya memang sudah terlepas? Tapi oleh siapa? Dan bagaimana bisa tali itu bisa terlepas?,,, APA Yang sebenarnya terjadi.
“Huuufff,,, Jadi begini,,” tutur Aryanti setelah menghempas pantat montoknya di atas bangku dari kayu. “Setelah makan malam tadi, Aku dan Sintya mendapati Dako yang tampak merayu Bu Sofia, karena curiga aku dan Sintya mengajak Adit untuk menguntit kemana tantenya itu pergi,”
“Ternyata mereka menuju sebuah tebing yang sepi, meski agak jauh kami dapat melihat bagaimana Dako akhirnya berhasil menelanjangi bagian bawah tubuh Bu Sintya, yang terlihat pasrah,”
“Sayang,,, Seharusnya kau melihat bagaimana rakusnya Dako melumat kemaluan Bu Sofia, hingga membuat perempuan itu mengerang keras di kegelapan, memang tadi sehabis makan kamu kemana? Aku tidak melihatmu diantara teman-teman,” tanya Aryanti.
“Ehh,, akuuu,, menemui Mang Oyik, untuk menanyakan perlengkapan yang ada disini,” jawab Arga serampangan.

“Aku yakin, Dako berhasil membuat Bu Sofia orgasme di mulutnya,, Ooowwhh,, aku jadi merinding bila mengingat rintihan Bu Sofia tadi,” celetuk Sintya, menyelamatkan rasa bersalah Arga.
“Yaa,, orgasme di mulut seorang lelaki memang sangat menantang sekaligus menggairahkan,” balas Aryanti sambil memejamkan matanya seolah saat itu dirinya dapat merasakan kenikmatan itu.
“Sial, pasti Aryanti teringat permainan nakal yang dilakukan bos dikantornya,” Arga menggeram kesal melihat ulah istrinya.
“Yaa,, apalagi saat Dako menghajar kemaluan Bu Sofia yang menungging di tengah hamparan pasir pantai,, Ugghhhh,,, pengeeeennn,,” jerit Sintya menahan hasratnya, disambut ulah istriku yang menjepit lengan dengan kedua pahanya. Arga sangat hapal, itu adalah gelagat istrinya bila tengah horny.
“Lalu apa hubungannya dengan adit,”
“Adit,, hahahaa,, Adit merajuk kepada kami, dan menuntut kami untuk bertanggung jawab karena telah menyeretnya untuk mengikuti Dako dan Sofia, kau taukan? Adit sangat bernafsu pada tubuh tantenya itu. Dan adegan itu membuat batangnya mengeras dengan sempurna,” Jawab Aryanti.
“Dan aku tidak dapat menghindar saat dengan tiba-tiba ia memelukku dari belakang, apa kau tau sayang? Anak muda itu ternyata sangat rakus, belum sempat aku memberi izin, mulutnya telah mencomot payudaraku hingga tali braku terputus,”
“Ooowwwhhh,, lalu?,,” Suara Arga tercekat hampir tak terdengar.
“Yaaa,, dia bagai orang kesurupan, melumat kedua payudaraku, mungkin di dalam kamar nanti kau bisa melihat beberapa tanda merah di payudaraku ini akibat gigitannya,”
“Asseeemmm,,, kenapa istriku bisa sesantai ini bercerita tentang pencabulan pada tubuhnya, mana aku disuruh melihat cupangan ulah mulut Adit,, uugghhh,, juangkrriikk,,” Arga menggumam dengan hati yang kesal.
“Apakah hanya itu?,,”
“Tentu saja tidak, setelah puas bermain dengan payudaraku Adit meminta hal yang sama pada Sintya, dan ternyata payudara Sintya jauh lebih besar dari milikku,”
“Tidak,,tidaak,,, punyamu lah yang lebih besar, hahahaa,,” elak Sintya sambil tertawa.
Aryanti melotot genit kepada Sintya, “Sayang, dari gumpalan dibalik kaosnya kau pasti sudah bisa menebak payudara siapa yang lebih besar diantara kami, atau,,,jika kau tidak percaya remaslah punya Sintya,, hingga kau bisa menilai payuadara siapa yang lebih besar,hahahaa,,”
ZLEEBBB,,,
meski aku tidak yakin apakah perintah istriku untuk meremas payudara Sintya sebuah gurauan ataukah serius, yang pasti tanpa kuduga dengan mudahnya tanganku melayang, menyentuh payudara Sintya yang membuat tubuh gadis itu tegang seketika. Aku meremas cukup kuat untuk merasakan tekstur gumpalan payudara istri simpanan Pak Prabu itu.
“Kurasa payudara kalian sama besarnya,” ucap Arga tanpa menghentikan remasannya.

hilda yulis - toge montok jilbaber (1)

“Sayang,, jangan membuatku cemburuu,, kau meremas payudara Sintya tepat di depanku,,” Aryanti merajuk, membuat Arga terkaget melepaskan remasannya, sementara wajah Sintya bersemu merah.
“Aku hanya mengikuti intruksimu sayang,,” jawab Arga cengengesan.
“Huuhh,, paling pinter kalo ngeles,,” sambut Aryanti yang akhirnya tertawa karena tidak bisa berpura-pura marah kepada lelaki yang sangat dicintainya itu.
“Sudahlah aku mau kekamar dulu,, celana ku terasa sangat lengket,” ucap Aryanti pamit, lalu beranjak mendekati Arga, mengecup kening lelaki itu dengan lembut.
“Heehh,,, kenapa tubuhmu seperti ada bau pesing? Dan ada bau,, bauu apa ya ini?,, minyak goreng?,,”
JEDEERRR,,,
“Yaa,, aku menyempatkan membantu Mang Oyik membenarkan mesin genset, bukan minyak goreng, tapi Oli,,”
“Oli?,,, tapi koq seperti minyak goreng ya?,,” tanya Aryanti sambil membaui tubuh suaminya. Untunglah sesaat kemudian wanita cantik dengan tubuh semampai itu berbalik dan melangkah menuju cottage.
“mandi,,dan gantilah bajumu sayang,, aku tunggu kamu dikamar,,” teriak Aryanti dengan gaya yang genit, lalu melanjutkan langkahnya.
“Istrimu cantik banget Mas, plus seksi,,,aku yang sesama cewek aja kagum, apalagi mata lelaki,,”
“Yaa,, aku memang beruntung memilikinya,”
“Jaga bener-bener, banyak lelaki yang menginginkan tubuhnya lhoo,,”
“Iya,, Heh,, tunggu maksudmu,,,?,,”
Sintya hanya menjawab dengan senyuman.
“Apa benar yang terjadi tadi hanya sebatas itu?,,,” Arga berusaha mengorek dari Sintya, sesaat gadis itu memandang mencari sesuatu dimata Arga yang memiliki tatapan tajam.
“Huufff,, Lebih dari itu,,”
Arga berusaha bersabar menunggu bibir Sintya membeber cerita.
“Adit terus merajuk kepada kami, aku sempat meremas batangnya yang ternyata memang sudah sangat keras, dan aku terpekik karenanya. Aryanti yang penasaran akhirnya juga meremas batang Adit yang tersembunyi dibalik celana pantainya, ohh,,, tidak,,tidak,, Aryanti langsung merogoh ke  dalam celana Adit, dan merasakan batang itu langsung dengan telapak tangannya, sepertinya istrimu tertarik dengan bentuk batang Adit yang bengkok itu,” Sintya berusaha mengingat-ingat detil kejadian yang terasa begitu cepat dengan mata menatap buih ombak yang bergulung.
Sementara nafas Arga tertahan. “Laluu,,”
“Laluuu,, yaa,, kami terpaksa mengizinkan Adit mencumbu tubuh kami bergantian tanpa dengan syarat tidak melepas pakaian kami, kami terbawa gairah permainan Dako dan Bu Sofia yang begitu panas.
Arga semakin penasaran, apakah kejadian di kantor istrinya terulang lagi, “Laluu,,?,,”
“Istrimu sungguh wanita yang memiliki gairah yang meletup-letup,, akupun begitu,,,” bibir Sintya hening sesaat, pahanya menjepit erat. “karena tidak tahan, istrimu yang berinisitif lebih dulu menurunkan celana hingga kedengkul dan meminta Adit memanjakan vaginanya dengan mulut pemuda itu, sementara ia berpegangan pada pohon kelapa, aku dapat melihat dengan jelas bagaimana lidah Adit menyapu setiap inci pintu vagina dan anus Aryanti,,Uuugghhh,,” Suara Sintya tertahan saat merasakan tangan Arga meremas pahanya yang terbuka.

“Sialan,, rupanya istriku tadi bukan menghayalkan kejadian di kantornya, tapi justru teringat ulah Adit yang menservis vaginanya,, siaaal,,siaaal,, aku kecolongan lagii,,” Arga ngedumel dalam hati.
“Apakah Adit juga melakukan itu padamu?,,,”
“Iyaaa,,, aku penasaran dengan lenguhan orgasme istrimu saat wajah Adit sepenuhnya terbenam diantara pantatnya dengan lidah terjulur masuk ke dalam vagina, aku tau itu karena aku juga meminta Adit melakukannya pada vaginaku, memang benar kata istrimu,, orgasme sambil mengangkangi wajah lelaki itu sungguh sesuatu yang luar biasa,, Owwhhh,,,” suara Sintya tertahan saat jari-jari Arga berusaha menyelusup kedalam roknya yang sempit.
“Apakah terjadi enghhh,, terjadi sesuatu yang lebih jauh setelah itu,,”
“Tidaakk,, yaaa,, eeenghh,, aku tidak tau pastinya, karena setelah Adit berhasil membantu kami menuntaskan hasrat, giliran dirinya yang meminta kepada kami, aku menawarkan oral tapi Adit menolak dan ingin menyetubuhi salah satu dari kami,”
“Dan akhirnya istrimu bersedia karena setau ku istrimu sangat tertarik dengan bentuk penis Adit yang lucu, pastinya ia ingin merasakan bagaimana sensasi bila batang bengkok itu bergerak didalam vaginanya, tapi dengan syarat Adit memuntahkan spermanya diluar,” Duduk Sintya mulai gelisah, pahanya menjepit jemari Arga yang berhasil mengusap-usap vagina gemuk yang terbalut kain tipis.
“Istrimu beralasan, tak ada bedanya antara lidah dan batang penis, toh Adit sudah merasakan bagaimana bentuk vagina kami, sama-sama daging hanya bentuknya saja yang berbeda, dan aku mengangguk setuju, hanya ukurannya saja yang berbeda,”
“Apakah batang Adit lebih besar dari ini,” ucap Arga sambil mengeluarkan batangnya hingga membuat mata Sintya melotot.
“Tidaakk,, milikmu jelas lebih besar,,” tanpa diminta wanita berambut sepundak itu menggapai batang Arga, menyusuri otot yang terukir. “Tapi jika dibandingkan dengan milik Pak Prabu aku tidak tau, karena punya Bapak juga berukuran besar sepertimu,” suara Sintya bergetar, meremas batang Arga dengan gemes.
“Apa kau bersedia mengukurnya, agar kita tau milik siapa yang lebih besar,,?,,” ucap Arga, menarik pinggul Sintya, tanpa menunggu persetujuan mengangkat rok ketat yang membalut paha sekal sang sekretaris.
“Mungkin,, jika kau mau, aku bisa mengukurnya sebentar, yaa,, hanya sebentar,, untuk memastikan batang siapa yang lebih besar,” ucap Sintya, matanya mengamati sekeliling, lalu mengangkangi Arga, mengangkat roknya semakin ke atas dan menyibak celana dalamnya ke samping.

 hilda yulis - toge montok jilbaber (2)
Semua terjadi begitu cepat dan,,,, “Oooowwwgghhh,,,,,” Sintya menekan pinggulnya kebawah, vaginanya sedikit kesulitan saat harus menelan ujung batang Arga yang besar. “Oooowwwhhhsss,,, Siiinn,, Kau tidak akan tau jika tidak menekannya lebih dalaaaamm”
“Yaa,, kurasa kau benar Gaaa,,Aaahhh,,,”
“Punyaaamuuu,, punyamuuu lebih besaaarr dan panjaaaaaaang darii batang Bapaaak,,” lenguh Sintya saat berhasil melumat seluruh penis Arga.
“Pantas saja Aryanti begitu mencintaimu,,” bisik Sintya yang bergerak liar mengiringi remasan tangan Arga dipantatnya.
“Istrikuu,, Laluu,, apa Adit berhasil memasukkan batangnya ketubuh istriku,,seperti aku memasuki tubuhmu ini?,,,”
“Aku tidak tau pastinya, karena Adit menindih istrimu yang berbaring diatas pasir menutupi pandanganku,,, kalaupun Adit berhasil menyelusup kan batangnya kevagina istrimu kurasa itu tidak lama,, karena saat Adit menggerakkan pantatnya yang membuat istrimu mengarang, Dako dan Bu Sofia yang telah selesai bejalan menuju kami, dan aku segera memberi tahu hal itu kepada Aryanti, Akhirnya tubuh Adit terjengkal akibat dorongan istrimu yang kaget,”
“Adit masih merajuk, tapi kami sudah berlari meninggalkannya,” ucap Sintya sambil mempercepat goyangan pantatnya membuat batang Arga begitu dimanjakan.
Tapi tiba-tiba Sintya meloncat turun melepaskan batang Arga. “Ada yang menuju kemari,,” ucapnya dengan takut.
“Siaaaall,,,” kondisi Arga tidak jauh berbeda dengan Adit. Namun terpaksa menyarungkan pusakanya.
“Heeyyy,,, sedang apa kalian gelap-gelapan disini, Hayoooo,,,” terdengar suara lembut Zuraida yang menghampiri mereka, diiringi Pak Prabu yang menatap penuh selidik kepada Arga dan Sintya.
“Hahahaa,, kami hanya mengobrol koq,,,” jawab Sintya cepat. “Kalian dari mana?,,”
“Aku habis jalan-jalan sama Pak Prabu,, dijalan kami ketemu warung yang ngejual kentang goreng, renyah banget lhooo,, Arga mau?,,” ucap Zuraida dengan sangat lembut menyerahkan bungkusan kepada Arga.
“Kentang?,,, owhh,, tidak,, terimakasih,,,” jawab Arga dengan lesu…
**************************************************
“Arga,, aku pinjam istrimu sebentar ya,,,” ucap Zuraida pada Arga yang tengah melahap sandwich yang baru saja diantar oleh Lik Marni.
“emang mau ngapain?”
“Adda aja, urusan kaum hawa, weee,,,”
“Aiiihhh,,, bisa juga istri Dako ini genit, mana pake melet lagi,,” gumam Arga, matanya nanar menatap Zuraida yang berdiri di depan pintu dengan balutan kaos lengan panjang yang sedikit ketat, tak ketinggalan jilbab yang selalu membalut wajah cantiknya.
“Ok, Ashal wakthu balek dhi mharhi tethap utuh,,,” Arga memaksakan menjawab meski mulutnya sedang penuh, matanya beralih ke sosok istrinya yang malam itu kelihatan lebih centil, tak ubahnya seperti anak ABG. Mematut diri didepan cermin memiringkan tubuh ke kanan dan kekiri, celana lagging hitam dan kaos longgar berbelahan rendah dengan tulisan ‘Awesome’ tepat dibagian payudara.
“Hahahahaa…bisa aja kamu, emang bagian mana yang bisa hilang dari istrimu,,” Zuraida tergelak tertawa.
“Tenang saja sayang,,, kalo ntar balik kesini nenen ku hilang, tagih saja sama Zuraida,,”
“Aaaaaaa,,,” Zuraida terpekik, tak menduga bila Aryanti akan meremas kedua payudaranya.
“GLEEKK,,, Uhhuuugg,,,” Arga tersedak, kerongkongannya begitu sesak akibat segumpal roti yang dipaksa masuk tanpa dikunyah. Matanya dengan jelas bagaimana bentuk payudara Ziraida yang menyembul dibalik kaos akibat remasan jemari Aryanti.
“Hahahahaa,,, Ayo cint,,, ntar kamu diterkamnya lhoo,,” tawa Aryanti melihat tingkah suaminya. Lalu menarik Zuraida yang wajahnya memerah malu, keluar kamar.
“Aseeeemmm,,, besar juga nenen istri si Dako,” Arga mengumpat, selama ini dirinya hanya bisa memandang tubuh yang dibalut pakaian yang lebar.
Wajah lelaki itu tersenyum saat menyadari batangnya mengeras, ternyata begitu besar hasrat nya pada wanita yang selalu mengenakan jilbab itu. Tapi hingga saat ini tak ada sedikitpun kesempatan untuk SSI, selalu dikawal ketat oleh teman-temannya yang juga memliki hasrat yang sama. Tak betah sendiri berada dikamar Arga menuju selasar yang memisahkan kamar-kamar, sesaat matanya tertuju pada jam besar yang ada di dinding, pukul 9.15. Di pelataran cottage dirinya tak mendapati seorang pun, gara-gara ulah Aryanti dan Zuraida tadi pikiran sange nya kembali kambuh, otaknya memilah-milah betina mana yang dapat dijadikan mangsa, Aida, Lik Marni, Sintya,,, Ahhh Sintyaa,,, hampir saja lelaki itu menyumbangkan benih cinta kepada si montok istri simpanan Pak Prabu.Hari ini pikiran lagi ga karuan
Nyesel tapi sengaja nonton film begituan
Otak penuh khayalan juga bayang-bayang
Ingin cepat lepaskan, bingung cari saluran

Lalu cari solusi yang sehat dan alami
Bukan ngga punya uang, sumpah haram jajan
Biar sedikit bandel utamakan kesehatan
Belum sempat mikir panjang Setan langsung kasih jalan

“Heeiii Gaa!!,,,”
Terdengar panggilan saat dirinya melewati tepian kolam.
“Aditya daaan,, Andini,, Owwhh,,, itu benar Andini kan?,” Arga memicingkan mata seolah dengan cara itu matanya dapat lebih jelas melihat.
Tampak gadis itu hanya mengenakan pakaian renang two piece. Pintar juga ni bocah, sengaja mematikan lampu di pinggir kolam, jadi apapun yang mereka lakukan di dalam air takkan terlihat jelas.
“Gilaaa,, bisa-bisanya berenang di air dingin gini,” celetuk Arga setelah memasukkan kedua kakinya ke air, duduk menjutai.
“Dingin?,, panas koq,,, liat aja aku ampe keringatan begini,hehehe,,” Aditya terkekeh sambil berjalan didalam air mendekati Arga, meninggalkan Andini disisi sebrang. “Baru pemanasan doang sih,, pengen nyobain bercinta dalam air,” imbuhnya.
“Gimana body bini ku, mantap?,,,lagi seger-segernya anak ABG tuh,, hehehe,, masih 19 my age,”
“Dasar,, Vicky oriented!!,,,”
“Hahahahaa,,,”
Blubuk blubuk blubuk,,, tawa keduanya terhenti saat Andini tiba-tiba menyelam, 2 pasang mata lelaki sange itu melotot saat beberapa detik kemudian muncul pantat montok Andini yang dibalut celana renang model thong, muncul ke permukaan bergerak mengikuti kaki yang berkecipak mendorong tubuh di dalam air.

hilda yulis - toge montok jilbaber (3)
“Aku paling suka kalo dia lagi nungging, mana ada cowok yang tahan kalo bergesekan dengan pantat montok nya,,”
“Asseeemm,,,” Arga misuh-misuh mendengar celoteh Adit yang sengaja manas-manasin
“Tapi lebih nikmat mana dengan vagina istriku?,,, bukankah kamu sudah merasakan jepitannya,, dan bagaimana gurihnya cairan cintanya?,,”
“Heehhh,,, jadi istrimu cerita kejadian di tepi tebing tadi?,, gilaa,,,”
Arga terkekeh.
“Memang sih,, legit banget,,Tapi Cuma dua menit ni batang sempat masuk, belum sempat ngecrot aku sudah ditendang gara-gara Dako mau lewat,”
“Dua menit??? Wooyy,, itu lumayan lama begoo,,” Hati Arga mendengus kesal, tapi berusaha tetap santai.
“Tapi bukankah istriku sudah memberi kesempatan padamu untuk menikmati tubuhnya, Ya artinya kamu sedang sial, jadi tidak salah bila sekarang adalah giliranku,” ucap Arga, otak mesum nya bekerja dengan cepat melihat peluang. Dengan cepat tangannya melepaskan kaos lalu menceburkan diri ke air yang dingin.
“Still there Boy!!!,,, dan lihatlah bagaimana aku mengajarimu cara bercinta dengan gadis secantik istrimu ini,” teriak Arga sambil berjalan mundur didalam air.

“Juancuuukk,,,” Adit mengumpat dengan jari tengah mengacung, hatinya tak karuan, saat harus melihat dengan matanya sendiri bagaimana istrinya akan digagahi oleh lelaki lain.
Ingin sekali Adit mencengkram tubuh Arga, tapi Arga adalah calon bosnya setelah pamannya pindah ke kantor pusat. Artinya Arga lah saat ini yang memiliki kuasa di kantornya.
“Uuuugghhh,,,” Adit benar-benar kesal sekaligus menyesal telah memamerkan tubuh ranum istrinya.
Sementara disebrang, Andini terlihat bingung saat sosok besar seorang laki-laki mendekati dirinya, tubuhnya beringsut masuk kedalam air berusaha menyembunyikan payudara yang hanya tertutup kain kecil dengan untaian tali. Sempat terdengar oleh telinganya pujian sang lelaki yang memuji cantik wajahnya, tapi mengajari bercinta, apa maksudnya?…. Andini tiba-tiba merasa tubuhnya panas dingin saat berhadapan dengan dada bidang sedikit berbulu saat Arga tiba di hadapannya.
“Ada apa Mas?,,,?”
“Tidak ada apa-apa, hanya suamimu tadi meminta untuk menemani bidadari mungil sepertimu berenang,,” Arga mencoba tersenyum seramah mungkin.
Sontak wajah Andini memerah, tersipu malu.  Merasa tidak percaya dengan ucapan Arga, gadis itu menatap suaminya yang terlihat hanya duduk ditepi kolam renang, meski saat ini ada seorang lelaki mendekati istrinya yang hampir telanjang.
“Kenapa cantik,,,tidak percaya?, pastinya suamimu akan menghajarku bila aku berbohong,” Arga mengangkat dagu Andini untuk memenadang wajahnya yang memiliki tatapan tajam.
Dalam hati Arga bersorang girang, gadis itu terlalu lugu, begitu mudah memikatnya. Semakin gemetar tubuh Andini dibuatnya. Tapi ada letupan birahi saat matanya menatap pundak Arga yang tegap dan kokoh, apalagi lelaki itu memiliki wajah yang sangat menarik.
“Aku lihat tadi kau cukup mahir berenang, mau adu cepat dengan ku, berapa putaran kau sanggup?,,” kini Arga memasang wajah jenaka. Tersenyum sambil mengambil kuda-kuda untuk menyelam.
“Jika hanya sekedar berenang mungkin tak mengapa, toh suamiku bisa melihat dan melindungi bila laki-laki ini berbuat nakal.” Gumam Andini yang kemudian ikut tersenyum menampilkan deretan gigi yang rapi terawat.
Seakan tidak ingin kalah dari Arga, Andini mencoba mendahului menyelam dan dengan cepat berenang ke tepi dimana Adit berada. Arga tertawa melihat tingkah Andini, mengangkat kedua tangannya kearah Adit. Tapi Hal itu diartikan Adit sebagai tanda ketidakmampuan Arga menaklukan istrinya.
“Hahahahaaa,,, Kau tidak akan bisa menaklukkan istriku,, cobalah sepuasmu!!!,,,” teriak Adit sambil tertawa.
Andini yang telah sampai di tepi kolam, sekuat tenaga kakinya menendang dinding kolam untuk memberikan dorongan tambahan. gadis itu tampak yakin jika dirinya menyelesaikan dua putaran dan lebih cepat dari Arga. Melihat Andini sudah berbalik ke arahnya, Arga dengan cepat menyelam berusaha menyusul Andini. Saat tubuh mereka berselisihan di tengah kolam, dengan begitu kreatif dan cekatan tangan Arga mengelus payudara gadis mungil itu, dilanjutkan dengan tarikan hingga bra Andini terlepas, lalu melanjutkan berenang ke arah Adit.

hilda yulis toge jilbab (2)
Sebelum berbalik menyusul Andini, tangan Arga muncul kepermukan sambil mengacungkan bra. Aksi Arga itu jelas tidak luput dari mata Adit.
“Juancuuuukkk!!!,,,,” Adit hanya bisa mengummpat, bra siapa lagi yang ada di tangan Arga jika bukan milik istrinya.
Sementara di sebrang sana Andini telah sampai di tepian, tak lama kemudian disusul Arga yang tampak terengah-engah mencari udara.
“Menaaaang,,,” Andini berteriak girang mengangkat kedua tangannya, meloncat-loncat seolah ingin keluar dari air.
Tapi tawa gadis itu sirna seketika, wajahnya pucat pasi saat melihat bra nya berada di genggaman Arga. Secepat kilat tubuhnya beringsut masuk ke dalam air, berusaha menyembunyikan payudara mungil dengan puting yang menantang kedepan. Gadis itu tidak sadar kapan bra itu terlepas, terlalu semangat berenang.  Arga tersenyum, lalu dengan sopan memberikan bra itu kepada Andini. Dengan cepat jemari lentik itu menyambar, dan dengan tergesa-gesa mengenakan kembali bra nya.
“Boleh aku bantu mengikat di bagian belakang?,”
Andini mendesah, sesaat mengambil nafas panjang setelah sadar tidak mampu mengikat bra, menyesali keputusannya memilih bra jenis tali yang diikatkan di belakang punggung. Andini berbalik dengan malu-malu, setidaknya dengan membelakangi lelaki itu tidak bisa melihat payudaranya yang menyembul. Dengan perlahan Arga memasang simpul tali bra, seraya mendekati telinga gadis itu.
“32b, mungil, tapi putingnya mancung banget, seharusnya untuk gadis seusia mu aerola nya sudah mulai coklat, tapi warna milikmu masih telihat sangat ranum seperti milik gadis SMP, bentuk seperti ini yang sering bikin para lelaki penasaran.”
Nafas Andini seakan tertahan mendengar pujian Arga, tubuhnya tak mampu bergerak saat telapak tangan yang kokoh menyusuri pinggang yang ramping, mengusap perut yang rata tanpa lemak, dan terus naik hingga telapak itu menggenggam payudara Andini dengan dengan cengkraman yang kuat namun terasa lembut.
“Uuugghhhh,,,,eeeengghhhsss,,,” nafas Andini terasa begitu sesak, bra basah yang baru dikenakannya seakan tidak memiliki arti. Putingnya yang seketika mengeras dapat dengan jelas merasakan tekstrur kasar dari telapak tangan Arga.
“Maaasss,,, jaaangaaaaan,,,,”
Tapi arga memakai jurus budeg, dan terus melanjutkan aksinya. Tangannya begitu gemes dengan payudara mungil Andini, meremas dan terus meremas dengan lembut.
“Ooowwwhh,,, ternyata benar dugaanku, payudaramu sangat kencang,,, apa kau meinginzinkan bila aku sedikit berkenalan dengan payudaramu ini,,”“kaauu,, sudah melakukannyaaa,, apa lagiii,, suddaaahh masss,,, Aaaawwwhsss,,,” Andini terpekik saat puting mungilnya dijepit, ditarik, dan dipelintir dengan lembut.
“Maasss,,, jangan yang ituuu,, jaaaang,,, Aaaaakkkhhh,,,” tubuh Andini semakin berkelojotan, tanpa disadarinya telunjuk tangan kanan Arga berhasil menyelinap kedalam lipatan vagina. “uuugghhh,,, suuddaaaahhh maasss,, ada Mas Adiiitt,, jangaaaaann,”
Sekuat tenaga Andini menarik lengan Arga agar keluar dari celana dalamnya, tapi Arga yang usil tak kalah akal, telunjuknya yang berhasil menyelinap kedalam vagina mungil itu berubah layaknya jangkar pengait. Semakin kuat Andini menarik tangan Arga, semakin kuat tekanan yang dialami vaginanya, dan semakin kuat pula lenguhan yang keluar dari bibirnya.
“Jangaaannn,, jangaaaann,, Diniii ga maauu,, jangaaaaaaaaaaaaaaann” tubuh Andini bergetar hebat. Mendapatkan pelecehan dihadapan suaminya justru menjai sensasi tersendiri, dan ini adalah orgasme tercepat yang pernah dialaminya.
“Iiiihhh,,, tanganku dikencingin cewek cantik,, pasti pertanda sesuatu nih,, koq cepet banget ya,,,” ucapa Arga, menarik tangannya keluar lalu berlagak seperti orang yang mencuci tangan di dalam air.
“Jahaaaat,,, dasar manager mesum,” Andini mencubit lengan Arga, wajahnya tersipu malu, cowok itu sudah membuatnya ngos-ngosan dan berkelojotan di tengah malam, tapi setelahnya justru meledeknya, menganggap hal itu seperti hal biasa.
Sementara di sebrang Adit yang mengamati mengamati dengan tegang, dapat sedikit bernafas lega saat Arga melepaskan tubuh istrinya, lalu sedikit menjauh. Matanya dapat melihat bagaimana tadi tangan Arga yang memeluk istrinya dari belakang, tapi dirinya tidak tau apa yang tengah terjadi, matanya juga mengawasi pinggul Arga yang tidak bergerak, berarti calon atasannya itu tidak berhasil melakukan penetrasi.
“Wooyyy,, Aku ambil minum sebentar, still there, jangan kemana-mana,,,” Teriak Adit yang langsung bergegas masuk ke dalam, tubuhnya sangat enggan beranjak dari tempat itu untuk memastikan istrinya baik-baik saja, tapi tenggorokannya terasa kering akibat ulah Arga yang mengerjai istrinya.
“Yooiii,, jangan lama-lama, ntar istrimu ku makan lhoo,,hahaha,,” balas Arga sambil tertawa.
Arga bersandar di tepian kolam, “Malam yang indah, bintangnya banyak, lampionnya jua cantik” ucap Arga sambil mengamati lampion yang berjejer diatas kolam, terikat pada tali yang direntang.
“Iyaa,”
“Iyaa? Bagaimana kau bisa tau, dari tadi kau hanya menunduk, mana bisa melihat bintang,”
“Iiihhh,, resee,,” Andini mendorong pinggang Arga tapi meleset dan mengenai batang Arga yang masih menegang. Tiba-tiba gadis itu terkesiap.
“Itu kayu ya? Koq keras banget, piting sedikit aja pasti patah tuh kayu,, hahaha,,”
“Idiiihh,,, baru ditinggal suami sebentar aja genit nya nongol, giliran suami disamping anteng kaya kelinci makan kwaci,hihihi,,,”
“Mas emang rese yaaa,, jadi heran, koq bisa ditunjuk ngegantiin Pak Prabu,”
“Hahahaha,,, Ehhh,, ada bintang jatuh,,”
“Mana? ngga ada koq,,,” mata Andini cepat menyapu hamparan langit.
“Jatuhnya naik angkot biar cepet,,hahaha,,”

hilda yulis toge jilbab (1)

“Idiihh garing banget, emang kalo ada bintang jatuh mau minta apa?” tanya Andini sambil memainkan air hingga menciptakan gelombang-gelombang kecil. Perasaan tegang dan malunya sedikit berkurang, diam-diam matanya melirik tubuh tinggi tegap disampingnya.
“Aku mau mintaaa,, eemmm,,, apa ya,, kalo minta kayu ku dipiting pake punyamu, mungkin ga yaa?,,”
“Weekksss,, ngelunjak, emang aku cewek apaan, ingat,, tadi itu Cuma karena aku menghormati mas Adit yang menyuruh mu menemaniku berenang lhoo,”
“Masa sih, jadi bukan jinak-jinak merpati,”
“Apaan sihh,, lagian batang segede gini mana ada yang mau, Cuma bisa bikin cewek nangis kesakitan, hahahaa,,”
“Awww,,, sakit tau,” Arga menjerit ketika tiba-tiba tangan Andini benar-benar memiting batangnya yang dalam kondisi siap tempur sempurna, dan sialnya gadis itu justru tertawa melihat deritanya.
Tanpa setau Arga, dibalik tawa Andini, jantung gadis itu justru berdebar, tidak menyangka batang yang tadi sempat digenggamnya meliki ukuran yang benar-benar besar.
“Woooyyy,,, ni ku bawain air, kalo mo minum cepet kesini,” terdengar teriakan Adit yang membawa tiga botol pulpy orange.
“Terimakasih Gan, tapi air disini masih banyak, apalagi ada sumurnya, dijamin ga bakal habis,” jawab Arga serampangan.
“Sumur?,, mana ada?” tanya Andini yang bingung.
“Ada koq, biar kecil tapi juga bisa nambahin air kan?”
“Iiihhh ngaco,,” Andini segera memalingkan tubuhnya membelakangi Arga saat menyadari mata Arga yang melototi selangkangannya yang terendam.
“Tuu kan, jinak-jinak merpati, kalo ada suami langsung balik kanan nyari aman,”
“ngga Koq,,” jawab Andini sambil melengos.
“Berani nerima tantangan?,,buktikan dengan ambil tu lampion ”
Tubuh Andini kembali berbalik, “mana bisa?,,tinggi banget,, lagian itu tidak menantang”
Bukannya menjawab Arga justru menyelam ke dalam air.
“Aaaaaaa,,,, Andini menjerit ketika tubuhnya terangkat dari dalam air, dan gilanya wajah Arga tepat berada di depan selangkangannya.
“Sialan kau Argaaa,, Kupastikan Aryanti akan menerima balasannya,,” dengus Adit, tekadnya semakin bulat untuk kembali menunggangi tubuh montok Aryanti dan menuntaskan permainan yang tertunda.
“Cepet ambil, tubuhmu ternyata berat juga,,”
Jelas Arga berbohong, tangannya yang menopang tubuh Andini justru meremas-remas pantat Andini, membuat gadis itu salah tingkah dihadapan Adit. Tangannya berusaha meraih lampion yang masih dua jengkal diatasnya. Berharap Arga segera menurunkan tubuhnya.
“Aaaahhssss,, Argaaaa,, kamu ngapaaaaiinnn,, Aggghhhh,,,” Andini terkaget, celana dalamnya dibentot Arga ke samping, dan dengan cepat bibir Arga yang telah siaga menyerang bibir bawahnya.
“Aaaggghhh,,, gila kau Gaaa,,, itu ada suamikuuu,,Ooowwwhhh,, stoop,”
Arga mendongakkan wajahnya yang tepat berhadapan dengan vagina ranum yang menganga, “Ternyata benar, kau memang jinak-jinak merpati,” ledek Arga. Lalu kembali menyelipkan lidahnya ke vagina yang tengah galau.
“Ooowwwwhh,, tidaaak kau saaalaaahh,,aku berani koq nakal didepaaan Adiiitt,, Aaahhh,,,
masuuukiiiinn lidaaahhhmuu lebbiiihhh dalaaaammm,, Aaggghhh gilaaaaa,,,”

Andini kembali mencoba meraih-raih lampion, berharap suaminya tidak tau dengan apa yang tengah terjadi antara dirinya dan Arga.
“Ooowwwhhhssss,, Aaaahhh,,, dasar lidah buayaaaa,, panjang banget lidaaahh masuuukkk,” Pantat Andini bergerak-gerak, bukan untuk mengelak, tapi untuk memudahkan lidah Arga mencecapi kalenjer vaginanya yang semakin deras keluar.
“Sayaaaaang,,, apa kau tidak melihaaat,, vagina istrimuuu,, Aaahhh,,,”
“Vaginaaa istrimuuu dinikmati lelaki laaaiiinn,,, Uuuuggghhh,,, Aaahhhssss,,,”
Seeerrr,,, seeerrr,,, seeerrr,,,tubuh Andini mengejang, bibir vaginanya menyemburkan cairan yang tepat memasuki mulut Arga yang tengah terjulur menjilat-jilat.
“Aaaahhhhh,,, Gaaaa,,,, gila kamuuu,,”
Arga perlahan menurunkan tubuh mungil Andini, menggendong menahan dengkulnya dengan kedua tangan, kini wajah mereka berhadap-hadapan. Mata bulat Andini dapat melihat dengan jelas wajah Arga yang basah oleh cairan vaginanya.
“Ternyata hanya sebatas itu kenakalanmu,, baru sebentar udah keluar,,hehehee,,”

“Asseeemm,, apa tadi kurang nakal,, Ok, kalo masih kurang, tapi jangan salahkan aku jika Adit menghajarmu,”
Tangan Andini terulur kedalam air, menyelusup kedalam celana pantai Arga, meski gemetar dengan pasti tangannya menarik keluar batang yang sedari tadi sudah dalam kondisi siap tempur.
“Aku yakin,,, kau pun tidak akan bertahan lama jika kayumu ini dipiting oleh milikku,,, Aaaahhhh,,,” meski tidak yakin vagina mungilnya dapat menerima besarnya batang Arga, tapi Andini tidak ingin terus diledek dan diremehkan.
Kedua insan yang tengah diamuk birahi itu kini begitu kompak bekerjasama. Arga perlahan menurunkan tubuh Andini, sementara jemari lentik gadis itu memastikan batang Arga berada pada jalur yang benar menuju vaginanya.
“Aaaggghhhh,,, pelaaann,,, coba lagiii,,, turunkaan lagiii,, Aaahhh,,,”
Batang Arga melengos kedepan dan kebelakang, tak mampu menembus vagina mungil dan sempit milik istri temannya.
“Oooowwwhhh,,, taaahhhaaann,,, biar aku yang bergeraaakk,, aaaaggghhhh,,, massssuuuk,,”
Andini yang merasakan kepala penis Arga telah berada di dalam vaginanya, perlahan semakin menurunkan tubuhnya, hingga lorong kemaluannya benar-benar terasa penuh.
“Maassss,, maaf maaasss,,, aku benar-benar telah memasukkan penis temanmu ke dalam tubuhku,” rintih hati Andini, yang masih tidak percaya tubuhnya dinikmati lelaki lain tepat di depan suaminya.
“Argaa,, Apaaakaaahh ini cukuuup untuk membuktikaaan kalo aku naakaaal,,”
“belum, ini belum cukup, cantik.”
“Yaaa,, aku rasa jugaa begituuu,,, ini belum cukuuup,, setidaknya hingga vagina mungilku dapat memaksa spermamu memenuhi rahimkuuu,, Aaagghhh,,,”
Di sebrang kolam, mata Adit melotot saat mendapati celana dalam istrinya telah mengambang di atas air. “Siaaalaan kau Argaaa,”
“Arrgaaaa,,, kauuu diaaam sajaaa,,,bukankah kau ingiiin aku terlihaaat nakaaall di depaaan suamikuuu,,, Aahh,,aahhh,,,aahh,,,”
Andini meminta Arga berhenti bergoyang, gadis itulah kini yang memegang kendali, pantatnya bergerak cepat, turun naik diatas air menciptakan riak yang semakin besar.
“Gaaa,,, sesaaaak bangeeeett,,, aku gaa kuaaaat,,, aku kalaaaahh lagiii Aaahhhh,,,”
“Bila kau memang ingin terlihat nakaaal, biarkan aku menyetubuhi mu di depan Adit,,, beraniii?,,, Eeeehhhsss,,”

hilda - toge jilbab (4)

Andini yang sudah benar-benar tak berdaya hanya dapat mengangguk. Meski tak tau apa yang akan dilakukan Arga, tapi baginya sama saja. Andini memejamkan matanya, pantat montoknya terus bergoyang menikmati batang yang begitu besar bagi vagina mungilnya. Sementara Arga perlahan berjalan mendekati Adit yang dasar kolamnya lebih dangkal. Nafas Adit tercekat, kini di hadapannya terpapar pemandangan yang begitu ironis, dengan mata terpejam tubuh mungil Andini bergerak liar. Lorong kemaluan mungil dan sempit milik istrinya yang selalu dibanggakannya, memaksakan melumat sebuah batang besar, lebih besar dari miliknya.
“Aaaaghhhh,,,, Argaaaa,,,,” Andini terpekik saat Arga mulai memberikan perlawanan, ini jauh lebih nikmat dari apapun, mata sendu yang menyiratkan kepasrahan menatap Arga dengan mesra, namun sesaat kemudia terkaget saat mendapati tubuhnya tepat berada di antara kedua kaki suaminya yang menjuntai.
“Maaasss,,, maaaf maasss,,, ini hanya sebuah permainan tantangaaaaannn,,,”
“Aaaagghhhh,,,,ooowwwwwhhh,,, ga kuaaaat,,, Andini ga kuat Masss,,” tangan Andini terulur meraih tangan suaminya seiring tubuhnya yang bergetar hebat mendapat gempuran batang Arga yang semakin brutal. Vaginanya semakin sempit menjepit, “Aaaaaaggghhhhhh,,, Massss,,, besaaaar maaassss,,, batang temaan mu sangaaaat besaaaaarrr,,, Aaaahhh,,,”
“Aaaaaggghhhh,,, Diiittt,,, sempit bangeeet,, milik istrimu sempiiitt bangeeeeettt,,,”
“Akkuuuu harusss menyemprot di daaalaaam Dit,,, Semproooottt di daaalaaam vaginaa istrimuuu,,, Aaahhhhh,,,” Arga mencengkram pinggul Andini dengan kuat, menancapkan batangnya jauh ke dalam lorong yang semakin menyempit. bermili-mili sperma menghambur, berdesakan memenuhi kantong rahim Andini.
Andini seakan tidak percaya melihat kehebohan Arga, lelaki itu orgasme di dalam tubuhnya dengan begitu dahsyat. Tanpa sepengetahuan Adit, Andini berusaha semakin mengencangkan otot vaginanya, meyakinkan Arga dapat benar-benar menikmati liang kemaluannya.
“Maafin Andini Mas,,”
Adit berusaha tersenyum. Lalu jatuh pingsan… Gubrak..

##########################

Arga terbangun dari tidur dengan perasaan cemas, istrinya Aryanti tidak ada disamping. Seingatnya, setelah menggotong Adit ke kamarnya, Arga menyempatkan diri untuk sekali lagi menggarap Andini di samping suaminya yang tepar, entah tidur, entah memang benar pingsan. Dan ketika kembali ke kamar, Aryanti sudah tertidur dengan pulas. Rasa was-was segera menyergap dirinya, Arga sangat sadar dengan perjanjian yang mereka terapkan dalam liburan ini. Sebuah pertanyaan mencuat dipikirannya ‘Siapa yang tengah menindih tubuh Aryanti saat ini’. Dengan langkah perlahan menghindari timbulnya suara Arga mendekati pintu kamarnya, dan menyelinap keluar bagai seorang maling. Pendengarannya bekerja lebih ekstra mencari kemungkinan adanya suara ganjil, buah dari persetubuhan. Arga sendiri tidak mengerti kenapa dirinya harus begitu hati-hati, seakan memang mengharapkan dapat memergoki istrinya yang berbuat nakal, atau pasangan lain yang tengah berlomba memacu birahi. Tapi nihil, cottage begitu sepi. Sekilas Arga melirik celah di bagian bawah pintu kamar Dako dan Zuraida yang tampak masih menyala terang, mungkin saja penghuninya masih belum tidur, ada keinginan untuk mengetuk, tapi diurungkannya. Perlahan Arga menuruni tangga, lantai satu pun sepi. Begitu juga dengan beranda dan gazebo. Jam dinding menunjukkan pukul 1.25. Dengan cemas bercampur bingung Arga kembali masuk ke dalam cottage, namun langkahnya terhenti saat telinganya sayup-sayup mendengar gelak tawa dari arah ruang samping yang biasa digunakan untuk menggelar pertemuan, bangunan itu memang terpisah dan hanya dibuka jika ada pertemuan atau pesta. Bergegas kakinya melangkah, dan ternyata pintu nya memang terbuka, lampu di bagian tengah ruangan tampak masih menyala. Kembali dirinya mendengar gelak tawa. Tak salah lagi itu adalah tawa Pak Prabu dan Dako. Ketika dirinya ingin menghampiri teman-temannya yang asyik bercengkarama mengelilingi sebuah meja bundar, langkahnya tertahan saat melihat sosok Aryanti yang tengah dipangku oleh Munaf. Sementara di sebrang mejanya, Andini tengah dipangku oleh Pak Prabu. Dengan sangat pelan Arga menyelinap, melewati pintu yang terbuka, ada keinginan hatinya untuk melihat langsung, bagaimana sikap Istrinya jika dirinya tidak ada disamping. Tampaknya Pak Prabu, Dako dan Munaf tengah bermain kartu. Namun yang membuat Arga heran kenapa istrinya sampai bersedia duduk di pangkuan Munaf dan tertawa melihat ulah nakal tangan Munaf yang mencoba bergerilya di tubuh indahnya. Tangan kanan Munaf yang tampak aktif mengelus paha istrinya yang saat itu hanya mengenakan celana lagging sedengkul yang biasa digunakannya ketika berada di rumah, sementara kaos tanpa lengan yang digunakannya tampak kebesaran. Meladeni kenakalan tangan Munaf yang semakin tidak terkendali, Aryanti harus berulangkali memukul jemari yang berusaha menyelusup ke dalam kaosnya, bibir dari istri Arga itu terus tertawa sambil menahan pangkal lengan Munaf yang berusaha menerobos kaos longgar istrinya. Setelah merasa kurang beruntung dengan serangan bagian atas, kini Munaf mencoba meraba selangkangan Aryanti, meremas dengan rasa gregetan akan benda yang ada di antara dua paha montoknya.

Arga sedikit lega ketika melihat Aryanti segera menyilangkan kedua pahanya, mencoba menutup akses serangan, setidaknya istrinya tidak membiarkan lelaki lain menjamah tubuhnya dengan bebas. Tapi tiba-tiba Aryanti tertawa terpingkal, rupanya telunjuk Munaf masih berhasil menyelusup di antara pahanya, bahkan berulangkali menekan telunjuknya pada kemaluan yang tertutup rapat. Awalnya Aryanti terus berusaha menahan lengan Munaf, tapi entah kenapa jemari-jemari lentik itu tiba-tiba melepaskan genggamannya, dan mengambil botol chivas yang masih tersisa setengah. Dituangkannya air berwarna putih bening itu ke gelas yang tidak pernah lepas dari tangan kirinya. Tangan Munaf kini bisa sedikit lebih bebas menggasak selangkangan Aryanti yang tertutup lipatan paha dan usahanya mulai membuahkan hasil ketika Aryanti mulai melonggarkan lipatan pahanya tapi masih dengan posisi menyilang. Rupanya Aryanti merasa kasihan dengan usaha Munaf yang begitu gencar, tidak ada salahnya jika dirinya sedikit berbaik hati membiarkan teman sekantor suaminya itu untuk sedikit mengenali bagian intimnya. Namun tetap saja remasan itu tidak membuat puas Munaf karena masih terhalang oleh lagging yang sangat ketat.  Bibir Aryanti sesekali tertawa ketika merasakan Munaf berhasil mendorong celana dalamnya masuk kesela-sela belahan vagina. Dan itu jelas membuat perempuan itu menggelinjang. Sementara Pak Prabu tampaknya lebih beruntung, karena lengan kanannya dapat dengan bebas menyelusup kebalik kaos Andini, mengelus, meremas dan sesekali memelintir payudara mungil yang masih terbilang ranum itu. Andini dan Pak Prabu sebenarnya lebih terlihat seperti anak dengan bapak, karena pertautan umur mereka yang sangat jauh. Arga tersenyum ketika teringat Aditya, suami Andini yang mungkin saja saat ini masih pingsan. Sesekali tangan kiri Andini mengarahkan gelas yang dipegangnya ke bibir Pak Prabu, diselingi kecupan bibir Andini yang membersihkan martini yang menetes di samping bibir Pak Prabu. Namun Andini tidak membiarkan bibir Pak Prabu berlabuh ke bibirnya, meski sesekali dirinya tidak dapat mengelak ketika Pak Prabu menyosor dan memagut bibirnya dengan cepat. Permainan kartu itu terasa sangat lambat, karena masing-masing pemain sibuk dengan pialanya. Bahkan sesekali pak Prabu memaksa Andini untuk membuka kaosnya, Aksi itu hanya membuahkan jeritan protes diiringi seringai tawa dari bibir mungilnya, dengan tangan kanannya Andini berusaha menahan kaosnya. Rupanya Andini hanya mengizinkan tangan Pak Prabu menggerayangi payudaranya, tetapi tidak untuk diekspos, karena dirinya masih terlalu malu untuk itu. Aksi pak Prabu itu membuat Aryanti tergelak tertawa dan melupakan aksi tangan Munaf yang terus berusaha menyusup di belahan selangkangannya. Ketika merasakan tangan Munaf yang dingin mencoba menyusup ke balik kaos, dan merabai pusarnya, dengan cepat Aryanti menarik tangan itu sambil tertawa.
“Hahahahaa,,, kalo mau netek, sama Andini aja tuh,,” kelakar Aryanti disambut Andini dengan memeletkan lidahnya lalu ikut tertawa.Tapi anehnya, Aryanti justru kembali meletakkan tangan Munaf yang nakal ke selangkangannya yang masih saling terjepit menyilang. Seakan memberi tanda bahwa izin bagi jemari Munaf hanyalah pada bagian luarnya.
“YEEEAAHHH,,,,,” tiba-tiba Dako berteriak keras dan menghempaskan kartu yang dipegangnya kemeja. Gelasnya yang terisi penuh ditelannya dalam satu tegukan.
Penderitaan Dako memang cukup panjang, hanya dapat membagikan kartu sambil menyaksikan pak Prabu dan Munaf mencumbu pialanya. Kini dirinya memiliki wewenang penuh untuk memilih Piala yang akan duduk di pangkuannya. Sementara kartu Munaf yang lebih unggul dari milik Pak Prabu harus menerima wanita yang tidak dipilih oleh Dako. Sesaat Dako menatap tubuh indah Andini yang kaosnya sedikit terangkat di depan payudara, memperlihatkan perut ramping yang mulus, dan kemudian beralih kepada Aryanti yang selangkangannya masih menjepit jemari Munaf.
“Aryantiii,,,” teriak Dako sambil menepuk paha kanannya sebagai isyarat bahwa Aryanti lah yang harus duduk di pangkuannya.
Sekilas Arga melihat Munaf membisikkan sesuatu ke telinga Aryanti yang masih dipangkunya. Kemudian Aryanti berdiri menghadap Munaf yang menunggu aksi apa yang akan dilakukan Aryanti kepada dirinya.
“Hahahaha,, Jadi kau ingin sedikit hadiah sebelum aku meninggalkan pangkuan mu?,,lalu apa yang kau mau?” ucap Aryanti yang terlihat pongah berkecak pinggang, namun bibir mungilnya tersenyum genit.
“Terserah kau,,, tapi ku harap itu sesuatu yang luar biasa,,,,”
Sesaat tubuh semapai Aryanti mematung dihadapan Munaf, telunjuknya memegang dagu seolang sedang berfikir.
“Okkk,,, ini pasti cukup untuk mu,” seru Aryanti, matanya mengerling nakal kearah Dako dan pak Prabu, seolah ingin mengatakan bahwa hadiah yang akan diberikannya memang hanya untuk Munaf.
“Owwwhhhh shit,,, apa yang kau lakukan Sayang,” jerit hati Arga ketika tiba-tiba Aryanti memasukkan kepala munaf ke dalam baju kaosnya sambil tertawa terpingkal disambut tepuk tangan yang lainnya.
Dengan cepat kepala Munaf bergerak liar, menyerang payudara yang selama ini hanya pernah dinikmati oleh Arga. Aryanti tampak berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya ketika kepala Munaf melakukan berbagai gerakan kekiri dan kekanan, sesekali bibir mungilnya mendesis menahan erangan, entah apa yang dilakukan Munaf di dalam sana. Kedua tangan manager SDM itu memeluk erat belahan pantat Aryanti untuk menahan badan Aryanti yang menggelinjang geli akibat aksinya. Arga benar-benar penasaran apa yang dilakukan pria itu di balik kaos istrinya, apakah bibirnya berusaha menghisap putting istrinya yang masih terbalut bra, tentu bukan pekerjaan yang mudah karena istrinya biasa menggunakan bra yang kencang untuk menopang payudaranya yang cukup besar.
“Yup berhasiiiiil,” teriak Munaf saat kepalanya menyembul keluar dari kaos istri Arga, sambil mengepal kedua tangannya keatas tanda kemenangan, disambut sorak mereka yang ada disitu. Aryanti hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Sekarang bra mu sudah terlepas lalu untuk apalagi kain merah itu terselip dibalik kaosmu,” seru Munaf.
Arga terkejut, artinya kini payudara istrinya tidak lagi terlindungi oleh bra. Artinya tadi Munaf bergulat dengan kancing bra milik Aryanti yang berkait di depan. Namun Arga masih merasa beruntung karena Aryanti menjitak kepala Munaf, meski sambil tertawa tetap saja itu adalah tanda penolakannya.
“Lepas,Lepas,lepas,,,” yel-yel yang diteriakkan oleh Dako serentak diikuti oleh Pak Prabu dan Munaf, bahkan oleh Andini.

Arga sangat berharap Aryanti tetap pada keputusan awalnya. Meski dirinya tidak yakin, karena tantangan yang dilontarkan Munaf mendapat dukungan dari semua pemain.
“Oke, oke,,, kalian memang selalu berhasil memaksaku,,,”
“DUERRRR,,,” lagi-lagi tubuh Arga bagai terhantam palu godam yang sangat besar.
Apakah itu artinya istrinya akan melepaskan kaos untuk melepas bra. Dibalik persembunyiannya Arga sudah merasa tidak sanggup untuk menyaksikan usaha teman-temannya menelanjangi pakaian istrinya. Perjanjian yang mengikat mereka membuatnya tidak dapat melakukan apa-apa. Tapi rupanya Aryanti masih memegang kepercayaan sebagai seorang istri Arga, tanpa melepas kaosnya tangan Aryanti menyusup masuk untuk melepas branya. Melalui pangkal lengannya Aryanti melepas satu persatu tali bra yang tersampir dipundak.
“Ini kan yang kalian mau?” teriak Aryanti sambil mengangkat bra merah dengan renda warna pink. Jelas saja aksi itu membuat kecewa Dako, Pak Prabu, dan tentunya Munaf sendiri. Karena mereka ingin melepas serta kaosnya untuk membuang bra tersebut.
Tapi, kini mereka dapat lebih jelas melihat puting payudara dari istri Arga yang tercetak pada kaos tipis itu. Bahkan dari sela-sela kaos yang kebesaran itu terlihat dengan jelas bagaimana kedua bukit putih itu tampak bergoyang mengikuti hentakan tubuh Aryanti yang tertawa puas karena dapat memenuhi keinginan teman-teman suaminya.
“Andini, untuk babak berikutnya ini apakah kau akan tetap seperti itu, tidak adakah sedikit bonus untuk kami, seperti yang dilakukan Aryanti?” tantang Dako.
Arga kembali bergairah untuk kembali menyaksikan pertunjukan, tubuh ranum Andini memang menggoda setiap lelaki. Jika Andini turut melepas branya, dengan kaos warna kuning yang ngepres dibadannya itu jelas akan mencetak keseluruhan bentuk payudaranya. Meski telah menikmati bagimana ranumnya payudara mungil Andini, tetap saja rasa penasaran bercokol diotak mesum, membayangkan aerola merah muda yang mengelilingi puting mungil milik remaja itu terpapar bebas di depan publik. Apa yang dilakukan Andini rupanya melebihi dari apa yang diharapkan oleh Dako, Pak Prabu dan Munaf. Dengan perlahan, Andini memasukkan tangannya ke bagian rok samping, gerakan slow motion yang sengaja dilakukan Andini membuat jantung para pria berdegub kencang, apakah Andini akan lebih berani mengekspos miliknya.
“Owhhh,,, shit,,,” Arga tidak dapat menutupi kekagumannya atas kenakalan gadis itu, jari-jari lentik Andini menarik turun celana dalam berwarna putih yang dibagian tengahnya sudah tampak basah.
Andini mengangkat CD nya tepat di wajah Pak Prabu yang dengan sigap membaui aroma yang tersaji, lalu menarik kain itu dengan giginya, membuat semua yang ada di ruangan tertawa. Gadis itu merapikan limpitan roknya yang lebar untuk memastikan tidak ada seorang pun yang dapat mengintip ke selangkangan yang tak lagi memiliki pelindungan. Lalu beranjak hendak meninggalkan pangkuan Pak Prabu.
“Heeyyy tunggu,, itu adalah hadiah kecil yang kau berikan untuk semua, apakah tidak ada yang lebih spesial untukku,” seru Pak Prabu, menahan lengan dari istri keponakannya itu.
Andini tertawa sendiri memikirkan hadiah apalagi yang akan diberikan khusus untuk Pak Prabu. Lalu sambil menutup wajah dengan tangan kanan, tangan kirinya mengangkat bagian depan rok.

“Wwwhhhoooo,,, mantaaaap,, bener-bener hadiah yang spesial, hahahaa,,” Teriak Dako bertepuk tangan, sambil berusaha ikut mengintip,namun terhalang tepian rok.
Andini yang nekat mengambil keputusan gila itu hanya dapat menutup wajahnya dengan telapak tangan sambil terus tertawa, semua hanya gara-gara gairah mudanya yang tertantang oleh aksi berani yang dilakukan Aryanti. Sebuah persaingan terselubung antara betina dewasa dan remaja. Ketika Pak Prabu berusaha menundukkan kepala untuk mengecup vagina mungil yang dapat dinikmati oleh matanya, tiba Dako berteriak.
“Ok,,, saatnya pertukaran,” teriak Dako yang sudah tidak sabar mendapatkan pialanya.
“Berikanlah aku salam perpisahan, sayaang,” rengek Pak Prabu yang merasa berat melepas tubuh Andini.
Melihat Andini hanya tertawa, Pak Prabu segera melabuhkan lidahnya kebibir vagina yang masih tertutup rapat namun dihiasi precume yang merembes keluar, hingga membuat Andini menjerit, tak menduga.
“Owghh,, cukup pak, sudaaaahh,,aaahh, Sudaaahhh,,” Andini berusaha mendorong kepala Pak Prabu menjauh, posisi Pak Prabu yang duduk dikursi membuat lidahnya cukup sulit untuk menjelajah celahnya. Namun lelaki paruh baya itu terus saja bereksplorasi.
Dengan badan masih menunduk, Pak Prabu berusaha menatap Andini mencoba meminta sedikit kemudahan bagi lidahnya yang haus, dengan wajah super memelas. Proposal yang diajukan Pak Prabu melalui lirikan mata itu tampaknya berhasil, karena Andini berusaha mengangkat kakinya ke sisi kursi Pak Prabu.
“Aaahh,,, cukuuupp,, jangan terlalu daaaalaaaamm,,,” jerit Andini saat lidah Pak Prabu dengan cepat menyelusup kecelah vagina yang semakin basah. Namun Pak Prabu seolah tak peduli.
Sesekali Andini menjerit kecil ketika bibir vaginanya yang mulus tertusuk oleh kumis Pak Prabu, tapi tusukan itu bagaikan sengatan birahi bagi Andini untuk semakin menyodorkan vaginanya ke lidah milik paman dari suaminya itu. Setelah beberapa saat wajah Pak Prabu terangkat sambil tersenyum lebar, bibirnya dan kumisnya berlepotan selai putih, puas mencecapi vagina ranum, membiarkan Andini yang terombang-ambing birahi. Ingin sekali Andini menahan kepala Pak Prabu untuk melanjutkan cumbuan hingga menuju puncak, namun rasa malu sebagai wanita baik-baik berhasil menahan. Munaf yang saat itu menonton aksi Pak Prabu sambil memeluk pinggul Aryanti dibuat iri dengan salam perpisahan yang diberikan Andini kepada atasannya.
“Andini sudah memberikan salam perpisahannya, apakah aku juga akan mendapatkannya darimu cantik,” rayu Munaf sambil mengadopsi wajah melas Pak Prabu yang telah sukses mencecapi payudara Andini.

“Bukankah kalo kau menang nanti aku akan kembali berada di pangkuanmu,” jawab Aryanti yang kembali berbalik menghadap Munaf, sementara Munaf semakin mengokohkan pelukannya di pinggul Aryanti.
“Please,,,Ayolah Yant,,,”
Belum sempat Munaf menyelesaikan kata-katanya Aryanti sudah kembali memasukkan kepala Munaf kedalam kaosnya. Bagai orang kesurupan, Munaf langsung menyedot dengan keras puting Aryanti yang tidak lagi terhalang oleh bra, seakan takut payudara itu akan menghilang.
“Aaaaahhh,,, ooowwhhhhssssss,,,”
Aryanti merintih, dirinya memang menginginkan seseorang melakukan sesuatu kepada putingnya yang mulai mengeras. Beberapa kali Aryanti mengelinjang, terkadang kepalanya terangkat ke atas ketika Munaf mengigit putingnya. Desahannya sambung menyambung, setelah salah satu tangan Munaf ikut masuk ke dalam kaosnya.
“Aassshhh,,, Muunnaaaf,,,” teriak Aryanti sambil mengarahkan kepala Munaf ke daerah yang ingin dijamah oleh lidah pria itu,”
“Yaaa,, iyaaaa,,, pelaaan,,,”
“Owwwhhhss,,,”
Aryanti yang asyik menikmati permainan bibir Munaf pada daerah payudara yang diinginkannya terpekik ketika kepala yang ada dalam kaosnya kembali menggigit sedikit lebih keras.
“Ok,,,cukup bro,,, Kita harus melanjutkan permainan,” seru Dako yang rasa iri yang memuncak, berkali-kali Dako meremas penisnya yang terasa sakit karena tidak dapat bebas menghirup udara.
“Ayolah kawaaaannn,,,” seru nya kembali ketika melihat tidak ada tanda-tanda kedua rekannya ingin mengakhiri percumbuan.
Setelah cukup lama, akhirnya Munaf menampakkan batang hidungnya, rambutnya tampak kusai berantakan, sementara Aryanti berusaha mengatur nafasnya. Dengan langkah terhuyung Aryanti melangkah ke pangkuan Dako. Andini yang juga harus beralih kepangkuan Munaf memilih berjalan di depan tempat Dako duduk dengan kaki yang masih gemetaran menahan birahi. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Dako untuk menyelusupkan tangan nakalnya ke balik rok Andini, lalu mencoleh pintu vagina yang begitu basah.
“Aaawww,,” jerit Andini berusaha menarik tangan Dako keluar, yang dijawab dengan pekikan tawa. Aryanti pun tidak tinggal diam dirinya turut meremas dengan gemes pantat Andini. Suara tawa bersahutan menggema di ruangan yang memang terpisah dengan kamar-kamar.
Dako sempat tergiur dengan kemolekan tubuh Andini yang telah terbuka disana-sini, tapi melihat kecantikan Aryanti dan misteri dibalik pakaiannya kembali meneguhkan pilihannya. Kapan lagi dirinya dapat menikmati tubuh Aryanti dan payudaranya yang selama ini membuatnya penasaran.Dako membuka pahanya lebar-lebar mempersilahkan Aryanti untuk duduk di salah satu pahanya. Berbeda dengan posisi ketika dirinya duduk di pangkuan Munaf yang membelakangi, kini dengan duduk di paha kanan Dako Aryanti dapat lebih leluasa apakah harus menghadap Dako ataukah ke arah teman-temannya yang lain. Tapi sial bagi Arga, posisi duduk Dako justru membelakangi tempat persembunyianya. Ada rasa cemas dihati Arga dengan apa yang akan terjadi pada istrinya, karena matanya tidak dapat mengawasi aktifitas tangan Dako dengan jelas. Baru saja Aryanti menghenyakkan pantatnya yang padat montok pada paha yang disediakan, tangan Dako langsung bergerilya menyusup ke balik kaosnya. Lagi-lagi Aryanti hanya tertawa, melalui kerah lehernya yang lebar mata indah Aryanti mengintip payudaranya yang dimainkan oleh Dako, sesekali tawanya menggelegar mendominasi suara diruangan saat Dako membisikkan sesuatu ke telinganya. Sementara Andini belum sempat duduk di paha Munaf, lagi-lagi harus merelakan payudaranya diremas oleh Munaf yang memaksa Andini mengakat kaos nya lebih tinggi, lelaki itu tidak peduli dengan penolakan Andini, Yang ada dibenaknya saat ini adalah menikmati sepuas-puasnya payudara yang kini menjadi piala miliknya.

hilda - toge jilbab (3)
“Sebelum kita memulai babak ini sepertinya ada peraturan yang harus ditambahkan, karena dari tadi saya melihat tangan kanan piala-piala kita ini lebih banyak menganggur, bagaimana jika kalian memainkan ‘perseneling’ kami, agar kami dapat menanjak dengan cepat,”
“Setujuuuu,” teriak Munaf sementara Pak Prabu hanya mengumpat, kenapa peraturan itu tidak ditetapkan dari tadi, saat dirinya masih memangku Andini. Tapi Aryanti dan Andini yang terlihat mulai mabuk justru tertawa. Keduanya sesaat saling melemparkan senyum penuh persaingan.
Meskipun istrinya dalam keadaan mabuk, Arga berharap rasa malu yang tersisa dalam diri Aryanti dapat mengajukan penolakan.
“Ok, Siapa takut,” teriak Aryanti sambil mengangkat gelasnya tinggi-tinggi. Yang disambut tawa Andini yang telah duduk manis dipangkuan Munaf.
Persetujuan Aryanti bagaikan kilatan petir yang menyambar kepala Arga, bagaimana mungkin istrinya yang selama ini selalu menjaga sopan santun, kini secara terbuka akan menggenggam penis lelaki lain di depan banyak orang. Tubuh Arga merinding, sampai mana kegilaan ini akan berakhir, berhasilkah Dako menjejalkan penisnya kedalam tubuh indah istrinya. “Aaakhhh,,,” Arga menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba membuang pikiran akan kemungkinan terburuk yang dapat terjadi.
“Kyaaaaa,,,,”
Arga terjaga saat mendengar teriakan Aryanti, wajah cantik istrinya menunjukkan raut keterpesonaan akan sesuatu yang kini ada dalam genggamannya.
“Bagaimana mungkin milikmu bisa seperti ini,” pertanyaan Aryanti yang penuh rasa kagum mengalir ringan dari bibir mungilnya.
Aryanti yang akhir-akhir ini mulai mengenal beberapa bentuk penis selain milik suaminya, dibuat kaget oleh pusaka kebanggan Dako, dengan bentuk yang melengkung ke atas. Kepala batangnya memang standar tapi semakin membesar menuju ke pangkal.
“Lalu,, kau ingin aku melakukan apa dengan milikmu ini,” birahi Aryanti bergemuruh, dirinya tidak dapat menghindari pikiran mesum, membayangkan jika batang bengkok itu menyerang kemaluannya dinding vagina bagian mana sajakah yang harus menerima hantaman-hantaman keras milik Dako.
“Arggghhh,,,” pekik Aryanti pelan ketika pikiran-pikiran mesum semakin meracuni otaknya.
“Hey,hey,, Aryanti, kurasa kita dapat melakukannya dengan pelan-pelan,” bisik Dako ketika penisnya diremas dengan keras oleh jemari Aryanti.
“Letakkanlah gelasmu, sehingga kau dapat membantuku untuk memegang kartu-kartu yang merepotkan ini,” pinta Dako setelah menerima kartu yang dibagikan Pak Prabu.

“Owh,,, tentu sayang,” balasnya sambil mengambil kartu-kartu diatas meja yang baru dibagikan Pak Prabu.
“Hei, lihatlah kartu-kartu mu, aku tidak yakin untuk babak selanjutnya aku dapat terus memegang batangmu ini,” ucap Aryanti dengan kening berkerut, ada rasa enggan dihatinya bila harus melepas penis teman suaminya itu.
“Yaaa,,, itu artinya kau harus membantuku untuk memecah konsentrasi pak Prabu, agar aku tetap bisa meremas dua payudaramu ini,” jawab Dako yang kini sibuk mengenali dua gunung kembar yang ada di telapak tangannya.
Berbeda dengan Munaf, yang mendapatkan kartu cukup baik, sepertinya lelaki tidak perlu takut akan kemungkinan kemenangan Pak Prabu yang tertawa puas mengamati kartunya, karena kalaupun menang atau menjadi yang kedua, Munaf pasti akan tetap mendapatkan Andini yang terlihat kewalahan meladeni isapan lidah Munaf pada payudaranya, sedangkan tangan kanannya terus mengocoki penis Munaf yang sudah sangat keras. Artinya dia hanya perlu mengalahkan Pak Prabu.
Aryanti kembali tertawa, “Boleh juga usulmu, aku akan menolongmu, tapi aku tidak yakin ini bisa berhasil,”
Dengan gerakan pelan Aryanti menggeliat bagai cacing, meregangkan otot tubuhnya, dua tangannya yang terangkat ke atas memberikan pemandangan yang eksotis bagi Pak Prabu. Melalui celah lebar di ketiak kaos, lelaki yang telah memasuki usia 50an itu dapat melihat dengan jelas bagaimana ganasnya jemari Dako meremas dan memilin putting Aryanti.
“aaahhhh,,, jangan disitu Dakooo,,,” Aryanti menggelinjang manja ketika Dako menggelitik kupingnya dengan lidah. Tapi Dako justru memeluknya semakin erat.
“Siaaaal,,,, kenapa bagian itu harus terjamah olehnya,” pekik Arga dengan kesal, telinga adalah bagian paling sensitive bagi Aryanti, Arga berani bertaruh jika selangkangan istrinya pasti akan semakin membanjir.
“Bila Munaf telah meminta salam perpisahan, apakah kau tidak ingin memberikan salam sambutan kepada tubuhku ini, Dako?”
“Kurasa aku bisa membantumu memainkan kartu-kartu ini selama kau beraksi didalam kaosku?,” tawar Aryanti yang mulai gerah dengan suasana. Tidak perlu pertimbangan bagi Dako untuk segera menenggelamkan kepalanya kedalam kaos Aryanti.
“Ooowwgghhh,,,hahahhahahassss,, oopppsss,, pelaaann…uugghhhsss,”
Aryanti tidak dapat menahan serangan Dako, ketika kulit payudaranya yang kedinginan merasakan panasnya lidah Dako. Membelit, menghisap, menggigit. Penis Dako yang ada dalam genggamanyan semakin mengeras, kepala penis unik yang mencuat keatas itu mulai mengeluarkan lendirnya. Namun sayangnya penis itu sekali-sekali harus dilepasnya untuk mengambil kartu tambahan yang terus dibagikan Pak prabu sekaligus membuang kartu yang tidak dibutuhkannya. Arga seakan tidak percaya, bila wanita yang tengah mengerang dan terus bergerak erotis menggoda Pak Prabu itu adalah istrinya, seorang wanita yang selama ini dikenalnya sangat setia dan selalu menjaga sopan santun
“Aaahhh,,, apa yang kau lakukan,” jerit Aryanti saat merasakan jemari Dako berhasil menerobos leggins nya.
“Aaahhh,,, cepat tarik tangan mu daaari sana Daaakkkkooo,” tangan kanan Aryanti terpaksa melepas penis Dako untuk menahan tangan lelaki itu.
Tapi telunjuk Dako terlanjur menyentuh pintu vagina yang masih terlindung kain tipis, membuat kaki Aryanti terhentak menahan kilatan birahi, wanita itu bingung apa yang harus dilakukan.

“Aku tidak pernah menduga jika milikmu sesempurna ini, beruntung sekali Arga bisa melesakkan penisnya kapanpun dia mau ke vagina gemuk mu,,” bisik Dako.
Mendengar kata-kata Dako, Aryanti bukannya menarik tangan Dako keluar tetapi justru menekan semakin ke dalam. Bahkan ada rasa sesal di hati Aryanti yang telah dipenuhi oleh nafsu, kenapa tadi dirinya tidak mengenakan rok pendek seperti Andini, dengan celana leggins yang dikenakannya saat ini jemari Dako begitu sulit untuk beraksi di dalam sana.
“Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan milikku sempurna, sedangkan kau tidak pernah melihatnya,” sela Aryanti sambil berusaha melebarkan pahanya, seakan memberikan izin jemari Dako untuk terus beraksi.
“Aku bisa merasakan, celana dalam mu ini menyembunyikan sebuah lorong yang indah dan mempesona, yaaahh,,, setidaknya sempurna untuk batang yang tengah kau remas ini,” ucap Dako sambil sesekali merasakan rambut yang tumbuh lebat di sekitarnya.
“Tapi jika kau mengizinkan aku untuk melihat langsung bagaimana bentuk yang sebenarnya, pastinya aku tidak akan menolak,”
“Hahaha,,, dasar gombaaal, memang lelaki kalau sudah ada maunya bisa mengatakan apa saja,” gelak tawa Aryanti mengagetkan Andini yang tengah menikmati jemari Munaf yang berhasil mengobok-obok vaginanya.
Rok longgar selutut yang dikenakan Andini rupanya cukup membantu menyembunyikan jemari Munaf, beraksi dengan bebas divagina mungil Andini yang tidak lagi memiliki pelindung. Membuat gadis itu merintih tertahan, menikmati jari tengah Munaf yang bergerak keluar masuk, menjelajah dan mengorek precume nya keluar.
“Lalu, kenapa kau tidak meminta padaku agar jari-jarimu bisa lebih mengenali milik sahabat mu ini, kurasa tidak ada bedanya ketika kau meremasnya di luar ataupun di dalam kain segitiga ini,” bisik Aryanti sambil menarik tangan Dako keluar, tapi kemudian justru menarik karet leggins dan celana dalamnya ke depan.
“Hahahahaaa,, ternyata benar apa yang sering dikatakan Arga, kau memang baik hati dan dermawan,” tawa Dako, yang sontak membuat Arga bingung, apa yang tengah terjadi di antara mereka.
“Huusss,, diamlah, kalau kau tak mau, aku akan menutupnya,” Aryanti merasa tidak nyaman saat nama suaminya disebut.
Dengan cepat Dako menahan tangan Aryanti, mencoba mengintip, namun begitu gelap, hanya rambut-rambut yang begitu tebal yang tampak. Dengan sangat bernafsu Dako segera melesakkan tangannya.
“Owwghhh,,,pelaaaan Dako,,,” jerit Aryanti dengan keras ketika dua jemari Dako langsung menciduk ke bagian dalam vaginanya yang memang sudah sangat basah.
“Hei,,, adakah dari kalian yang ingin menikmati ice cream ini,” teriak Dako sambil mengacungkan tangannya yang sudah penuh oleh cairan milik Aryanti.
Tentu saja Aryanti sangat malu, lalu memukul-mukulkan bantal kecil ke kepala Dako. “Kalau kau terus membuatku malu, maka aku akan menutup milikku ini selamanya,” ancam Aryanti.

Dako hanya tertawa, ancaman Aryanti dianggapnya pepesan kosong, karena Dako sangat yakin bila istri Arga itu telah tunduk sepenuhnya pada dirinya. Dengan pasti Dako kembali memasukkan tangannya.
“Aaahhh,,,” Andini yang tidak dapat menahan rangsangan dari jemari Munaf kembali merintih. Kocokannya pada penis Munaf bertambah cepat, membuat suasana semakin panas, berkali-kali Pak Prabu melirik Andini dan Aryanti dengan pandangan iri.
“Yeaaahhhh,,,,” sepertinya salah satu diantara kalian harus kembali ke pangkuanku, teriak Pak Prabu ketika berhasil mendapatkan kartu yang lebih bagus.
Namun permainan masih beberapa putaran lagi, Pak Prabu cukup kewalahan menahan birahinya yang tidak tersalurkan.  Teriakan Pak Prabu menyadarkan Dako dan Munaf yang asik mencumbu tubuh panas di pangkuan mereka. The game must go on.
“Hey,,, rasanya tidak adil bila kita tidak berbagi dengan Pak Prabu, bukan begitu Aryanti?”
Aryanti menjadi bingung, apalagi yang akan dilakukan Dako pada dirinya.
Tiba-tiba Dako menyuruh Aryanti berdiri merubah posisi dengan mengangkangi kedua pahanya, membuat penisnya menyundul tepat di bawah vaginanya.
“Krraaaaakkk,” Aryanti terkaget, dengan kasar tangan Dako merobek leggins nya tepat di tengah selangkangannya, dan dengan cepat Aryanti menutupi celana dalam berwarna putih yang telah basah dari tatapan mata Pak Prabu.
“Dakoooooo,,,,,” Aryanti berteriak keras, untuk kesekian kali pria itu membuatnya malu. Namun disambut decak kagum dan gelak tawa Pak Prabu dan Munaf.
“Ayolah,,, bukankah kau ingin membantuku untuk mengalahkan Prabu,” bisik Dako sambil menarik kedua tangan Aryanti yang menutupi selangkangannya.
Sambil membuang muka kesamping Aryanti menarik tangannya, dan terpampanglah celana dalam yang sudah sangat basah, sehingga mencetak sebuah garis yang melintang tepat di selangkangannya. Beberapa rambut kemaluannya mengintip keluar.  Dada Aryanti semakin bergemuruh, saat menyaksikan nafas Munaf dan Pak Prabu mendengus penuh nafsu memandang selangkangannya yang terbuka bebas.
“Tatapan mereka seperti ingin melumat vaginakuuu,,, Uuuhhhh,,, permainan ini benar-benar membuatku gila” dengus hati Aryanti yang terbakar birahi.
Ingin sekali Aryanti membuka kain terakhir yang tersisa untuk memberikan hiburan kepada teman-teman suaminya itu, namun rasa malu masih merajai hatinya. Dengan sedikit gerakan Dako berhasil membuat penisnya menyembul, tepat didepan kain penutup vagina Aryanti yang telah basah, seandainya tidak ada kain tipis berwarna putih itu, pastinya kedua kulit mereka akan bertemu. Dengan sedikit malu Aryanti kembali meremas penis unik yang menggeliat manja didepan vaginanya.

“Ooohhh yeeaaahhh,,,” Sako memegang pinggul Aryanti dengan kuat,
Aryanti tidak hanya mengocok penisnya, namun berulangkali menggesekkan batang itu kevaginanya yang terbalut kain tipis. Kartu yang dipegangnya tergeletak di meja ketika tangannya terayun ke belakang untuk menjambak rambut Dako, lenguhan semakin sering terdengar saat tangannya terlalu keras menekan batang Dako ke vaginanya. Aryanti tidak berani bertaruh apakah dirinya mampu bertahan dengan godaan ini, apalagi setelah Pak Prabu juga mengeluarkan penisnya yang besar diselimuti kulit yang kecoklatan, dipenuhi dengan rambut-rambut yang mengelilingi tongkat kebanggaannya. Persis seperti miliknya yang sangat rimbun. Aryanti bergidik, menatap batang kekar yang cukup besar, mungkin seukuran milik Arga hanya saja milik Pak Prabu belum disunat. Tapi saat ini dirinya hanya dapat menyaksikan bagaimana tangan Pak Prabu yang penuh bulu mengocok penisnya dengan cepat.
“Aku ingin batang itu lagi,,,” lirih Aryanti.
“Apaa?,,, kau ingin batang Pak Prabu lagi? Apa sebelumnya kau sudah pernah mencoba?,,” tanya Dako yang bingung.
“Ohh tidaak,, kau salah dengar,,”
Jawab Aryanti cepat, tidak berani berangan lebih jauh, saat ini saja dirinya sudah sangat malu, apalagi bila harus meminta Pak Prabu menghujamkan penis hitam itu ke kemaluannya.
“Aaahhhhh,,,,eehhhhmmm,,” terdengar teriakan tertahan dari mulut Andini, mengagetkan khayalan dan birahi Aryanti.
Tanpa sepengetahuan Aryanti, Dako dan Pak Prabu, Rupanya Andini yang sudah tidak mampu menahan birahi akhirnya menyerah, dan mengijinkan Munaf untuk menghujamkan penis ke liang kemaluannya. Lagi-lagi rok mini itu berhasil menyembunyikan bagaimana beringasnya penis Munaf menjelajah masuk ke kemaluan mungil gadis muda itu. Meski Dako, Munaf dan Aryanti sangat tau dengan apa yang tengah dialami Andini, namun tetap saja wanita muda itu terlihat malu-malu untuk menunjukkan ekspresi kenikmatan yang tengah melanda tubuhnya. Tidak ada gerakan dari pantat itu, namun membiarkan batang penis milik teman suaminya itu menghujam keras di belahan vagina.
“Ooowwwhhh,, itu pasti sangat nikmat,” gumam Arga saat teringat bagaimana batangnya berhasil menyelinap masuk ke dalam kemalaun Andini, dan berhasil memenuhi rahimnya dengan sperma.
Munaf menyelipkan empat lembar kartu yang dipegangnya pada rok Andini, membuat gadis itu terlihat semakin nakal. Kini tangan yang telah bebas itu mulai memegang pinggul Andini dan mengayun pelan, mengomando Andini untuk bergerak ke depan dan ke belakang dengan malu-malu. Semua pandangan tertuju kearah Rok Andini yang mulai berkibar mengiringi goyangan yang kini semakin cepat. Dengan matanya Pak Prabu mencoba memberi isyarat kepada Munaf untuk menyingsingkan kain yang sangat mengganggu pandangannya. Andini yang rupanya sempat membaca isyarat itu segera memegang roknya dengan kuat. Dirinya terlalu malu bila vaginanya yang merah merona tengah melumat penis yang bukan milik suaminyam, menjadi tontonan.
“Apakah kau tidak ingin sedikit berbagi dengan Pak Prabu, lihatlah wajahnya yang memelas untuk sebuah pemandangan indah dari tubuhmu,” rayu Munaf.
Namun Andini tetap kekeuh memegang erat kain roknya dengan tubuh yang terus bergoyang ke depan dan belakang yang diarahkan oleh lengan Munaf pada pinggulnya.

Posisi ini memang cukup sulit jika si wanita tidak berperan aktif menggoyang tubuhnya, tak perlu waktu lama tubuh Munaf telah bermandi keringat. Tapi dirinya tidak memiliki pilihan lain selain posisi ini. Tapi tetap saja, perubahan wajah Andini yang terkedang mendesah, meringis, bahkan sesekali menjerit memberi tanda kuatnya serangan Munaf di sela-sela pantatnya.
“Bila aku menjadi Andini tentunya akupun akan malu jika tubuhku yang tengah disetubuhi oleh orang lain menjadi tontonan,” ucap Aryanti sambil terus meremas batang Dako digenggamannya.
“Lalu kenapa tidak kau ambil selimutmu itu, dan biarkan aku bermain di kemaluanmu tanpa diketahui orang lain,” balas Dako cepat ketika melihat peluang.
“Hahahahaa,,,Tapi bukan itu yang kumaksud, tunggulah Munaf menyelesaikan aksinya, mungkin Andini akan sedikit berbelas kasihan pada dirimu,” jawab Aryanti sambil tertawa.
“Mba Aryantiii,, ga booleeeh cuurang yaaa,,” seru Andini yang terengah-engah meladeni serangan penis Munaf, tubuh indah itu tidak lagi bergerak maju mundur, tapi sudah mulai menghentak, dan terus semakin keras hingga membuat vaginanya yang belumur oli putih, mencengkram erat penis Munaf.
Rok mini itu tak mampu lagi melindungi tubuh pemiliknya setelah kedua tangannya berpindah ke pegangan kursi.
“Mbaaa Aryantiii,,, tolongin akuu mbaa,,” desahan Andini semakin menjadi, entah apa maksud teriakan permintaan tolongnya, karena sangat jelas jika wanita muda itu tengah menikmati permainan Munaf.
Permainan kartu itu sepertinya telah berhenti total, karena kini Pak Prabu pun sibuk memainkan penisnya sendiri. Tanpa diduga Aryanti berdiri dari pangkuan Dako, dengan cepat mengambil selimut tebal yang sangat lebar sehingga dapat menyembunyikan tubuh semampainya.
“Siaaaalll,,, itukan selimut kesayanganku, ngapain Aryanti membawa kesitu,” umpat Arga saat melihat selimut dengan gambar Hello kitty. (Weeww,,, )
Dengan cepat Aryanti membalutkan kain tersebut ke tubuhnya dan kembali ke pangkuan Dako, dengan sangat mesra Dako mempersilahkan Aryanti untuk duduk di atas pangkuannya, dan kembali ke posisi semula, memangku dan dipangku.
“Aku rasa aku dapat memberikan permainan yang lebih hebat dari mereka,” bisik Dako sambil menggigit telinga Aryanti.
“Oh yaaa,,, dengan kain ini kurasa kau dapat dengan bebas membuktikannya,” seru Aryanti sambil tertawa nyaring.
Hati Arga memanas, bagaimana mungkin istrinya bisa begitu mesra terhadap Dako sahabatnya. Kini dua tubuh yang berselimut kain itu tampak sibuk dengan aksi mereka. Kepala Dako menghilang ke dalam selimut, lidahnya menjangkau puting Aryanti, membuat wanita terpaksa sedikit memiringkan tubuhnya, menyambut keinginan Dako.

Dari sela-sela kursi yang tidak tertutup selimut Arga dapat melihat bagaimana lidah Dako bermain-main dengan sepasang payudara yang selama ini selalu dibanggakannya. Sementara tangan Aryanti memeluk kepala Dako dengan erat, memaksa kepala itu tidak pergi jauh dari kedua putingnya.
“Kyyaaaa,,,Dakooo”,,,
“Yeeeaaahhh,,,,”
Teriakan Aryanti disambut dengan pekik kemenangan Dako, lengan kanannya muncul dari balik selimut dengan membawa serta sepasang kain, dengan semangat Dako mengibarkan kedua kain itu ke atas sambil tertawa riang.
“Sudahlah,,, kau hanya membuatku malu,,,” teriak Aryanti berusaha merebut kain tersebut. Namun dako terlebih dahulu melempar kain itu ke arah Pak Prabu.
Arga semakin terkesiap, ketika kedua lengan Pak Prabu merentangkan kain yang tidak lain adalah leggins dan celana dalam Aryanti.
“Arga pernah bertanya kepadaku, milik siapa yang lebih nikmat, apakah milik Zuraida istriku, ataukah milikmu ini,” ucap Dako pelan sambil tersenyum, tangannya mengusap-usap bibir klentit Aryanti yang sudah sangat basah.
“Owwwhhh,, yaaa?,,,kurasaaaa,, sebelum Arga dapat membuktikannya, Emmmhhh,,, kau bisa lebih dulu untuk menilai milik siapa yang lebih nikmat,,,”
Dada Aryanti bergemuruh seiring tubuhnya yang mengangkat sedikit pinggulnya,, dengan kepala tertunduk kebawah seakan ingin memastikan sesuatu yang ada diantara tubuh mereka dapat melakukannya tugasnya dengan baik.
“Oooowwwhhhhssss,,,Ughh,,Yaaa,, sedikiiit lagiiii, yeaahhh,,,,” teriak Aryanti.
“Aaaaaakkkhhhhh,,, Dakooo,,,”seketika kepalanya terdongak keatas. Dako tersenyum puas, sesaat tubuh keduanya terdiam saling meresapi kenikmatan yang tengah terjadi.
“Aryantiiii,,,” gumam Arga lirih, saat mendengar bibir istrinya yang memproklamirkan kenikmatan dari batang yang berhasil masuk kedalam kemaluannya.
Arga merasa benar-benar kacau, disaat hatinya begitu sakit, penisnya justru mengeras dengan sempurna.
“Akhirnya kau berhasil menempatkan senjatamu dikemaluanku, kau telah mendapatkan tubuhku,” bisik Aryanti, kedua telapak tangannya mengelusi wajah Dako dengan penuh birahi.
“Bukankah kau memang menginginkan ini, sebuah petualangan yang panas,” balas Dako, tangannya tidak lagi memegangi selimut yang menutupi tubuh mereka, telah masuk ke balik kaos Aryanti, merabai punuk, punggung, pinggul hingga pantat Aryanti, meresapi dengan sepenuh hati keindahan dan kemulusan kulit pegawai bank swasta tersebut.
“Aku juga pernah mendengar dari Arga, vaginamu memiliki kemampuan yang jarang dimiliki oleh wanita lain, jika kau tidak keberatan aku ingin sedikit merasakannya,”
Kening Aryanti berkerut tidak mengerti. Pinggulnya mulai bergerak. “Bukan,, bukan itu yang kumaksud,” sergah Dako cepat, seraya menahan pinggul Aryanti.
“Lalu,,,” Aryanti semakin, bingung, namun dinding vaginanya berkedut setelah merasakan pergesekan dua kulit kemaluan, otot vaginanya berkontraksi. “Yaa,, terusss,,, Aaahhh,,, empotan ini yang membuatku penasaran selama iniii,,,”
“Hahahahahaaa,, berarti kau sudah lama ingin mencicipi tubuhkuuu,, sekarang nikmatilah sepuasssmuuu,,, eeeemmhhhh,,,” Aryanti tersenyum genit, tubuhnya tak bergerak, tapi otot vaginanya membetot erat batang Dako,, melonggar,, dan kembali mencengkram dengan kuat, membuat Dako mendesah nikmat. “Oooowwwhhhh,,, gilaaaa,,,”

Kini selimut itu hanya menutupi bagian bawah tubuh mereka. Sesekali kepala Aryanti menoleh ke arah Pak Prabu dan memainkan lidahnya dengan nakal, menggoda pria yang hanya bisa memegangi penisnya sendiri.
“Baiklah, aku menyerah, permainan usai, boleh aku bergabung dengan salah satu dari kalian,” Pak Prabu berdiri dan menggosok-gosok kedua telapak tangannya.
Penisnya yang hitam besar dengan congkak menantang ke depan. Namun harapannya pudar saat melihat Aryanti yang begitu erat menempel ketubuh Dako, kembali bergerak liar, mengacuhkan semua yang ada disitu, Dako sendiri tampak kewalahan dengan hentakan tubuh Aryanti yang bergerak cepat. Tak ada lagi rasa malu pada wanita itu. Yang ada hanya bagaimana cara untuk mendapatkan orgasme ternikmat yang bisa diberikan oleh penis selain milik suaminya. Kini harapan Pak Prabu hanya pada Andini, yang juga tak lagi mampu mengontrol birahinya, pinggulnya bergerak maju mundur, bermain-main dengan penis Munaf yang sesekali membuatnya berteriak nikmat. Dengan nakal Andini mengangkat tangannya dan dengan telunjuknya memberi tanda larangan. Bibirnya masih tersenyum dengan selangkangan yang kembali bergoyang mengiringi semua kehendak Munaf.
”Muungkiiin,, Andiniii bisaa membantu Baapaak,” suara Aryanti tersengal-sengal.
”Aaahh,, kenapa dilepaaasss,” rengek Aryanti tiba-tiba saat Dako mengangkat tubuhnya hingga batang yang memenuhi rongga vaginanya terlepas.
”Kenapa kau bisa begitu pelit dengan bos dari suamimu, berilah dia sedikit tontonan mungkin itu bisa sedikit membantunya.”
“Yup,, sekarang saatnya show,” teriak Dako dan seketika melempar selimut yang menutupi tubuh mereka.
Dan tampaklah tubuh Aryanti yang berjongkok di atas kedua paha Dako, memamerkan vagina yang menganga basah, berhadapan dengan penis Dako yang dipenuhi lendir senggama Aryanti
”Kyaaaaaaa,,,” Aryanti berusaha meloncat, dan mengambil selimut yang terlempar ke arah Pak Prabu.
Namun Dako sudah lebih siap dan menekuk tubuhnya, hal ini justru membuat penisnya tertanam semakin dalam dan seakan mengunci tubuh Aryanti.
”Hahahahaaa gilaaaa kauu Dakoooo,, Aku maaluuu tauuu,,, punyaku lebaaat kaya giniii,” jerit yang diselingi suara tawa Aryanti memenuhi ruangan yang penuh aura birahi.
Sambil menutupi kedua wajahnya Aryanti mencoba menutup kedua lututnya, dari sela jemarinya Aryanti mengintip Pak Prabu yang melongo memandang tubuhnya penuh rasa kagum. Sepasang paha yang begitu mulus berujung pada selangkangan yang merekah dengan rambut kemaluan yang rimbun. Sementara pintu vaginanya terbuka lebar seakan ingin melahap batang kokoh yang ada di depannya.
”Whuaahhaaha,,, Dakooo,,,” lagi-lagi Aryanti dibuat terpekik dan tertawa setelah kedua pahanya di angkat ke atas dan terbuka lebar, membuat Pak Prabu sekilas dapat dengan jelas melihat setiap sisi pintu vagina yang mengkilat.
Kini hanya kaos longgar yang menutupi bagian atas tubuhnya, sementara bagian bawah tubuhnya terpampang di hadapan dua pria perkasa, dengan selangkangan yang terbuka lebar, seakan pasrah menerima setiap hujaman penis. Sungguh dirinya merasa sangat malu, belum pernah seumur hidupnya tubuh indahnya dapat dinikmati dengan bebas oleh para lelaki, tapi ini terlalu menantang untuk dilewatkan.

Darahnya berdesir, terbesit dalam hati untuk membiarkan tubuhnya dinikmati oleh mereka secara bersamaan, seperti yang ada diotak liarnya selama ini. Dan kini salah satu penis telah berada dalam tubuhnya, mungkinkah dirinya memohon penis yang telah siaga didepannya untuk ambil bagian masuk ke dalam lorong tubuhnya yang lain. Namun Aryanti teralalu malu untuk meminta itu, tapi jika tidak sekarang, kapan lagi dirinya bisa mewujudkan keinginan liarnya.
“Apakaah kau bisa membuatnya semakin bergairah dengan aksi nakal mu?,,,” bisik Dako menggoda Aryanti.
Aryanti menarik tangannya, membiarkan vaginanya terekspos bebas, lalu kedua tangannya menarik setiap sisi pintu vaginanya, hingga lorong gelap yang mengalirkan cairan dapat terlihat oleh mata Pak Prabu.
“Batang bapak ingin dilumat seperti ini?,,, Oooowwwhhhh,,,,” dengan sangat perlahan kemaluan Aryanti yang terpapar melahap batang Dako,, sangat perlahan, seakan sangat menikmati setiap inci gesekan kulit kedua kelamin.
”Uuuhhh,,,” bibirnya melenguh saat batang Dako tiba-tiba menghentak.
Wanita yang tengah dipenuhi birahi itu tak mampu lagi untuk berfikir, kini dirinya hanya bisa pasrah menerima perlakuan Dako yang juga tersulut aksi nakalnya. Aryanti memandang wajah Pak Prabu dengan nafas terengah, bersahutan dengan suara kecipak kemaluan yang basah. Andaipun Pak Prabu ingin ambil bagian atas tubuhnya, Aryanti tak yakin dirinya mampu menolak.
”Yeeaaaahhhh,,,, aaaggrrhh,,,” Suara Munaf melengking, tubuhnya bergetar hebat, memeluk gadis yang menelan penisnya disela selangkangan dengan erat. Jemarinya dengan kuat meremas payudara yang ada di genggaman seakan menjadi pelarian dari rasa nikmat yang dirasakan seluruh tubuhnya.
Namun tidak begitu halnya dengan Andini yang masih sibuk mengejar orgasme. Pantatnya masih bergerak, menggesek dan menghentak batang yang ada didalam tubuhnya, berharap penis itu dapat menghantarkan kenikmatan serupa. Namun batang itu mulai mengecil sang empunya pun hanya dapat tersenyum kecut mengakui kekalahannya. Melihat peluang itu, Pak Prabu dengan cepat menarik tubuh Andini dari pangkuan Munaf. Tak pernah terpikir olehnya jika kini dirinya dapat menikmati tubuh dari istri keponakannya. Tanpa diminta Andini yang dibaringkan di atas karpet lantai, membuka selangkangannya selebar mungkin, memberi tempat kepada tubuh pak Prabu yang terbilang besar, agar dapat menempatkan pinggulnya didepan selangkangannya yang terus berkedut minta diisi, berusaha memberikan akses seluas-luasnya kepada batang besar yang menghitam dan penuh dengan rambut yang mengelilingi. Namun tetap saja penis itu agak kesulitan menerobos lubang yang terbiasa dengan batang yang memiliki diameter lebih kecil.
“Uuugghhh,, tekan aja om, punya Dini bisa nelen punya om koq,,” suara Andini merintih. Gadis itu tau jika lelaki yang ingin menikmati tubuhnya ini tak ingin menyakitinya.
Tapi Andini sangat yakin jika vagina mungilnya mampu menampung seluruh diameter batang itu. Seperti saat Arga menghujamkan batangnya dikolam renang, meski sangat sulit akhirnya lelaki itu dapat bersemayam divaginanya, tepat didepan suaminya.

“Aaaarrrgghhh,,, Ooomm,,,,,eehmmh,,,,” Seluruh tubuhnya bekerjasama, berusaha menyelusupkan penis Pak Prabu jauh kedalam lorong kemaluannya. Pahanya dengan keras menjepit pinggul, tangannya dengan kuat menekan, dan selangkangannya terangkat bergoyang, bibir vaginanya menganga lebar menyambut batang yang begitu susah payah menghadapi otot vagina yang tiba-tiba menjepit saat merasakan sebuah benda menggasak dinding-dinding yang sensitif.
“Bisakan Ooom,, Eeehhh,” tubuh Andini bergetar, bibirnya mengerang penuh birahi saat merasakan batang besar itu akhirnya berhasil menerobos celah sempit yang telah basah oleh sperma Munaf.
“Uuugghh,,” Namun Pinggul montoknya sekali lagi menghentak keatas saat merasakan masih ada bagian dari rongga vaginanya yang kosong dan tentunya batang Pak Prabu masih terlalu panjang untuk lorong vagina Andini yang dangkal.
“Arrggghhhh,,,Adduuuuuuuhhhh,,Aaaaaaahh,,,” jemari kecilnya mencengkram pantat Pak Prabu seiring tubuh yang bergetar hebat menyambut orgasme yang sangat tiba-tiba dan begitu mudah menghampiri syaraf ektasinya.
Pak Prabu tertawa dengan ulah Andini, menikmati batang yang diguyur oleh cairan birahi Andini yang cukup banyak. Sesaat dibiarkannya tubuh sintal itu menikmati orgasmenya.
“Sekarang giliran Om ya,” ucap Pak Prabu sambil menggoyang-goyang batang yang menghujam jauh ke dalam kemaluan Andini.
Sementara gadis yang begitu pasrah ditindih oleh paman dari suaminya itu hanya tersipu malu, dengan malu-malu tangannya merabai tubuh besar yang selama ini memang menghantui fantasi seksualnya.
”Aaauugghh,,, udah mentok om, jangan terlalu dalam, ntar punya dede sakit,” Prabu tersenyum dengan kalimat manja yang begitu saja terlontar.

hilda - toge jilbab (2)
Kedunya melihat ke bawah menyaksikan bagaimana batang besar itu menggasak pintu vagina yang dipaksa menelan batang yang lebih besar dari biasanya. Perlahan Prabu menarik pinggulnya, belum sempat helm besar itu keluar, pinggulnya kembali menghujam jauh ke dalam.
“Ooomm,, gede banget om,,, seperti punya Pak Arga,, Adduuuhh,,Aaahhh,,”
“Arga?,,, apa Arga sudah pernah menyetubuhi mu?,,,”
“Ststsssss,,, jangan kenceng-kenceng, entar kedengeran sama Mba Aryanti,” Andini mengutuki kecorobohannya menyebut nama Arga.
“Hahahaaa,, dasar kau Arga,, jangan-jangan kedua istriku juga sudah kau cicipi,” gumam Pak Prabu. Lalu menghentak batangnya dengan lebih keras dan cepat.
“Ooomm,,, pelan Ooomm,, memek Andini ntar jeboooll,, aaagghhhh,,,” gadis itu meringis menahan perih didinding rahimnya yang digedor-gedor. Apa semua batang besar emang beringas seperti ini, pikir Andini yang kewalahan, berpegangan pada pundak Pak Prabu.

Melihat aksi Pak Prabu, Aryanti menjadi semakin panas, iri melihat kemujuran Andini yang hanya dalam beberapa menit bisa menikmati dua buah batang.
“Aaaggghhhh,,, Dakooo,,, lalkukan apapun yang ingin kaauuu lakukaaaannn,, Aaaahhh,,,”
Wajah Andini memucat, puncak birahi tengah menantang pertahanannya, namun akhirnya harus menyerah dalam lenguhan yang panjang.
“Oooommm,,, Andiniiiii,,, keluaaaaaarrrr,, Aaagghhhh,,,” pangkatnya terangkat tinggi menantang hentakan batang Pak Prabu. “Aaahhh,,, Ahhh,,, ga Kuat lagi Oommm,,” rintih Andini menyerah, vaginanya terasa panas akibat gesekan yang terlalu ketat dan cepat.
“Mbaaa,,,Aaarrr,, tolongin aku mbaaa,,,”
“Aaaaaggghhhh,,, keluaaaar lagiiiii,,,,”
Rintih gadis itu dengan nafas terengah, tak menyangkan orgasme begitu cepat, silih berganti menyapanya, membuat tubuhnya terasa begitu lemas. Sementara Pak Prabu terus saja menghajar vagina mungil itu, semakin bergairah melihat rintihan Andini,”
“Dakooo,,, Aaahhhsss,,, apa kauuu ingiiiin sediiikit berbaaaagi dengan Pak Prabuuuhhhh?,,, aku haaanya ingin membantu gadis itu,” rintih Aryanti.
“Boleh,, tapi setelah aku selesaaaii menikmati vaginamu iniii,,,”
Dako jelas menolak jika kenikmatannya terpotong oleh Pak Prabu.
“Tak perluu takuuuut,,, bahkaaan kau akaaan merasakaaann apa yaaang tidak pernaaahhh diberikaaan istrimuuu Zuraidaaa,,,” jawab Aryanti, lalu melumat bibir Dako dengan ganas.
Ploopp….batang Dako terlepas, tapi belum sempat protes, Aryanti telah menggenggam penisnya, lalu mengarahkan ke pintu belakang.
“Masukkan dengan perlahaan, sayaaang,,” bisik Aryanti dengan nakal.
“Ooowwwhhhh shhhiiiitttt,,,” teriak Dako, saat kepala penisnya perlahan menghilang ditelan pintu anus yang telah lama ingin ikut dihajar.
“Aaaahhh,,, gimaaanaaa,, apa kaauu sukaaa,,aaaahhh,,,”
“Sempiiiitt,,, sempiiit bangeeeett,,, ini nikmaaat bangeeet,, kau nakaaaal Aryantiii,,”
Aryanti terkekeh disela lenguhannya, mendengar pengakuan Dako yang mencengkram pinggulnya Aryanti, agar menghentak lebih kuat.
“Sekarang undanglaaahh Pak Prabuuu untuk bergabuuung,,,”
“Apa kaauu yakinnn,,,”
“sangaaat yakiiinnn,,, akuuu bisaaa meladenii keberingasaaan kaliaaan berduaaa,,,” lenguh Aryanti yang benar-benar terlihat nakal.
“Pak Prabuu,, ada yang menantang kita berdua nihh,,, Apa kau beranii,,” teriak Dako, membuat gerakan Pak Prabu terhenti tepat disaat lenguhan Andini yang kembali mendapatkan orgasmenya.
“Hahaahahaaaa,, aku tak menyangka, jika istri Arga bisa sebinal ini,,,Okkeee,,, Dakoo, kita penuhi tantangan teller Bank cantik ini,” Pak Prabu menjawab sambil tertawa melihat Aryanti menggosok-gosok bibir vaginanya, sesekali menguak pintunya sebagai tantangan pada Pak Prabu. Sementara anusnya membetot batang Dako dengan sempurna. Lelaki paruh baya itu mengecup bibir Andini yang tersenyum lemah, setelah tenaganya dikuras rentetan orgasme, lalu melepaskan batangnya, beranjak menuju kursi Dako dan Aryanti sambil terus mengocok batangnya yang penuh lendir milik Andini.
“Sayaaaang,,, apalagi yang kau inginkaaan,,” tak pernah Arga secemas ini,,, tanpa sadar lelaki itu mencengkram tepian meja dengan begitu kuatnya.

Kini batang besar Pak Prabu telah berada tepat didepan wajah Aryanti.
“Cobalahh dulu dengan bibirmu ini,, bial kau mampu melahapnya, kurasa bibir bawahmupun takkan kesulitan,”
Mata Aryanti tersenyum nakal, jemarinya dengan gemulai meraih batang Pak Prabu dan menariknya ke atas, dengan tenang gadis itu menjulurkan lidah, perlahan mendekat, menyapa kantong zakar Pak Prabu,menyentil-nyentil kedua bola sambil melirik wajah Pak Prabu dengan genit. Lalu perlahan menyisir keatas, menyapu setiap gumpalan lendir putih, hingga akhirnya sampai pada kepala penis yang menyembul disela kulup yang tidak disunat, Aryanti mencengkram batang Pak Prabu dengan kuat sebelum akhirnya kepala penis itu masuk kedalam mulut Aryanti yang panas.
“Aaaaagggghhhhh,,, gilaaaaa,,,Argaaa,,, istrimu benar-benar dahsyaaaaat,,, aaarrgghh,,” Pak Prabu tak tahan melihat ulah Aryanti, lalu mencengkram rambut wanita.
“Nikmatilaaahh,,, rasakanlaaaahh batangkuuu,,,Aaaagghhh,,” Pak Prabu dengan sangat bernafsu menyenggamai mulut Aryanti. Batangnya keluar masuk dengan cepat.
“Gila, ini memang sudah benar-benar gila,” gigi Arga gemeretak menahan amarah, tetapi tangannya bergerak mengurut penisnya yang membatu.
Tak tahan melihat kenikmatan yang diperoleh Pak Prabu, Dako kembali mengangkat pinggul Aryanti, meminta wanita itu kembali bergerak.
“Aaaaggghhhh,,, kau nakal Yaaaan,, bener-bener nakaaal,,,” dengus Dako dengan pantat naik turun menghajar dubur Aryanti. Pantat Aryanti terdiam, pasrah dengan serangan Dako di belakang tubuhnya yang semakin cepat.
“Yaaaantiiii,,, Bapaaak Semprooot yaaann,, telaaaannn,,,Arrrgghhhh,,,”
Sontak wajah Aryanti terkaget, matanya melotot saat tiba-tiba batang besar dalam mulutnya menghambur cairan kental yang panas, memenuhi mulutnya. Tapi bibir Aryanti justru semakin kuat mengatup rapat batang Pak Prabu, seakan tak ingin setetespun keluar dari bibirnya, sesekali meneguk cairan yang memenuhi mulut, mengalir membasahi tenggorokannya, disambung dengan tegukan berikutnya, matanya menatap wajah Pak Prabu yang terengah-engah penuh kepuasan dengan heran.
“Gilaaa,, banyak banget spermanya,” gumam Aryanti yang kini bibirnya berusaha menyedot, memaksa sperma yang tersisa untuk keluar.
“Aaaaarrrgghhhhh,,, Yaaaann,,, aku jugaaa gaa kuaaaat laggiii,,,” Dako menarik turunkan pinggulnya dengan semakin cepat. “Oooowwwgghhhhh,,, Yaaaannn,,,”
Sadar jika Dako juga tengah menghantar orgasme di anusnya, Aryanti menekan pantatnya semakin kebawah, melumat habis batang, membuat Dako semakin kesurupan dan akhirnya memeluk tubuh Aryanti dari belakang dengan kuat seiring spermanya yang mengalir deras. Dengan usil Aryanti memutar-mutar pantatnya, membuat Dako semakin tersika dalam kenikmatan.
“Bajingaaaaann,,,” rutuk Arga saat menyaksikan bagaimana temannya orgasme dengan begitu dahsyatnya didalam tubuh istrinya. Kakinya gemetar.
Sementara lantai di depannya berceceran sperma yang kental… ya sperma Arga yang turut menghambur, seiring teriakan nikmat kedua temannya.
“Aaahhh,, payaahh,, baru segitu aja sudah tepar,,,aku kan belum apa-apaaa,, kalian tak ada apa-apanya dibandingkan keberingasan suamiku di atas ranjang,,” dengus Aryanti, lidahnya masih menjilati lubang kencing Pak Prabu, sementara pantatnya masih bergerak ke depan dan ke belakang, memainkan batang Dako, yang tersandar di kursi menikmati keindahan pantat montok Aryanti yang begitu sensual bergoyang.

Di balik persembunyiannya Arga tersenyum kecut, tapi tetap saja kata-kata Aryanti membuatnya bangga, sedikit mengobati hati yang remuk redam.
“Kenapa cantik,, kesal yaaa?” Ledek Pak Prabu, seraya menarik kaos Aryanti keatas.
“Aku yang kanan!!!,,,”
“Okeee,, Aku yang kiriii,,”
“Oooowwwhhhhsssss,,, kaliaaaannnn iniiii,,,” Aryanti terpekik seketika, kedua payudaranya dimainkan oleh Pak Prabu dan Dako bersamaan, seperti anak kecil yang berebut bakpao besar.
“Heeeiii,,, kenapaa batang kalian masih sangat kerass?,,,” Aryanti terkaget saat menyadari batang besar yang kini mengusap-usap pipinya dan batang yang bersemayam dalam anusnya ternyata masih tetap seperti semula, keras menantang.
“Jangaaann,, jangaaaann,,, owwhhh tidaaak,,, apa kalian jugaa meminum jamu Lik Marni?,,,”
Pak Prabu tertawa, tidak menjawab pertanyaan Aryanti. “Siap untuk pertarungan yang sesungguhnya cantik?,,” wajah Aryanti tiba-tiba sumringah, jantungnya berdetak keras, merinding membayangkan permainan seperti apa lagi yang akan terjadi.
“Dako,, apa kau ingin bertukar tempat?”
“Ohh tidak,,trimakasih,,, aku masih belum puas menikmati pintu belakang ini, lagipula,, Sepertinya Aryanti juga belum mengeluarkan kemampuannya yang sesungguhnya.
Aryanti tersipu malu, dalam fantasi gilanya, hasrat akan permainan seperti ini memang telah lalang merongrong hatinya. Wanita itu membuka kedua kakinya, mempersilahkan Pak Prabu untuk mengambil tempat di antara selangkangannya.
“Ooowwwhhhhsss,,,, batangmu mulaaaaiii membuaaaatss tubuuuhh ku begitu penuhhh Paaak,,,” rintih wanita itu, seiring batang Pak Prabu yang merangsek memaksa masuk lorong vaginanya, bersaing dengan batang Dako yang menjajal lorong anusnya.
“Ooopppsss,,, Shhiiitttt,,, ini benar-benaaar gilaaa,,, adegan seperti ini sering kulihat di videoo,, tapi tidaaak menyangka jika bakal sedahsyat ini,,, bukan begitu Pak Prabu,,? Tangan Dako meremasi payudara Aryanti, matanya terpejam menikmati batangnya yang semakin tergencet di lubang belakang Aryanti.
“Yeeeaaahhhhh,,, ini benar-benar dahsyaaaaat,,,eeeengggghhh,,,tubuhku berhasil melumat batang kaliaaann,, Oooowwwhhhh,,, tidaaaakk,,,”
Tubuh Aryanti bergetar, saat merasakan batang Dako dan Pak Prabu yang bekerjasa, keluar masuk menusuk tubuhnya begitu dalam.
Layaknya dua buah piston yang begitu teratur, bergantian menusuk tubuh basah Aryanti.
“Paaaaakk,,, jaaangaaaaannnn,,,”
Mata Aryanti melotot, berusaha menahan rasa nikmat dari aksi brutal teman-teman suaminya, terlihat jelas bagaimana wanita berkeringat itu menahan orgasme yang menggulung. Yaaa,, Aryanti tidak ingin takluk terlalu cepat dalam himpitan dua tubuh lelaki.
“Aaaaggghhhh,,, Dakooooo,,,, sakiiiiittt,, kau curaaaaang,,,,Emmmmhhhh,,, ”
Aryanti merintih tertahan merasakan putingnya yang digigit oleh Dako, tapi justru karena itulah Aryanti menuai orgasme.
“Hahahahahaa,,, bagaimana sekarang?,,,” tanya Dako, tangannya seakan tak puas terus meremasi payudara Aryanti.
“Sepertinya dia memang kewalahan meladeni kita,, Hahahaa,,,” timpal Pak Prabu, melepaskan batangnya dari jepitan Aryanti.

“Hehehehehee,, jangan bercanda, posisi kita semua sekarang adalah sama, 1-1,,,” jawab Aryanti terengah-engah, Aryanti menarik leher Pak Prabu mendekat, lalu melumat bibir atasannya itu dengan liar.
“Eeeemmmppphhhh,,,, masukkan kembali batangmu ketubuhhh kuuuu,,, Aaaahhh,,, yaaa,, aaakuuu beluuumm,,, menyeraaaahh,,”
Tubuh Aryanti kembali terhempas, kakinya yang menopang tubuh gemetar, terombang-ambing di antara dua serangan pejantan. Mulutnya bergantian meladeni permainan lidah Dako dan Pak Prabu. Hingga beberapa menit selanjutnya Dako berteriak frustasi. Hidung Dako terbenam di ketiak Aryanti membaui aroma wangi keringat dari tubuh istri Arga itu, tapi justru membuat pertahanannya semakin melemah, tak mampu lagi menahan kenikmatan yang ditawarkan anus Aryanti.
“Siaaaalll,,, akuuu ga kuaaaat lagiiii,,,”
Pak Prabu pun tak jauh berbeda, hidungnya mendengus liar dengan mulut tersumpal jari-jari kaki Aryanti yang dijilatinya. Tanganya memeluk dan mengelusi sekujur batang paha yang mulus, sementara pantatnya seakan tak terkendali merojok kemaluan Aryanti, “Shhiaaaaalllhhhh,,,,” Pekik Pak Prabu tak jelas. Kondisi Aryanti yang lebih tragis, harus menggigit bibirnya coba mengenyahkan rasa nikmat, orgasme dapat menyapanya kapan saja. Menaklukkan kejantanan kedua pejantan itu adalah tekadnya, tapi tubuhnya berkata lain.
“AAAAGGGGHHHH,,,, TUUUSSSUUK YAAAANG DAAAAALAAAAAMMM,,,”
“AAAAKUUU MENYEEERAAAAAHHH,,, OOOWWWHHHHSSS,,,,, EEMMMHHHH,,,”
“UUUGGGHHHH,,, GILAAAAA KAAMUUUU YAAAAAANNNN,,,,GIILAAAASSSHHH”
Ketiga anak manusia itu menjerit bersamaan, menjepit tubuh mulus yang berkelojotan, bermili-mili sperma menghambur ke dalam tubuh si betina yang terus menjerit histeris dengan orgasme yang paling gila, yang pernah dirasakan oleh tubuhnya. Hingga tak ada lagi kata-kata yang keluar, hanya dengus nafas yang berebut mencari oksigen. Sesekali pinggul kedua pejantan masih bergerak mengejan, berusaha menyerahkan tetes sperma yang tersisa kedalam tubuh milik wanita cantik yang, terengah-engah sambil tersenyum penuh rasa puas. Jantung Arga seakan berhenti berdetak, kakinya serasa lumpuh, Wanita yang begitu berati dalam hidupnya, saat ini tampak bercucuran berkeringat, membisu dalam genangan lendir para pejantan. Tiba-tiba mata Arga menangkap kelebat bayangan dari jendela, bayangan yang tercipta oleh cahaya lampu luar yang menunjukkan keberadaan seseorang juga mengintip kejadian itu. Perlahan berjalan menjauh menuju tepian pantai.
“Siapa pula itu,,,” gumam Arga penuh curiga dan rasa was-was, takut bila pemilik bayangan itu adalah juga seorang pejantan, dan nantinya menagih hal yang sama kepada istrinya.
Arga menarik nafas panjang, menguatkan hati, baginya tak ada lagi yang harus dibuktikan. Mengendap-endap di kegelapan meninggalkan pergumulan panas Aryanti, berusaha menuju pintu dengan kaki gemetar.
“Aku rasa tubuhmu masih mampu untuk menahan beberapa serangan lagi,,”
Sebelum menghilang dibalik pintu, Arga kembali menoleh ke belakang, tampak Aryanti tersenyum lemas, tubuhnya terhuyung saat Munaf membaringkannya ke atas meja. Sementara di atas karpet lantai, Andini tersenyum pucat saat Pak Prabu dan Dako menghampirinya. Mata Arga menyapu pantai yang gelap. Sesekali mencoba mengatur nafas untuk meredakan emosi di hati, marah, kecewa, sedih, dan gelora birahi membaur di dada yang masih bergemuruh. Tertatih dalam samar cahaya bulan yang dilumat oleh awan mendung.

“Wajar saja Adit sampai pingsan,,” gumamnya sambil tertawa lirih. Teringat bagaimana ia menyenggamai istri Adit yang belia dengan penuh nafsu tepat di hadapan lelaki itu.
Meski Arga telah mencicipi beberapa wanita di petualangan pantai itu, tapi ternyata hatinya juga belum siap untuk menerima perlakuan yang sama atas istrinya. Begitupun saat birahi menyeruak dihatinya ketika menyaksikan pergumulan Aryanti, namun hatinya tetap saja terasa sakit saat melihat teman-temannya yang tertawa terbahak sambil menghamburkan sperma dan memenuhi kemaluan istrinya.
“Aryanti hanya sedang mabuk,,,” bisik Arga sambil berusaha tersenyum. Mencoba menguatkan hati, Kepalanya terdongak mencoba mengisi penuh rongga paru dengan udara pantai. Lalu menghembus dengan pelan.
“Argaaa,,,”
Deg!!!,,,
“Siapa?,,,” Arga menoleh ke kiri dan ke kanan, matanya menyipit mencoba mencari tau saat mendapati sosok yang duduk bersandar pada sebuah pohon kelapa, yang baru tumbuh sepanjang tiga meter.
“aku,, Zuraida,,” suaranya begitu pelan, hampir tak terdengar tergulung suara ombak.
“Heehh?,, Zuraida,, lagi ngapain disitu”
Arga mendekat, menghempas pantatnya di atas pasir, di samping dokter muda itu.
“Sebenarnya apa yang ada dibenak para lelaki, saat mendapati wanita yang mungkin saja dapat ditaklukkannya?,,,” tanya Zuraida lirih.
Arga mencoba mengamati wajah Zuraida namun tak terbaca di kegelapan.
“Apa kau juga melihat kejadian tadi?,,,” Arga justru balik bertanya. Mencoba menerka-nerka suasana hati istri temannya itu. Mungkin kondisinya juga tak berbeda jauh dengan dirinya.
“Yaa,, aku melihat semuanya,,,”
“Apa sih sebenarnya yang kalian rencanakan dalam liburan ini,,, kalian,, kaliaan,, begitu berbeda dengan keseharian yang kukenal,, begitupun Dako, suamiku, tidak biasanya dia meminta ini itu kepadaku,,”
DEGG!!!,,, Arga bingung bagaimana harus menjawab pertanyaan Zuraida, menatap lekat wajah bening yang menerima sinar rembulan, yang perlahan terbebas dari gulungan awan.
“Cantik,,” gumam lelaki yang tengah terluka itu, pesona keanggunan Zuraida, perlahan mengenyahkan perih hati.
Mata Arga mengaggumi lekukan dagu yang menjutai di bawah bibir yang mungil, menyusuri garis hidung mancung yang bertaut pada mata yang memiliki tatapan tajam, bulu mata lentik seakan semakin menyempurnakan kecantikan yang dimiliki seorang Cut Zuraida. Zuraida menoleh saat merasa dirinya terus diamati lelaki disampingnya, mendapati mata Arga yang penuh rasa kagum akan kecantikannya. Perlahan bulir air mata menggenang di pelupuk, menciptakan kilatan kecil yang mendayu.

“Apa kau ingin membalas ulah suamiku, atas istrimu?,,,” tanya Zuraida seiring air mata yang mengalir tak terbendung.
Arga terkaget dengan ucapan Zuraida, dan semakin kaget saat wanita itu dengan perlahan membaringkan tubuhnya di atas pasir, menarik turun risluiting sweater yang melindungi tubuhnya dari sergapan angin pantai. Arga menahan nafas ketika jemari lentik yang gemetar, dengan rasa takut wanita anggun itu menarik bagian bawah kaosnya ke atas, perlahan memapar perut yang rata dan mulus, terus naik keatas hingga tiba pada sepasang payudara yang didekap bra merah muda. Payudara yang kencang meski pemiliknya tengah berbaring, sedikit lebih kecil dari milik Aryanti. Tapi gumpalannya begitu sempurna. Wajah Zuraida menoleh menjauhi tatapan Arga, menatap gulungan ombak dengan tatapan kosong.
“Lakukankanlah, untuk memuaskan hasrat lelakimu,,, puaskan sakit hatimu pada suamiku,,, lalu anggaplah semua tidak pernah terjadi,” bibir Zuraida gemetar bergerak mengucap kata, dengan air mata yang semakin deras mengalir.
Mata Arga melotot mendengar tawaran Zuraida yang pasrah, tubuh dan kecantikan wanita itu begitu sempurna di mata Arga. Aryanti memang cantik, tapi Zuraida memiliki keanggunan seorang wanita yang tidak dimiliki istrinya. Tangan Arga terkepal erat menahan birahi, tubuh itu, yaa tubuh itu telah menawarkan diri untuk dinikmati.
“Tutuplah tubuhmu,,, dan bangunlah,,, udara pantai terlalu dingin dan keras untuk tubuh indahmu,,”
JLEGG!!!….
“Juancuuk kau Argaaa,,,menolak tubuh seindah itu,,” setan dihati Arga menyumpah atas kata-kata yang mengalir dari bibir lelaki itu.

hilda - toge jilbab (1)
Arga benar-benar tak percaya dengan apa yang diucapkannya, sejak kapan ia menjadi seorang idiot seperti ini. Kecantikan Zuraida dan misteri keindahan tubuhnya yang bertahun-tahun menjadi fantasi, tersia-sia oleh ego kepahlawanannya.
“Ternyata benar,, kau memang berbeda,,tidak seperti mereka,,,” ucap Zuraida yang tergopoh bangun dan menutupi tubuhnya. Wajahnya memerah tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukannya, seorang wanita baik-baik dengan pasrah menyerahkan tubuhnya untuk dinikmati lelaki lain.
“Berbeda bagaimana?” Arga terkekeh mendengar kata-kata Zuraida, tak taukah wanita itu jika dirinya juga petualang birahi, bahkan sebelum menikah dirinya pernah membeli perawan seorang gadis kelas satu SMP hanya untuk memenuhi rasa penasaran.
“Yaa,, kau berbeda, saat teman-temanmu berlomba menggoda diriku di pantai ini, bahkan beberapa kali mencolek beberapa bagian tubuhku dengan alasan tak sengaja, tapi kau,,, justru lebih suka menyendiri. Tak mempedulikan aku dan wanita-wanita di sekelilingmu. Kau hanya peduli pada istrimu.

“Wuedaaaann,, kau salah Zuraida,,, di pantai ini justru akulah yang pertama kali menghambur sperma ke tubuh istri temanku,,” teriak hati Arga, namun tak berani terucap.
“Itu karena kau juga berbeda dari wanita lainnya,, kau begitu anggun, begitu sempurna di mataku,,,harus kuakui aku sangat mengagumi,”
Kata-kata Arga mengagetkan Zuraida, menatap wajah lelaki itu dengan hati tak menentu.
“Terimakasih karena sudah mengagumiku,,” ucap Zuraida dengan nada bercanda, berusaha mencairkan suasana yang dingin membeku. “Tapi aku takkan mengulangi kebodohan diriku tadi, salahmu tak memanfaatkan kesempatan,, hehehe,,,”
Srsrsrrrrtttt… Zuraida menarik resluiting sweaternya, menutup rapat tubuhnya dari sergapan angin pantai yang dingin.
Arga tersenyum kecut, “Ingat ya cantik, Aku tak menyesal koq,, karena aku ingin terus mengaggumi,, maka tetap seperti ini,” ucap Arga seraya mengusap pipi Zuraida.
“Gombaaalll,,, baru kali aku mendengar kau menggombaaal,,hahahaa,,,” Zuraida tertawa melihat gaya Arga, tapi hatinya berdebar tak karuan, ada desir dihati yang telah lama tak dirasakannya.
“Hahahahaaa,,,” Arga ikut tertawa, sepertinya kedua insan itu sepakat untuk mengenyahkan sakit hati mereka terhadap pasangan masing-masing.
“Ayolah kita kembali,,, udara disini terlalu dingin untukmu, cantik,” ucap Arga, lalu beranjak, membersihkan celananya dari pasir.
“Arga,, tunggu,,” Zuraida menahan tangan Arga agar kembali duduk.
Sesaat Arga menatap mata Zuraida yang begitu dekat dengan wajahnya, menatap sendu, ada getar dari mata indah itu, yang tak bisa diartikan oleh Arga. Tanpa diduga bibir mungil Zuraida terbuka, mendekat, mengecup bibir Arga dengan lembut. Arga tersentak, bibir itu begitu lembut dan hangat.
“Boleh minta lagi?,,”
Zuraida tersipu malu, menunduk layaknya gadis belia yang baru mengenal cinta.
“Boleh?,,,” tanya Arga kembali sambil mengangkat dagu Zuraida.
Dada Zuraida berdetak cepat saat dagunya mengangguk, memberi izin pada Arga untuk menjamah bibirnya. Lalu terpejam ketika bibir Arga mengatup bibir bawahnya, melumat lembut, menyapu bibir nya denga lidah yang basah, perlahan masuk menyelusup mencari lidah Zuraida.
“Eeemmmpphhhh,, Ghhaaa,,” Zuraida melenguh saat lidah mereka bertaut, membelit, menghisap, bertukar ludah dengan penuh hasrat.
“Eeeengghhhh,,,Argaaaa,,,uuuhhhh,,,” Kepala Zuraida terbenam dileher Arga, seakan tak percaya dengan apa yang diperbuatnya, jemarinya yang lentik, menuntun tangan Arga memasuki sweater dan kaosnya, terus masuk hingga jemari kekar itu menangkup payudaranya. “Oooooowwwsssshhhhh,,,,,eemmmpphhhh,,,”
Zuraida semakin tak percaya, ketika naluri memaksa tangan kirinya menarik tubuh Arga untuk menindih tubuhnya yang perlahan menjatuhkan diri kepasir yang putih.
“Gaaa,,”
“Iyaaa cantik,,”
Sesaat hening, Zuraida bingung untuk berkata apa, saat mata mereka saling menatap,, sementara jari-jari kanan Arga tengah berusaha menyelusup ke dalam bra, untuk mendapatkan puting yang telah mengeras.
“Ooowwhhh,, Aaakuuu menyukaaaimuu sejaak duluuu,, kenapa kauu membiarkaan Dakoo memilikiku Gaaa,,” rintih Zuraida sambil menikmati kemahiran jari-jari Arga yang berhasil mendapatkan putingnya.
Tiba-tiba Arga menghentikan aksinya, menarik tangannya keluar, lalu mengecup bibir Zuraida dengan sangat lembut.
“Suatu saat kau akan tau dan mengerti, dan tetaplah menjadi bintang yang tak terjangkau oleh tanganku yang kotor, agar aku bisa terus mengaggumi,” ucap Arga sambil tersenyum, mendamaikan.
“jangan berharap terlalu besar Ga,, Aku tidak seindah yang bayangkan,,” jawab Zuraida, telapak tangannya yang lembut mengusapi pipi Arga penuh rasa sayang.
“Sini,, masuklah dalam pelukanku,,, aku ingin tidur sambil memeluk wanita yang kukagumi,,”
“Tidur? Disini? Di pantai ini?,,,”
Arga mengangguk pasti, disambut senyum Zuraida yang beringsut masuk dalam pelukan Arga.

ZURAIDA AND FRIENDS 1

“Gilaa,, dah miring otak ni orang,,,”
 Dalam hati Arga mengumpat mendengar usul yang ditawarkan oleh Dako, usul gila yang dengan cepat disetujui oleh atasannya Pak Prabu, dan kedua teman yang juga memegang jabatan manager. Hari itu, Kantor Arga menerima kunjungan pimpinan pusat yang menetapkan kantornya sebagai cabang perusahaan dengan kinerja terbaik, memberikan bonus liburan dan berhak untuk menggunakan cottage milik perusahaan yang ada disalah satu pesisir pulau jawa. Tentunya ditambah bonus sejumlah uang. Namun di antara berbagai kegembiraan itu mungkin Arga lah orang yang paling berbahagia. Ya,,, atas bantuan Pak Prabu, Arga disetujui oleh pimpinan pusat untuk menempati bangku pimpinan yang sebelumnya ditempati oleh Pak Prabu. Prabu sendiri atas prestasinya diminta untuk membantu pusat. Setelah rombongan pusat meninggalkan ruangan, Pak prabu langsung mengangkat gelas yang hanya diisi air mineral mengajak bawahannya untuk bertoast ria. Walau bagaimanapun ada kebanggaan atas penghargaan yang diberikan. Namun Pak Prabu dengan berat hati menyampaikan bahwa dirinya tidak dapat ikut serta dalam liburan itu, karena telah memiliki janji tersendiri dengan istrinya untuk sebuah liburan di pulau dewata. Arga tidak begitu peduli dengan keabsenan Pak Prabu, toh dirinya tetap dapat mengikuti liburan rombongan kantor bersama istrinya. Dan ini dapat menjadi kado bulan madu bagi istrinya yang baru dinikahi 3 bulan lalu.
“Tapi apakah Pak Prabu tetap tidak mau ikut rombongan walaupun nantinya kami mengadakan sebuah game dengan perjanjian yang menarik?,” celetuk Dako.
“Perjanjian?, emang kalian udah bikin perjanjian apa?” Tanya pak Prabu sambil menatap dako dan Arga bergantian. Seperti halnya Pak Prabu, Arga yang tidak pernah membuat perjanjian apapun tentang liburan pada Dako, pun dibuat bingung.
“Ya, sebagai ucapan terimaksih, Saya dan Arga ingin mengusulkan sebuah permainan, untuk membuang kejenuhan atas rutinitas kita, bagaimana jika nanti selama liburan disana kita membebaskan pasangan kita untuk dirayu oleh sesama kita,” papar Dako
“Maksudmu?,” Tanya Pak Prabu meminta penjelasan yang lebih mendetil.
“Ya,,, bagi mereka yang beruntung, mungkin dapat dilanjutkan dengan rayuan diatas ranjang, dan atas dasar perjanjian awal tentunya kita tidak boleh melarang untuk ‘penuntasan akhir’ atas usaha kawan kita,”
“Saya pikir permainan ini bisa menjadi referensi kepuasan bagi kita, yang setau saya selalu setia dengan istri masing-masing, tentang ‘cita rasa’ dan ‘varian kenikmatan’ dari wanita selain istri kita,” tambahnya.
“Gila,, bagaimana mungkin usul itu meluncur dengan lancar dari mulut Dako, apalagi dengan membawa-bawa namaku,” Hati Arga mengumpat. Namun ketika dirinya ingin menampik usul Dako, Arga melihat wajah Pak Prabu yang berbinar sambil menganggukkan kepalanya tanda setuju.
 “Kenapa perjanjian ini harus mengatasnamakan balas budi, sialan,” hati Arga kembali mengumpat ketika menyadari sulit baginya untuk mengelak dari permainan ini.
“Yang bener Meennn,,, pastinya loe juga ngajak istri loe yang alim itukan?,” seru Munaf memastikan Dako mengajak istrinya yang biasa menggunakan busana tertutup lengkap dengan penutup kepalanya. Dako mengangguk pasti.
Sesaat Arga terdiam, Cut Zuraida istri sahabat karibnya itu memang memiliki daya tarik tersendiri dari tubuhnya yang selalu tertutup, wajah putih bersih, berdagu lancip dan hidung yang mancung. “Uuuugghhh,,,benar-benar tawaran yang menggiurkan, terlalu sayang untuk dilewatkan, tapiii,,,” Kini justru Arga yang bingung.
Mungkinkah, dalam liburan ini dirinya dapat mencumbu tubuh Zuraida, atau bahkan kalau memungkinkan dapat sedikit berkenalan dengan selangkangan wanita yang menjadi fantasi seksnya sebelum menikah dengan Aryanti, istrinya.
“Tapi, agar permainan ini semakin seru, kita tidak boleh memberitahukan istri-istri kita tentang permainan ini, disamping untuk menghindari timbulnya pertengkaran suami istri, saya rasa ada tantangan tersendiri bagi kita untuk dapat menikmati tubuh target kita,” ucap Dako dengan tatapan tajam ke arah Arga, dihias senyum penuh makna.
Arga bingung dengan tatapan itu, muncul pertanyaan besar di kepalanya, apakah Dako yang menjadi temannya sejak bangku SMP itu memang menjadikan istrinya sebagai target utama dalam permainan ini. Sekilas Arga teringat pernyataan Dako dihari pernikahannya, yang mengakui keindahan tubuh istrinya, saat melototi tubuh Aryanti yang dibalut kebaya transparan yang sangat ketat dengan puring tipis yang hanya menutupi bagian dada.
 “untuk Pak Prabu, sepertinya kita harus memberikan persyaratan tambahan, bapak hanya boleh mengajak simpanan bapak,”
“Hahahaha,,,”
 celetukan dari Munaf, kontan membuat Pak Prabu terbahak tertawa, Argapun tersenyum kecut mengingat istri sah Pak Prabu, Bu Sofia yang merupakan aktifis arisan ibu-ibu pejabat.
Sebenarnya, Bu Sofia, istri pak Prabu yang telah memasuki umur 40-an, masih terbilang cantik dan selalu tampil seksi dengan pakaiannya yang selalu mengekspos daerah terlarang, dan pastinya masih sangat layak pakai. Hanya saja yang membuat tidak kuat adalah mulutnya yang selalu aktif mengkritik setiap sesuatu yang tidak sesuai dengan hatinya. Alias cerewet. Mungkin itulah sebabnya Pak Prabu memilih sebuah hubungan rahasia dengan Sintya, resepsionis kantor yang terkenal montok dan murah hati kepada kaum lelaki dalam hal berpakaian, dan tentunya lebih penurut dibandingkan Bu Sofia
“Tidak, tidak,,, Pak Prabu silahkan saja mengajak kedua istrinya, dengan tetap merahasiakan hubungannya dengan Sintya bukankah kita melakukan permainan ini dengan diam-diam, karena bisa saja saya berhasil mendapatkan tubuh Bu Sofia dengan meminjam kamar kalian, dan pastinya Pak Prabu tidak bisa melarang saya untuk melakukan itu, bukan begitu Pak prabu?” papar Dako.
Pernyataan Dako sontak membuat Arga, Munaf dan Aditya terkejut, kata-kata Dako sudah kelewat batas, meskipun dirinya memang memiliki hasrat yang sama untuk menunggangi tubuh montok istri Pak Prabu itu, tapi tidak selayaknya hal itu diungkapkan langsung dihadapan Pak Prabu, yang nota bene adalah atasannya.
 hilda - jilbab montok (2)
“Whuahahaha,,, saya selalu suka dengan ide gilamu, Dako, silahkan nikmati Sofia sepuasmu bahkan kalau kau juga ingin mencicipi Sintya silahkan saja, tapi jangan salahkan saya bila nanti membuat istrimu yang alim itu terkapar oleh ku,” jawaban Pak prabu membuat Dako tersenyum kecut. ternyata tidak hanya dako yang tersenyum menyambut tawaran Pak Prabu tetapi juga Aditya, Munaf dan tentu saja Arga.
“OK,,, jika semua memang semua telah sepakat, ada baiknya kita mempersiapkan istri-istri kita untuk menyambut pertempuran yang panjang besok lusa,” Pak Prabu menyudahi rapat tambahan para pimpinan itu dengan tertawa terbahak.
“Tunggu pak, saya hanya ingin memastikan, perjanjian ini hanya berlaku saat liburan sajakan?” semua tersenyum dengan pertanyaan Aditya yang sedari tadi lebih banyak diam dan hanya mengangguk-agukkan kepala.
Andini, gadis remaja yang dinikahi Aditya hampir berbarengan dengan hari pernikahan Arga itu memang seorang gadis lugu yang dinikahinya satu bulan setelah gadis itu lulus dari bangku SMU. Pastinya Aditya tidak berbeda dengan Arga yang merasa keberatan dengan permainan yang diusulkan dako, karena mereka sendiri masih belum puas mengayuh tubuh istri mereka.
“Itu Pasti, permainan kita ini cukuplah menjadi skandal saat liburan, karena tentunya kita tidak ingin rumah tangga kita ataupun rumah tangga rekan kita berantakan,” pungkas Dako sambil merapikan beberapa berkas yang ada dihadapannya.
########################
hilda - jilbab montok (1)
 Arga yang duduk santai di depan TV rumahnya sesekali menatap istrinya yang tengah menyiapkan makan malam mereka.
 “Ada-ada saja permintaan Pak Egar itu, komentar dan sikapnya selalu saja bikin orang emosi,” keluh istrinya sambil meletakkan piring berisi ikan Nila yang baru digoreng.
 “Ada apalagi dengan Pak Egar, Dia masih sering menggodamu,” Arga memandangi tubuh semampai yang berjalan menuju freezer disampingnya. tubuh Aryanti terbilang langsing dengan pinggul yang bertaut serasi dengan bongkahan pantat montok yang selalu bergetar mengiringi tiap langkah kakinya.
“Sungguh aku gak relaaa,,,” bibir Arga mendesah pelan ketika teringat obrolan dikantornya tadi siang, bagaimana mungkin dirinya membiarkan tubuh indah itu ditunggangi oleh teman-teman sekantornya.
“Apa? Bicaramu selalu saja pelan, bagaimana aku bisa mendengar,”
“Oh,,, Tidak,, aku hanya memanggilmu,” Arga memeluk istrinya dari belakang, membaui rambut tergerai yang masih sedikit basah, tangannya mengelus lembut bongkahan pantat yang selalu saja membuatnya bergairah.
Telah sering Arga ingin mencoba lubang bagian belakang yang ada ditengah-tengah pantat itu, sebuah seks anal, tapi Aryanti selalu saja menolaknya, dengan berbagai macam alasan, jijik, jorok, takut sakit, dan puluhan alasan lainnya.
“Sayang,,, aku masih terlalu capek hari ini, aku tidak yakin dapat melayanimu malam ini, bahkan mungkin aku akan langsung tertidur ketika menyentuh kasur,” keluh Aryanti saat Arga meremasi payudaranya.
“Hahaha,,, Tidak sayang, aku hanya ingin menawarkan sebuah liburan kepadamu, apakah kau bisa mengambil cuti untuk beberapa hari kedepan? Bukankah kau belum mengambil cuti tahun ini,” Arga mencoba mengingat-ingat, bahkan pada saat perkawinan mereka, tepat tiga bulan yang lalu Aryanti tidak dapat mengambil jatah cutinya, semua gara-gara ulah pak Egar manager personalia salah satu Bank swasta tempat Aryanti bekerja.
“Liburan? Kemana? Kapan?,” Wajah Aryanti langsung berbinar, mungkin inilah kesempatan untuk sesaat melepas semua rutinitas yang melelahkan.
 “Aku yakin kali ini pasti bisa mendapatkan jatah cutiku,” sambungnya cepat, seakan takut Arga menarik kembali tawarannya.
“Besok lusa kantorku mengadakan liburan kesalah satu villa di pesisir pantai, rasanya sangat sayang bila kita melewatkan kesempatan itu, hitung-hitung kita dapat berbulan madu dengan gratis,”
“Bersama rombongan kantormu?,” dahi Aryanti mengerut, dirinya memang telah lama ingin menghabiskan waktu hanya berdua dengan suaminya. Ingin sekali Aryanti mencoba beberapa busana yang menantang, memperlihatkan keindahan tubuhnya dalam berbagai balutan busana yang sengaja dibelinya untuk bulan madu, tapi hanya di depan Arga.
Arga membaca rona kecewa pada wajah cantik itu. “Kau boleh mengenakan apapun yang kau mau, bahkan kau boleh melakukan apa saja disana,” Arga bingung sendiri dengan kalimat yang dilontarkannya, kenapa ia justru begitu takut Aryanti tidak bisa ikut dalam liburan kantornya.
“Tapi aku malu, disana banyak teman-temanmu,,,”
“Kenapa harus malu, mereka Cuma teman-teman sekantorku, bahkan beberapa dari mereka sudah pernah menginap dirumah kita, Ayolah sayang,,,”
“Tapi,,, apakah nanti aku boleh mengenakan hadiah yang diberikan Sintya pada saat perkawinan kita?” Aryanti bertanya dengan pelan, takut mengundang kemarahan Arga.
“Hadiah dari Sintya?” Arga mencoba mengingat-ingat hadiah apa yang telah diberikan oleh staff yang menjadi istri simpanan Pak Prabu itu.
“Owwgghh,,, dua lembar pakaian renang One Piece dan two piece, kenapa pula Sintya menghadiahkan pakaian semacam itu diacara pernikahan,” Arga mengumpat, jika Aryanti menggunakan itu maka tak ubahnya seperti menjajakan tubuhnya untuk dijamah dan dilahap teman-temannya.
“Yah,, mungkin kau bisa menggunakan salah satunya, dan menurutku one piece tidak terlalu jelek untukmu,” timpal Arga cepat, One piece lah pilihan terbaik dari yang terburuk.
Arga merinding ketika Aryanti menyambut usulnya dengan wajah yang tersenyum. Ruangan menjadi senyap, masing-masing sibuk dengan pikirannya. Tidak ada lagi percakapan serius hingga mereka selesai makan dan beranjak ke tempat tidur. Paginya Arga melahap roti selai kacang dengan sedikit enggan, matanya terus memandangi tubuh Aryanti yang dibalut seragam biru muda dengan list putih disetiap sisinya. Sungguh tubuh yang mempesona, apalagi seragam itu melekat ketat, wajarlah bila banyak lelaki yang menggoda. Tapi, heeyy,,, kenapa Aryanti mengenakan seragam yang lebih ketat dari hari-hari biasanya, tidak salah lagi itu adalah seragam yang telah lama dikeluhkannya karena sudah terlalu kecil untuk membalut tubuhnya yang semakin montok. Seragam itu telah lama tidak digunakannya. Bahkan rok yang sudah terlalu kecil itu berhasil mencetak dengan indah segitiga celana dalam yang membalut bongkahan pantat yang padat, dan lebih tinggi beberapa sentimeter dari rok yang biasa dikenakannya.
“Mas, sebenarnya aku tidak yakin bisa mendapatkan cuti untuk liburan besok,” suara Aryanti mengagetkan lamunan Arga,
“Memangnya kenapa?”
“Ya, kau tau sendiri bagaimana sikap dan tingkah laku Pak Egar, aku tidak mau dia mengambil kesempatan atas permohonan cutiku ini,” ucap Aryanti sambil mengangkat roknya lebih tinggi untuk mengenakan stocking, hingga Arga dapat melihat celana dalam yang dikenakan istrinya, dengan cepat birahinya terbakar.
“Ayolah sayang, aku rasa kau bisa sedikit menggodanya untuk mendapatkan izin itu, dan aku yakin kau dapat melakukannya,” kalimat itu mengalir dari mulutnya dengan dada yang bergemuruh, paha jenjang yang mulus siapa yang tidak tergiur bila kaki indah itu melenggang dengan seksi. Arga bingung dengan perasaan yang menyesak didadanya, entah kenapa dirinya kini justru ingin sekali memamerkan keindahan itu kepada teman-temannya.
“Baiklah sayang, semoga aku bisa melakukannya, tapi kau harus tau aku melakukan ini semua hanya untukmu,” ucap Aryanti yang telah siap dengan sepatu hak tinggi. Jemari lentiknya mengambil kunci mobil Yaris yang tergeletak disamping tv.
 hilda - jilbab montok (3)
############################
 Di kantor Arga tidak dapat bekerja dengan tenang, pikirannya dihantui berbagai misteri yang akan disuguhkan dalam liburan mereka nantinya. Di ruang sebelah, dari dinding pemisah ruangan yang keseluruhan menggunakan kaca, Arga tersenyum melihat Aditya, keponakan Pak Prabu yang tampak asyik berbincang dengan Sintya. Tampaknya pemuda yang masuk dalam lingkungan kerjanya dengan jalan KKN itu mulai berusaha menggoda Sintya, wajar saja karena dalam liburan nanti dirinya memiliki kebebasan penuh untuk mendapatkan tubuh bahenol dari simpanan pamannya itu. Pukul 15.30, Arga yang melirik jam di ruangan, merasakan waktu berjalan dengan sangat lambat.
“Heeii,,heii,,heeiii,,Apakah kalian sudah siap dengan liburan esok,” teriak Dako ketika melewati pintu kacanya yang terbuka.
Arga mendapati sesosok tubuh semampai terbalut jilbab putih dibelakang Dako. Melemparkan senyum termanis dengan lesung pipit yang mengapit dikedua pipinya, matanya berbinar indah, dengan raut muka yang penuh keramahan dan keakraban. Ya,,, sebuah senyum yang selalu saja membuat hati Arga tak berkutik.
Cut Zuraida, dokter muda istri sahabatnya itu memang memiliki sejuta pesona bagi dirinya. Arga sendiri tidak habis pikir, bagaimana mungkin gadis kalem dan lembut itu justru memilih Dako yang terkadang urakan, untuk menjadi teman hidupnya.
“Untuk liburan besok, Aku dan Zuraida telah mempersiapkan semuanya, dan aku harap kau dan istrimu juga begitu,” ucap Dako sambil memeluk pundak istrinya.
“Aku harap kau mengajak Aryanti, karena liburan ini pasti akan sangat menyenangkan,” sambung Zuraida, Dako mengedipkan matanya ke arah Arga sambil menyeringai.
“Ya pasti liburan ini akan sangat menyenangkan,” balas Arga yang tersenyum kecut.
Seandainya Zuraida tau, Dako suaminya telah mempersilahkan kepada mereka untuk berlomba mendapatkan tubuh indahnya.
“Apa kau benar-benar merelakan wanita alim itu disantap oleh teman-temanmu,” bisik Arga, setelah Zuraida meninggalkan mereka untuk mengambil beberapa barang di ruang kerja Dako.
“Justru itu, aku sangat ingin melihat semuanya terjadi, tentunya tanpa membuatnya marah, dan aku rasa kau bisa membantuku,” Arga tercengang dengan jawaban sahabatnya sejak di bangku SMP itu.
Dengan langkah santai Dako menggamit pinggul Zuraida melangkah keluar. Tepat didepan pintu, tanpa diduga Dako meremas pantat istrinya yang dibalas tatapan tajam Zuraida yang marah atas ulah suaminya.
##############################
 Arga mencoba mencoba memejamkan matanya di atas sofa di ruang tamu rumahnya.
“Uuuggghhh,,,” Arga menghela nafasnya, minggu ini benar-benar hari yang melelahkan bagi batinnya.
Aryanti dan Zuraida, dua sosok wanita yang memiliki kesempurnaan tubuh yang sering diimpikan dan dimiliki kaum hawa. Aryanti dengan gayanya yang riang dan supel membuat semua lelaki berlomba untuk berakrab ria dengannya sambil mengagumi setiap lekuk bagian tubuh yang sempurna. Sedangkan Zuraida, sosok wanita kalem dengan senyum yang menawan dan mata yang teduh, membuat para lelaki merasa betah untuk berlama-lama mencumbu keindahannya. Hanya saja bagi Arga, Zuraida memiliki arti lebih dari sekedar seorang wanita yang ramah, di balik tubuhnya yang selalu tertutup oleh gaun putih khas seorang dokter, Zuraida memang memiliki mistery yang begitu besar. Sayup-sayup dirinya mendengar suara mesin mobil memasuki halaman rumahnya. Tak lama terdengar suara Aryanti yang bersenandung riang, memasuki rumah. Arga terjaga dari lamunannya.
“Sayang, aku telah mendapatkan cuti seperti yang kau mau,” seru Aryanti riang, mengecup kening Arga yang tengah tiduran.
“Oh yaa?,,, bagaimana cara kau mendapatkannya, bukankah itu tidak mudah?,”
“Ya, seperti yang kau katakan tadi pagi, aku harus sedikit menggodanya,” Aryanti mengambil nafas panjang sebelum melanjutkan ceritanya.
“Untuk mendapatkan cuti yang kau inginkan, aku harus melepas dua kancing bagian atas blazer ku ketika memasuki ruangannya, bahkan ketika duduk di depannya aku sengaja melipat kedua pahaku untuk memberikan Pak Egar sedikit tontonan yang menarik, berharap orang tua itu dapat langsung memberikan izinnya.”
“Lalu?” sambar Arga cepat dengan suara yang dibuat sesantai mungkin. Matanya menatap rok Aryanti yang semakin tertarik keatas ketika istrinya itu duduk disampingnya, pikirannya mecoba membayangkan suguhan apa saja yang telah diberikan istrinya.
“Dan seperti katamu, tidak mudah untuk mendapatkan izin itu, orang tua itu justru semakin ngelunjak ketika aku mengajukan permohonan cuti, dia memintaku untuk menemaninya mengobrol disofa diruangannya, dan tahu kah kau apa yang dilakukannya selama obrolan itu terjadi,” Aryanti berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya.
“Dia mulai berani meraba pahaku ini, bahkan berulangkali mencoba memasukkan jemarinya kedalam rok sempit yang jelas tidak akan cukup untuk tangan gemuknya, meski aku tau usahanya sia-sia, aku tetap menepis ulah usilnya itu,” Aryanti mencoba menutup ceritanya sambil mengecup bibir suaminya.
Dengan sangat bernafsu Aryanti meneguk minuman dingin milik Arga yang ada di depannya.
“Baiklah, Banyak persiapan yang harus kulakukan untuk besok, dan aku tidak ingin ada barang penting yang tertinggal nantinya,” Aryanti beranjak dari duduknya, meski wajahnya sedikit pucat karena kelelahan setelah bekerja sehari penuh, namun wanita cantik itu terlihat begitu bersemangat menyambut liburan.
 hilda - jilbab montok (4)
Sementara Arga sibuk mengingat-ingat sosok tambun Pak Egar, dengan jari-jari tangan yang juga dipenuhi lemak. Tubuhnya yang pendek membuat pria paruh baya itu semakin membulat. Namun seberkas noda yang mengering pada rok bagian belakang Aryanti membuat Arga meloncat dari peraduan.
“Apakah hanya itu yang dilakukannya padamu,” sela Arga sambil perlahan menarik Aryanti hingga kembali duduk disampingnya. Entah mengapa Arga begitu penasaran dengan noda yang dilihatnya.
“Ya,,,Setelah tidak berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya pada bagian bawah tubuhku, tangan yang dipenuhi bulu itu menghiba kepadaku untuk bisa merasakan sedikit kepadatan payudaraku,”
Arga mendengarkan cerita istrinya dengan jantung yang mulai berdegub kencang, meski ada rasa cemburu disana tapi tak ada sebersitpun gelora amarah, entah mengapa?.
“Selama dia melakukannya dari luar blezerku kupikir tak mengapa, dan bisa kau tebak bagaikan anak kecil yang mendapat mainan baru, tangannya bergerak cepat meraba, meremas dan terkadang mencubit dengan kuat hingga membuatku sedikit menjerit. Tapi tak lama kemudian Pak Egar mengeluhkan blazerku yang terlalu tebal dan memintaku untuk melepas beberapa kancing yang tersisa. Aku teringat akan pesanmu tadi pagi untuk memberikan sedikit tontonan pada orang tua yang sudah hampir pensiun itu, jadi biarlah dirinya mendapatkan sedikit keindahan dari tubuhku, toh aku masih mengenakan blus yang menutupi tubuhku” Suara Aryanti semakin berat, matanya menerawang mencoba mengingat kejadian tadi siang.
“Lalu?” Tanya Arga dengan suara tercekat.
“Yaaa,, aku mempersilahkan tangan gemuknya itu masuk kedalam blazerku, tohhh masih ada blus yg menutupi tubuhku,”
“Dan Mungkin hari itu memang hari keberuntungan baginya, karena aku mengenakan bra yang terlalu tipis, jadi sangat mungkin jemarinya dapat merasakan kedua puting payudaraku yang mengeras karena godaannya. Tapi bukan Pak Egar jika tidak melakukan berbagai kejutan-kejutan,”
“Kejutan? Apakah dia mencoba memperkosamu?”
“Tidak,tidak,,, kukira dia tidak akan berani melakukan itu, dia hanya menyerang bibirku dan berusaha memasukkan lidahnya yang basah kedalam untuk merasakan lidahku. Bibirku yang tertutup rapat dan terus menolak justru membuat wajahku basah oleh jilatannya, karenanya aku membuka sedikit bibirku agar pria itu tidak melakukan tindakan yang menjijikkan itu. Bagai orang yang haus, lidahnya berusaha menarik bibirku untuk bertandang ke dalam mulutnya, bahkan berulangkali menyedot ludahku, aku tak kuasa menolak undangan itu, dan tau kah kau sayang?,,,ternyata lidahnya begitu panas, mengait dan menghisap lidahku yang akhirnya ikut menari-nari dalam mulutnya,”
Tanpa sadar Arga meneguk liurnya.  (Kalo pembaca budiman yang lagi tegang mendengar penuturan Aryanti, ingin meneguk ludah juga, boleh koq,,,)
“Namun justru di situ kesalahanku, di saat lidahnya beraksi dengan nakal dan harus kuakui aku terbuai, tanpa kusadari tangannya berhasil membuka beberapa kancing atas blus-ku dan terus menyelusup kedalam bra, dan akhirnya dia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, kedua payudaraku diremasnya bergantian, sesekali mulutku menjerit tertahan dalam pagutan bibir tebalnya ketika tangannya meremas terlalu keras.”
Arga tak mampu menahan tangannya untuk tidak bertandang kedalam blus Aryanti yang telah melepas blezernya, seakan tak ingin kalah dengan cerita istrinya Arga meremas kedua bukit kembar itu dengan kuat, membuat Aryanti memekik. Aryanti mencoba mengangkat pantatnya mencoba membantu Arga yang kini berusaha menyingsingkan rok ketat itu ke pinggulnya. Aryanti sangat paham dengan tingkah suaminya yang sedang birahi. Sesaat Arga memandangi dua paha mulus yang bertemu pada kuncup selangkangan yang begitu indah. Stocking yang masih melekat pada kaki Aryanti membuat bagian bawah Aryanti semakin menggoda. Arga membaui vagina istrinya yang basah. Tanpa menunggu persetujuan Aryanti, Arga yang sudah melepas celana kolornya berusaha melolosi celana dalam putih yang menutupi kemaluan yang ditumbuhi semak hitam.  Aryanti hanya bisa pasrah ketika kakinya semakin terbuka, mengangkang, menyambut hujaman batang milik suami tercinta,
“Uuuummhhhh,,, milikmu masih yang terbaik sayaaaang,,,,” dengusnya saat batang itu memenuhi rongga yang semakin basah. beberapa saat Arga menggoyangkan pantatnya dengan pelan.
“Lalu, apakah bibirnya berhasil mencicipi dua payudaramu ini?” Tanya Arga dengan suara bergemuruh.
“Oooohhh,,, tidak sayaaang,,, diaa justru memaksa bibirku untuk menerima penisnya, yang entah sejak kapan sudah terpampang di depan wajahku, dengan sedikit ancaman akan membatalkan izin cuti untukku, dan lagi-lagi dia berhasil mendapatkan yang diinginkannya, memasukkan penis hitam ituuu,, ke dalam mulutkuuuu,” Suara Aryanti terengah-engah, disatu sisi dirinya harus jujur dan menceritakan semua yang telah terjadi, di sisi lain vaginanya yang terus mendapat hujaman-hujaman keras dari batang Arga memberikan stimulan kenikmatan ke otaknya, membuatnya tak mampu lagi menyortir apa dan bagian mana dari pengalaman gilanya yang harus disembunyikan.
“Apakah miliknya panjang dan sebesar milikku?” keegoan sebagai seorang lelaki muncul dihati. Arga semakin cepat mengobok-obok vagina yang menganga pasrah.
“Tidak sayang, miliknya jauh lebih pendek dari milikmu, hanya saja batang itu begitu gemuk, mulutku sempat kewalahan meladeni goyangannya yang semakin cepat, dan akhirnyaaaaaa,,,”
“Mampukah mulutmu ini memasukkan semua batang penisnya,” dengus Arga, pantatnya menghantam selangkangan Aryanti bagai orang kesurupan. Dirasakan orgasme hampir menyapanya.
“Yaaa,,, bahkan aku dapat merasakan bagaimana batang itu berkedut,” Aryanti yang terbawa permainan Arga juga bersiap menyambut orgasmenya. Dengan kuat Aryanti membelitkan kaki indahnya dipinggang Arga, membuat penis Arga semakin terjepit.
 hilda - jilbab montok (5)
“Aaaapa diaaa,,, berhasil menyiramkan speeermanya dimulutmuuu,,,,,” teriak Arga bersamaan dengan semprotan pertama yang menghambur keluar.
“Tidaaakkk,,, sayaaaang dia menyemprotkan spermanya tepat dilubang anuuussskuuuu,,, Aaaahhh,,aahh,,”
Badan Aryanti berkelojotan ketika tak mampu lagi membendung orgasme, pantat nya terangkat keatas agar penis suaminya itu menohok semakin dalam. Pengakuan terakhir yang keluar dari bibir Aryanti memberikan jawaban akan noda yang mongering pada roknya, justru membuat orgasme Arga semakin dahsyat. Batang besar itu menghujam semakin dalam, dan terus menghentak kasar dengan sperma yang terus menghambur keluar. Tapi bagaimana itu bisa terjadi?, bukankah Aryanti tidak pernah bersedia melakukan anal seks?
 “Aaaahhh,,,, Eeemmhhh,,,Aaaarrgghhh,” keberingasan Arga membuat kenikmatan yang diterima Aryanti semakin sempurna. Seakan tak ingin kehilangan vagina itu terus mengemut dengan kuat mencari-cari kenikmatan yang tersisa.
Sesaat keduanya mengatur nafas, pergumulan mereka memang selalu menghantarkan pada kenikmatan yang dahsyat, tapi kali ini ada sensasi yang berbeda. Membuat ego Arga memuncak untuk membuktikan dirinyalah yang terbaik, dan memaksa Aryanti untuk berimajinasi dengan liar atas pengalaman yang didapatnya hari ini.
“Eee,,,Apakah kau marah padaku?,” Tanya Aryanti ragu-ragu disisa gemuruh nafasnya, walau bagaimanapun Arga adalah suaminya, dan Aryanti sangat takut kehilangan orang yang disayanginya itu.
“Aku telah berusaha untuk jujur meskipun itu pahit, aku,,, akuu,, mengakui semua kesalahanku membiarkannya terus bermain dengan tubuhku,” tambahnya, mencoba menghiba.
Arga merasa kasihan dengan posisi Aryanti yang merasa bersalah, ingin sekali Arga mengerjai Aryanti dengan berpura-pura marah, namun hatinya tak tega, dan lagi-lagi entah mengapa, sungguh,,, tak ada rasa amarah di dada, hanya cemburu membara yang justru membangkitkan libido untuk bercinta.
“Kurasa tergantung bagaimana kondisimu saat itu, jadi ceritakanlah semuanya,” ucap Arga sambil memainkan payudara Aryanti yang penuh dengan tanda merah.
Seingatnya, cerita Aryanti tidak pernah menyinggung tentang permainan bibir atau sedotan pada payudara yang membuat tanda merah, hanya remasan-remasan nakal dari lelaki tua itu.
“Ku berharap kau tidak menyesal mendengar kejujuran ku ini, dan berjanjilah untuk tidak marah sayang, karena aku melakukan ini semua untukmu,” lirih Aryanti dengan wajah serius sekaligus memelas.
Arga yang asyik menambahkan beberapa tanda merah di dada istrinya itu akhirnya terdiam, “Kenapa aku harus menyesal dan marah, apakah dia bertindak kasar terhadapmu,” selidiknya.
“Seperti yang kukatakan tadi, mulut ku cukup kewalahan untuk melayani penis kecilnya, aku tak tau bagaimana mungkin batangnya dapat bertahan begitu lama, dan aku merasa kasihan dengan wajahnya yang mulai kelelahan dengan keringat yang mengalir deras dikulit putih pucatnya,”
Penis Arga menggeliat manja didalam selimut vagina Aryanti.
 “Lalu apa yang kau lakukan untuk membantunya?,” Tanya Arga, dirasakannya batang itu mulai terjaga, menggelitik dinding vagina Aryanti dengan nakal.
“Ya, akhirnya aku mencoba sedikit menarik rokku, dan dia membaca apa yang ingin kutawarkan untuk menyelesaikan permainan ini. Seakan takut aku menarik tawaranku, dengan sigap tangannya menarik rok ku semakin keatas dan menyibak celana dalamku.
Kau pasti tau sayang aku sangat ingin mnyelesaikan permainan itu secepatnya, agar tidak terlalu merasa berdosa kepadamu, tapi aku juga tak mampu menolak ketika kepalanya dengan cepat menghilang di selangkanganku dan lagi-lagi aku merasakaaa,,n lidahnya yang panas menjilat, mengusap dan menyedot klitoris ku yang sudah sangat basaaah,, Aaahhh,,,” Mata Aryanti terpejam, bayangan akan kejadian tadi siang ditambah vaginanya yang kembali menerima sodokan pelan membuat wanita itu kembali melayang mengejar kenikmatan.
“Aku harus mengakui permainan lidahnya begitu nikmat, dan aku tak mampu menolak orgasme yang menyerang diriku, kulihat Pak Egar menyeringai tersenyum dengan kumis dipenuhi selai putih milikku. Meski baruuu,, saja mendapatkan orgasme, birahiku memaksa tanganku untuk kembali membenamkan wajahnya di selangkanganku dan berharap lidahnya memasuki liaaa,,angku sekali lagiii,,,. Aku ingin lidahnya menggelitik dinding-dinding vaginaku, menggigiiiitt,, klirotiskuuu,,,. Dan memang, akhirnya lagi-lagi aku menyerah pada orgasme yang begitu nikmaaat,”
Rambut kemaluan Aryanti yang begitu lebat membuat Arga jarang memainkan lidahnya pada selangkangan istrinya, dan dirinya tidak menyangka jika istrinya justru sangat menyukai itu, dan kini istrinya telah mendapatkan kenikmatan itu dari pria lain. Cerita Aryanti bagaikan dongeng mesum yang menghantarkan pada persetubuhan yang sedikit berbeda, penisnya kembali menyodok dengan mantap. Sementara Aryanti berkali-kali mendesah dalam keasyikannya bercerita.
“Setelah membiarkanku beristirahat beberapa saat, Pak Egar menawarkan padaku sebuah kesepakatan. Bila aku bersedia menerima penisnya pada vaginaku maka dirinya akan mempromosikan sebuah jabatan baru yang selama ini memang kuinginkan.”
“Lalu, apa kau menyetejuinya?” seru Arga cepat, penisnya semakin mengeras menghentak selangkangan istrinya.
 “Yaaa,,, dirinya telah melihat semua bagian intim tubuhku, lagipula penis miliknya begitu kecil, jadi kupikir tak apalah jika penis itu beberapa saat mencari kenikmatan di kemaluanku. Sekali merangkuh dayung dua pulau terlampaui, itulah pikirku, dengan memenuhi keinginannya aku bisa mendapatkan cutiku dan jabatan yang baru,”
 hilda - jilbab montok (6)
“Aku membuka kedua pahaku dengan lebar, mempersilahkan tubuhnya yang tambun untuk merapat di selangkanganku dan melakukan penetrasi di kemaluanku. Awalnya dia memintaku untuk melepas rok dan seluruh pakaian atasku, tapi aku malu, tapi kurasa cukup dengan melepas celana dalam dan mengangkat rokku hingga ke pinggul, dia dapat dengan bebas menyetubuhiku dan melakukan apapun yang dimaunya dengan selangkanganku,”
 “Seperti yang kuduga, dengan mudah batang itu berhasil memasuki vaginaku, dan menggoyang selangkanganku dengan kasar. Namun aku harus kecewa, perutnya yang buncit ditambah penisnya yang begitu pendek membuat batang itu berkali-kali terlepas dari vaginaku, dan Pak Egar menangkap kekecewaanku,”
 “Agar dia dapat menuntaskan nafsunya dengan cepat Aku mencoba membuka blus dan bra ku, dan membiarkan bibirnya bertandang didadaku, namun apa yang dilakukannya itu justru membuatku semakin terangsang, lidahnya menjilat dan menggigiti putingku ini. Namun usahaku tak juga membuahkan hasil, penisnya tidak menunjukkan tanda-tanda akan selesai,”
 “Akhirnya, aku harus pasrah ketika Pak Egar memintaku mengangkat kedua lenganku untuk melepas blus ketat ini, tapi dia agak kesulitan ketika harus melepas rokku yang telalu ketat, sehingga aku harus melakukannya sendiri dengan berdiri membelakanginya, tapi belum sempat rok ini jatuh menyentuh lantai aku merasakan lidah yang basah berusaha menyelusup dibelahan pantatku,”
“Ooowwgghhh,,, sayaaang itu benar-benar suatu pengalaman yang sangat menggairahkan, seorang atasan yang memiliki wajah galak dan selalu menggerutu kepada semua staf bawahanya, tengah mendengus penuh nafsu menjilati lubang anusku. Aku membungkukkan badanku mencoba memberi ruang untuk lidahnya yang menjelajah anus dan vaginaku, dan entah kenapa aku marasa sangat puas ketika melihat matanya diantara belahan pantatku memohon sedikit kenikmatan dari tubuh istrimu ini sayang,”
“Pak Egar mencoba posisi yang lain, dia memintaku untuk menduduki penisnya dengan cara membelakangi tubuhnya, Ooohhh,, tahukah kau sayang? aku sangat malu dengan kondisi dan apa yang sedang kulakukan saat itu, aku merasa bagaikan seorang pelacur yang bersedia melayani apapun yang diinginkan pelanggannya. Tapi posisi itu tetap saja sulit, penis itu selalu terlepas dari vaginaku, bahkan beberapa kali penis itu menusuk-nusuk liang anusku karena salah sasaran.”
“Lalu Pak Egar kembali menanyakan keinginanku akan jabatan baru yang ditawarkannya, dia telah berhasil membuatku telanjang di hadapannya bahkan penisnya telah menjajal vaginaku tentu saja aku tidak ingin rugi, karenanya aku mengangguk dengan cepat,”
“Tapi lagi-lagi Pak Egar membuat kejutan, yang sebenarnya lebih cocok dengan mencurangi diriku,,” erang Aryanti.
“Mencurangimu?, memang apa yang dilakukannya?” kening Arga berkerut.
“Ya,,, dengan sedikit kasar dia menghentak tubuhku ke belakang, penis nya yang tepat berada dibawah liang anusku menumbuk dengan keras, aku berusaha untuk menghindar tapi karena tak mampu menjaga keseimbangan tubuh, penisnya yang sudah sangat basah oleh cairanku justru semakin tenggelam dalam anuskuuu,,,”
“Dan lagi-lagi dia berhasil mendapatkan yang diinginkannya, dengan sedikit hentakan anusku menelan semua batang itu, tapi yang membuatku heran aku tidak merasakan sakit sedikitpun, eeentah karena penisnya yang terlalu kecil atau mungkin juga nafsu yang telah menguaaasaiii,,kuuu,,,,”
 “Dan sungguh tak kuduga aku sangat menikmati posisi itu. Aku menggoyang tubuhku mengikuti irama hentakan penisnya yang semakin dalam, aku mencoba mencari orgasme ku sendiri, tapi aku lagi-lagi harus kecewa saat penis itu menyembur dengan cepat, membasahi liang anuskuuu,, aku hampir tertawa ketika tangannya memeluk tubuhku dengan kuat dan memantapkan posisinya penisnya yang menghamburkan bibit benihnya di anusku, dia mengaku kalah dan mengakui kehebatan jepitan kedua lubangku”
 “Aaawww,,,pelan sayaaang,” cerita Aryanti terpotong oleh jeritannya sendiri, ketika Arga kembali menghentak dengan kasar, menggedor dinding rahimnya dengan keras.
“Berarti kau telah melayaninya dengan anusmu, Apakah kau menikmatinyaaa sayaaaaang,,,” Tanya Arga dengan suara mendengus bagai banteng.
“Maafkan aku sayaaang,,, tapi itu benar-benar nikmat, aku bahkan menunggu penisnya kembali mengeras dan rela memasukkan penis itu kedalam mulutku agar kembali mengeras, dengan sedikit memaksa untuk menusuk anusku lagi, dan rasanya sungguh nikmaaaat, berkali-kali aku merasakan orgasme dan berkali-kali pula Pak Egar memuji lubangku ini, katanya diriku adalah tubuh ternikmat yang pernah disetubuhinya,”
“Mungkin kau juga perlu mencoba pintu belakangku iniii,,” tawar Aryanti, masih subur diingatannya bagaimana eforia kenikmatan saat dirinya mengayuh penis kecil pak Egar pada liang anusnya, dan kini dirinya ingin kembali menikmati hal itu dengan batang yang lebih besar, milik suaminya.
Arga menghentikan pompaannya, dan mencabut penis yang diselimuti selai putih. Aryanti mengangkat paha jenjangnya dan memeluk lututnya hingga menyentuh payudaranya. Dan tampaklah vagina yang merekah basah, dirembesi sperma dari orgasme Arga sebelumnya yang mencoba keluar dari lorong sempit vagina, namun bukan vagina itu yang menjadi perhatian Arga saat ini, tapi lubang mungil yang mengerucut imut yang ada tepat dibelakang vagina itulah yang menjadi perhatiannya. Arga tidak yakin penis besarnya dapat menerobos lubang yang masih tertutup rapat itu.
 “Ayolah Saaayaa,,ang,” erang Aryanti merayu.
 Arga mencoba memasukkan telunjuknya untuk sedikit membuka, telunjuk itu bermain-main keluar masuk dengan lembut, dan kini jari tengahnya ikut ambil bagian, terdengar desahan Aryanti yang semakin keras.
“Saayyyaaaannng,, lakukanlah sekarang, ceeepaaattt,,,” teriak Aryanti yang semakin erat memeluk lututnya membuat lubang pantatnya begitu menantang untuk dihujam.
“Aaaarrrgghhh,,, aarggmmhhhh,,,” Arga mengejangkan otot penisnya agar dapat memasuki lubang sempit itu.
“Eeeemmhhhh,,, Iyaaaa,,,yaa,, yeeeaaahhh,,” batang yang perlahan namun pasti mulai tenggelam dan terus memenuhi setiap rongga anal Aryanti. Istrinya menggeram, menjerit dan berteriak dengan keras.
 hilda - jilbab montok (7)
Tidak seperti yang dirasakannya saat menerima penis Pak Egar tadi siang, batang milik Arga jauh lebih panjang dan besar. Dan kini batang itu terus masuk semakin dalam membuat analnya begitu penuh. Setelah dirasakan penisnya menyentuh pangkal bagian terdalam, Arga menghentikan hujamannya, dirasakannya dinding anus yang tergencet oleh batangnya berkedut-kedut.
“Aaaahhh,,, sayaaang,,, ini jauh lebih nikmaaat, mulailah mengayuh tubuhku.”
“Yaaa,,, ini sangat sempiiit,,, sangaaatt nikmaaat,,,” sahut Arga dengan nafas mendengus liar.
 Arga mencoba mengayun penisnya namun lubang itu bukannya melebar tapi semakin menyempit akibat kontraksi birahi yang terjadi pada otot anal. Dan itu benar-benar menghasilkan sebuah kenikmatan. Sofa kecil yang menampung dua tubuh manusia itu mulai berderit ketika Arga mengayuh semakin cepat. Aryanti tidak lagi memeluk lututnya, selangkangannya telah terbuka lebar. Sementara jemarinya kini aktif mengusap dan menusuk-nusuk liang vaginanya yang kosong. Tampaknya vaginanya yang melompong menuntut pula untuk diisi, meski hanya dengan jemari Aryanti. Sempat terbesit diotaknya, membayangkan kenikmatan bila kedua lubangnya itu diisi oleh dua penis sekaligus, tak peduli penis siapapun itu.
“Aaaahhh,,,,” gara-gara fantasinya Aryanti jadi semakin liar, jemarinya mengobok-obok vaginanya dengan cepat. Arga mencoba mengimbangi dengan mengayun batangnya dengan lebih cepat. Seluruh otot vagina dan anal Aryanti berkontraksi dengan dahsyat dan,,,,,,
“Aaaaggrrrgghhhh,,, aaahh,,,” vagina Aryanti menghambur kalenjar cintanya, membanjiri telapak tangannya yang masih menstimulasi dinding vagina, sebuah orgasme yang begitu dahsyat.
“Yeeeaaahhhh,,, saaayyyaaaa,,,anng,,,” penis Arga berkedut dengan cepat menghantar bermili-mili sperma. Penisnya berkali-kali menghentak hingga keujung lorong.
Tak lama, tubuhnya ambruk menindih sang istri tercinta. Bersahutan nafas mereka memburu udara sekitar, paru-paru mereka memaksa untuk diisi setelah dibiarkan kosong saat mereka terus mengejan menghamburkan cairan cinta.
“ini jauh dari yang aku bayangkan selama ini,” bisik Aryanti.
 “Ya,, milikmu memang selalu nikmat,” sambung Arga.
 “Jadi, kau tidak marah aku melakukan itu?”
 Arga terdiam, harga dirinya sebagai seorang suami tengah dipertanyakan oleh sang istri. “Hhhmm… Mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi, aku marahpun takkan berguna karena aku sadar kau melakukannya demi kita,” ucap Arga, berusaha untuk tersenyum.
********
 hilda - jilbab montok (8)
Aryanti meloncat dari ranjangnya dengan wajah kaget. Jam di samping ranjang menunjukkan Pukul 07.30, Aryanti khawatir mereka akan ditinggalkan oleh rombongan yang berangkat pukul 09.00 tepat. Bagaimana tidak, sejak kemaren sore mereka bermain gila-gilaan hingga semalam suntuk, mungkin ini sebuah pemanasan yang berlebihan untuk bulan madu mereka yang tertunda. Namun Aryanti terpaksa sedikit lebih lama menyabuni tubuhnya, setiap bagian tubuhnya terasa lengket, entah oleh keringat mungkin juga karena cairan mereka yang menghambur keluar. Aryanti tersenyum sendiri saat teringat aksinya tadi malam, dirinya berhasil meyakinkan Arga suaminya bahwa sperma yang mengalir keluar dari vaginanya adalah milik Pak Egar dan disebabkan keadaan yang sangat memaksa. Busa sabun yang menutupi sebagian kulitnya membuat tubuh itu semakin eksotis, baru kali ini dia merasa bangga ketika Pak Egar memuji tubuhnya dan mencumbunya dengan sangat bernafsu. Padahal sebelumnya dirinya selalu jijik jika pria itu memandangi nya dengan penuh nafsu. Aryanti berdecak kagum dihadapan cermin kamar mandinya, dibiarkannya shower manyapu busa sabun yang tersisa. Jika suaminya memang mengizinkannya untuk bersenang-senang pada liburan nanti, lalu kenapa dia harus menahan diri untuk mencari kesenangan, begitulah yang ada diotak Aryanti saat ini. Air shower yang hangat membuatnya betah untuk berlama-lama melihat tubuh telanjangnya dialiri air yang menciptakan sungai-sungai kecil, mengalir disela bukit payudaranya yang membusung dan akhirnya menyelusup keselangkangannya. Komentar apa yang akan keluar dari bibir teman-teman suaminya itu jika dirinya membiarkan tubuhnya ditelanjangi oleh pandangan mereka. Adakah kekaguman bila dirinya membiarkan payudaranya tersenggol oleh ulah mereka yang usil?  Adakah celoteh-celoteh nakal yang terlontar bila dirinya membiarkan selangkangannya diintip oleh mata nakal mereka?. Oohhh,,, tampaknya Aryanti sangat ingin menikmati petualang-petualangan yang mendebarkan. Tapi Aryanti kemudian mendesah panjang, tidak mungkin semua itu terjadi, dia adalah seorang istri yang baik-baik dari suami yang baik-baik pula. Biarlah kegilaan yang kemarin menjadi intermezzo dalam kehidupannya yang takkan terulang lagi.
“Duk,duk,duk,,,”
“Sayang, buka dong pintunya, bakal telat nih kita,” teriak Arga, yang bergegas masuk kedalam kamar mandi setelah dibukakan pintu oleh Aryanti.######################
hilda - jilbab montok (9)
Arga hanya bisa tersenyum kecut, ketika kedatangannya disambut oleh kicauan Dako dan Munaf. Tapi setidaknya pria itu bisa bernafas lega karena bis wisata yang mereka carter belum datang. Arga menurunkan istrinya beserta tas dan koper dan memarkir mobil di basemen gedung. Setelah meyakinkan tidak ada yang tertinggal dimobil, Arga bergegas untuk berkumpul dengan teman-temannya. Dari kejauhan Arga melihat Aryanti sedang asik berbincang dengan Zuraida dan Bu Sofia tepat didepan pintu masuk kantor. sementara disamping mereka Aditya bersama istrinya Andini yang masih sangat muda sedang bercengkrama dengan Sintya, rupanya diam-diam Aditya mencoba menjalin keakraban antara Andini dengan Sintya. Tak jauh dari mereka, Pak Prabu, Munaf dan Dako asik mengisap rokok mild mereka, tapi yang membuat Arga jengah adalah tatapan ketiga cowok itu yang tak pernah lepas dari tubuh para wanita, khususnya Aryanti yang mengenakan celana jeans ketat selutut dipadu kaos lengan panjang yang cukup kebesaran untuk tubuh rampingnya.  Sambil berjalan mendekati Aida, Istri Munaf yang duduk terpisah disamping gedung, Arga mengeluarkan rokoknya. Aida mencoba tersenyum ketika melihat Arga mendekat namun kemudian kembali asik dengan telpon celuler yang dipegangnya. Arga mencoba menilai-nilai wanita disampingnya, Munaf sering bercerita tentang istrinya yang pemalu dan agak kuper dalam bersosialisasi. Tak heran jika dirinya menyendiri agak jauh dari yang lain. Namun yang membuat Arga terkesima adalah dandanan Aida yang sedikit nakal dari yang biasa dikenakannya. Rok putih lebar yang sangat pendek dipadu kaos merah menyala tanpa lengan yang ngepres dibadannya.
“Kostum yang bagus untuk liburan,” seru Arga sambil memantik api ke rokoknya.
Aida langsung mengangkat kepalanya, dengan wajah memerah Aida mencoba mengapitkan kedua lengannya untuk melindungi dadanya yang menjadi pemandangan indah bagi Arga, tapi payudara itu justru semakin membusung.
Arga yang ikut kikuk karena komentarnya sendiri tertangkap basah melototi dada istri temannya itu. “Kamu semakin terlihat cantik dengan baju itu, dan saya rasa liburan ini akan semakin menarik dengan kehadiranmu,” ucap Arga berusaha membuat suasana lebih santai.
Wajah wanita berkacamata dengan lesung pipit dikedua pipinya itu semakin memerah, namun apa yang diucapkan Arga membuatnya sedikit rileks. “suami saya yang memilihkan baju-baju ini, karena tidak ingin dirinya malu dihadapan teman-teman,” kata Aida jujur.
“Hei, apakah itu gambar mu,” sela Arga ketika melihat sebuah gambar kecil dengan pose yang menantang di sebuah laman jejaring sosial pada HP yang tengah dipegang Aida.
Aida sontak tertawa dan dengan cepat menyembunyikan HP nya kedalam tas, “Hahaha,,, kau tidak berhak untuk melihat ini”.
“Lalu siapa yang berhak, ayolah,,, sepertinya banyak sekali komentar yang kau kumpulkan untuk gambar itu, pasti gambar itu benar-benar menarik minat para lelaki,” seloroh Arga penasaran.
“Tidak juga, hanya beberapa gambar request dari beberapa teman yang tidak pernah aku kenal,” jawab Aida dengan sedikit ragu menyerahkan HP nya ke telapak tangan Arga.
Dengan cepat Arga menyambut, dan dengan cepat pula decak kagum mengalir dari mulutnya seiring jempolnya yang mengekplorasi beberapa gambar menantang lainnya.“Aku tidak percaya, kau dapat berubah menjadi begitu menggairahkan, lihatlah ratusan komentar yang kau dapat, sepertinya kau benar-benar memikat mereka,” ucap Arga ketika mendapati sebuah gambar yang begitu menantang, tubuh montok dengan rambut yang masih basah dan hanya mengenakan handuk.
“Mungkin,,, tapi dalam dunia nyata aku tetap saja menjadi seorang pecundang, dan tidak akan pernah mampu menyaingi istri mu atau bu Zuraida yang selalu menjadi pusat perhatian, dan begitu mudah bergaul dengan siapa saja.” lirih wanita berkacamata itu.
“Dan kau dapat melihat sendiri, hanya didunia maya aku berani berekspresi, karena disitu tidak seorang pun yang mengenal jati diriku sebenarnya,”
Ada nada kecewa akan keterbatasan yang dimilikinya sebagai wanita desa yang dipinang oleh perjaka Kota dan harus bergaul dengan istri-istri suaminya yang selalu tampil modis dan percaya diri. Tepat seperti yang diceritakan Munaf, Munaf sendiri sudah ribuan kali berusaha membangkitkan kepercayaan diri istrinya itu.
“Saya tidak melihat satupun cacat pada diri mu yang dapat membuat mu malu, bahkan bibir mungil dipadu dengan lesung pipit yang manis, dan mata lentik berhias kacamata yang manis itu dapat membuat para lelaki tergila-gila pada mu, yaa,, seperti aku ini,,”
Aida terkekeh, “Hahaha,,, kamu bisa saja, lelaki mana yang melirik wanita yang sudah beranak satu ini, bahkan suami ku pun kini sudah jarang memuji, apalagi sampai memuji tubuh yang sudah mulai berantakan setelah melahirkan,”
“O, ya? Maaf, bolehkah saya meminta anda untuk berdiri sebentar,”
Dengan ragu-ragu Aida mengikuti permintaan pria yang sempat beberapa kali diajak oleh Munaf untuk bertamu ke rumah mereka.
“Eemmmhhh,,, bisakah kamu berdiri agak tegak, yaaa,, mungkin kamu dapat sedikit membusungkan dada mu, yaa begitu,,” Arga terus memberi intruksi, matanya tak melihat adanya gumpalan lemak pada perut yang ramping itu, bahkan bukan hanya payudaranya saja yang menggairahkan, kakinya yang membunting padi dengan pangkal paha yang sekal membuat gairah Arga semakin menggelitik. Namun mata nakal Arga agak kesulitan untuk mengamati pantat yang terbalut rok dengan lipatan-lipatan lebar. Tampaknya Munaf berhasil menyulap istrinya untuk liburan ini. Seakan mempersiapkan istrinya untuk disantap. Sebuah transformasi yang sempurna dari seorang gadis desa menjadi seorang wanita yang menggairahkan, hanya saja yang menjadi kendala adalah rasa percaya dirinya yang bermasalah.
“Bila kamu berdiri seperti itu, mungkin tidak akan yang mengira bila kamu sudah meliki satu anak, dan ku rasa dada mu tidak kalah dengan istri ku, bahkan lebih besar,”yulis - jilbab semok (1)

Walau birahinya bergejolak saat menyaksikan dengan bebas bagaimana wanita yang sangat pemalu itu membusungkan payudaranya yang terbilang besar dan masih kencang, namun Arga berusaha membuat suaranya setenang mungkin. Entah bagaimana, obrolan yang awalnya kaku itu semakin mencair bahkan lebih terbuka. Aida merasa senang dengan pujian yang dilontarkan Arga. percaya dirinya menyeruak dengan malu-malu. Matanya berkali-kali memergoki pria disampingnya itu memandangi payudaranya berlama-lama dengan binar kagum.
“Aku berani bertaruh, aku dapat membuat mu memiliki percaya diri dan menjadi pusat perhatian pada liburan ini, asalkan kamu mengikuti saran yang ku berikan,” ucap Arga setelah Aida kembali duduk disampingnya. Jarak mereka yang cukup jauh dari rombongan membuat rasa malu Aida sedikit berkurang, setidaknya tidak ada yang memperhatikan dirinya selain Arga.
“Ah,,, Kamu ada-ada saja. Sudahlah,,, kamu terus saja mengomentari tubuhku, Apa kamu tidak tertarik dengan wanita-wanita yang lebih menggairahkan itu” jawab Aida tidak percaya.
Sesaat Arga mengalihkan pandangannya, tampak Zuraida yang megenakan rok panjang lengkap dengan penutup kepala nya sedang merangkul Dako yang ikut bergabung dengan Aryanti dan Bu Sofia. namun Aida yang kini dihadapan lebih menarik perhatiannya.
“Ayolah,,, Aku berani berbugil ria keliling monas bila aku gagal,”
Sontak Aida mengernyitkan dahinya namun sesaat kemudian bibir mungil itu tertawa lebar. Baru kali ini Aida dapat bercanda lepas dengan pria selain suaminya.
“Tapi, apabila Aku berhasil, mungkin Aku dapat sedikit mengambil upah atas tubuhmu ini,” kalimat yang dilontarkan Arga semakin nakal, Aida yang tertawa langsung terdiam.
“Aaa,, apa yang akan kamu minta dari tubuh saya?” dengan tergagap Aida bertanya.
Ada tekad dihati Arga untuk dapat meraih satu orgasme dari tubuh istri temannya itu, apalagi secara tidak sengaja tiupan angin nakal menyingkap kain rok yang ringan, sepasang paha mulus yang sekal terpampang di depannya. Dengan malu-malu Aida segera merapikan roknya, mengapit sisi kain diantara pahanya.
“Mungkin akan ku pikirkan nanti, setelah usaha ku menumbuhkan rasa percaya diri mu berhasil. Tapi satu yang pasti, aku sangat berminat dengan apa yang tersembunyi di balik kaos merah ini, bahkan jika diizinkan aku ingin sedikit berkenalan dengan milik mu yang tersembunyi dalam kain indah ini,” ucap Arga sambil meletakkan telapak tangannya diatas paha Aida yang tertutup rok.
“Eehh,ehm,,jangan nakal ya,,” seru Aida, menepis tangan Arga dengan cepat.
“Shit,,,” Arga mengumpat dalam hati, hanya gara-gara tak mampu membendung nafsu, telapak tangannya itu telah merusak semua rencana, mungkin dirinya harus sedikit bersabar, Aida memang bukan wanita seperti Sintya atau wanita lainnya yang begitu mudah diajak ke tempat tidur.

“Upss,,, maaf,,, aku terlalu bergairah saat melihat kulit mulus mu,” Ujar Arga serampangan, dan hatinya kembali mengumpat, kenapa mulutnya harus begitu jujur menturkan isi hatinya.
Suasana kembali kaku, Arga tidak lagi memiliki kata-kata yang tepat untuk mencairkan suasana. “Kemana eemm,,anak Anda dititipkan,” ucapnya asal, meski tak yakin kalimat itu dapat memperbaiki suasana, bahkan suara yang keluar dari mulutnya agak serak dan terbata.
“Sial, sial,sial,,” umpatnya dalam hati, saat melihat Aida justru tertawa melihat kegugupannya. Bahkan tubuh wanita itu sampai terguncang membuat payudara turut bergoyang. “Apakah kata-kataku memang lucu,” hati Arga menjadi kesal dengan sikapnya sendiri.
“Eemmm,, lalu apa yang harus aku lakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diriku,” ucap Aida tanpa menjawab pertanyaan Arga, Aida sadar lelaki di depannya kini merasa bersalah dan menjadi serba salah.
“Yaa,, mungkin kita bisa memulai dari sekarang,” ucap Arga.
“Apakah harus menggunakan telapak tanganmu,” balas Aida cepat, sepertinya wanita itu justru ingin meledek Arga.
“Tidak, tidak, maaf atas perbuatanku tadi. seperti yang kubilang tadi, kamu dapat memulai dengan belajar menegakkan punggung, sehingga payudara itu semakin membusung, dan biarkan kedua bukit itu mendominasi pemandangan dari tubuhmu,” Arga kembali berusaha menguasai keadaan setelah sadar dirinya sedang dikerjai oleh istri temannya itu.
Dan benar saja, kini giliran Aida yang kembali kikuk dan bingung, haruskah dirinya mengikuti saran lelaki yang hanya dikenal dari suaminya. Tapi tak urung saran itu diikutinya juga.
“Apakah seperti ini?” ucapnya menahan malu, payudaranya memang terbilang besar, apalagi jika harus duduk tegak seperti itu.
“Ya,ya,,, mungkin kamu bisa sedikit bersandar agar tidak terlalu capek, tapi jangan pernah lagi menekuk pundak dan menundukkan kepala, biarkan kepala mu tetap tegak, dan yakinlah kamu tidak kalah cantik dengan wanita manapun…dan mungkin sekarang saat yang tepat untuk menguji kelebihan yang kamu miliki, aku yakin dengan keindahan tubuh yang kau miliki, kamu dapat menggoda penjaga kantor itu,” ucap Arga sambil menunjuk seorang pria paruh baya di sebrang mereka, Mang Engky.
“Tapi apa yang harus ku lakukan,” balas Aida yang kebingungan,”
“Sekarang ikuti intruksiku,,, Ok, coba rentangkan kedua kakimu,,, ya,, terus,, biarkan angin menyapa kulit, bagus,,,dan tetaplah menatapku seolah kita sedang mengobrol,, bagus,,,” Mata Arga yang begitu tajam menatap Aida seakan memberikan semangat kepada ibu muda yang berusaha menahan malu mengikuti intruksinya.
Tak urung aksi itu membuat jantung Aida berdegup kencang, ini adalah untuk pertama kalinya Aida memperlihatkan selangkangannya yang hanya tertutup oleh pakaian dalam kepada pria lain. Jemarinya meremas bangku kayu dengan kuat, Aida sangat yakin jika penjaga kantor itu memang tengah menatap selangkangannya pasti mendapati sepasang paha montok yang menggairahkan.
“berapa lama saya harus melakukan ini,” Tanya Aida, dirasakannya semilir angin dengan mesra mengecupi kulit pahanya, membuat bulu-bulu halus yang menghias paha sintalnya berdiri.

yulis - jilbab semok (2)

“Teruslah, Biarkan rasa malu menguasai dirimu, biarkan rasa malu menyelimuti seluruh tubuhmu, rasakanlah wajah mu yang mulai terasa panas dan memerah, dan terus nikmati rasa malumu,” Aida memejamkan matanya, membayangkan ekspresi pria di hadapannya yang siap menerkam tubuhnya.
“Nikmati rasa malu itu, hingga kamu mampu menguasai tatapan nakal pria itu,” kata-kata Arga bagai menghipnotis geraknya, Tanpa sadar Aida semakin membuka pahanya semakin lebar.
“Dan sekarang tarik sedikit rok mu, biarkan pria itu menikmati selangkangan mu, biarkan pria itu menerkam kemaluan mu dengan matanya.”
Sontak mata Aida terbuka, Wajahnya menunjukkan kata-kata protes, jika hanya mengangkangkan kakinya mungkin tidak terlalu masalah, tapi dengan membuka roknya semakin keatas sama saja memberi undangan terbuka kepada Mang Engky. Meski wajah Arga dan Aida tetap saling menatap, tapi mata mereka sesekali melirik dan memperhatikan apa yang tengah dilakukan Mang Engky.
“Tidak Arga, Aku tidak mau jika harus melakukan itu,”
“Ayolah, Aku yakin kamu dapat menggoda pria itu, lihatlah dia mulai memperhatikanmu, Oowwhh,, pria itu mulai menundukkan tubuhnya mengambil sesuatu tapi aku yakin dirinya hanya ingin mencari tau apa yang tersembunyi dibalik rok mu itu, mungkin kau bisa memberinya sedikit rejeki di pagi hari,” goda Arga.
“Tapi aku tidak mengenakan apapun selain celana dalam,” balas Aida cepat.
Lagi-lagi Arga menganggukkan kepalanya menegaskan kepada wanita muda itu bahwa inilah waktu yang tepat untuk mengubah pribadinya. Sementara hati Aida mencoba mencari-cari pembenaran atas apa yang dilakukannya saat ini. Setelah menghela nafas panjang, jemari nya secara pasti menarik rok itu semakin ke atas. Meski tidak yakin dapat merubah sifat pemalunya, setidaknya Aida ingin menikmati sedikit kenakalan yang tidak pernah dilakukannya. Sepasang paha putih nan sekal, perlahan mulai terpampang dengan lebih jelas berujung pada secarik kain pelindung, seandainya Arga sedikit menundukkan kepalanya maka dirinya akan dapat pula menikmati suguhan indah di pagi hari nan indah itu.
“Apakah ini cukup,” suara Aida terdengar berat. Beberapa tetes keringat menetes diwajah wanita berkacamata itu. Sementara jemarinya kini meremas tangan Arga dengan kuat, seakan meminta dukungan atas apa yang dilakukannya.
“Ya, kurasa cukup,” ada nada-nada cemburu dan iri dimata Arga atas keburuntungan yang tengah dinikmati Mang Engky. Tekad Arga untuk dapat menyetubuhi Aida semakin menggebu, dan ini adalah jalan pintas terdekat untuk cita-cita nya tersebut.
Mang Engky yang memang sedang menikmati pemandangan indah itu, semakin dibuat kelimpungan ketika dua paha sekal yang membuat batangnya berdenyut keras mulai memberikan akses pemandangan yang lebih gila, Sepasang batang mulus yang berujung pada segitiga bermuda berbalut kain biru muda, yang menjadi misteri bagi lelaki yang tak pernah lulus SD ini. Aida merasakan vaginanya mulai basah, seandainya Mang Engky berada lebih dekat mungkin pria paruh baya itu dapat melihat bagaimana celana dalam itu mulai lengket dan basah. Sementara Arga berulangkali mengumpat dalam hati atas kemujuran yang didapat Mang Engky, ingin sekali Arga menyibak rok Aida dan melihat bagaimana keindahan selangkangan wanita di sampingnya itu. Tanpa diduga, Aida memalingkan wajahnya dan menatap Mang Engky yang hampir terjengkang karena kaget dan berlalu pergi dengan cepat.

yulis - jilbab semok (3)

“Kenapa pria itu pergi,,,” keluh Aida, padahal dirinya hanya ingin melihat wajah lelaki yang telah menikmati keindahan tubuh yang ditawarkannya.
“Tidak,tidak,,, justru kau telah berhasil menguasai rasa malumu dengan berani menatap pria itu, lihat pada akhirnya dia yang malu, bukan kamu, kaulah pemenangnya”
“Ya kurasa ini sudah lebih dari cukup, pria itu tak mampu melawan godaanku,” ucap Aida dengan senyum lebar.
“Teeett,,,Teeet,,,” suara klakson bis wisata yang begitu kencang membuat Arga dan Aida terkaget.
Mang Engky yang sempat menghilang dibalik gedung kembali menunjukkan batang hidungnya dan bergegas mengarahkan bis besar yang memasuki halaman kantor. Sesekali matanya mencoba melirik Aida berharap menemukan pemandangan seperti yang dinikmatinya tadi.
“Lihatlah, apa yang telah dilakukan selangkangan mu pada pria paruh baya itu, ternyata kau memang nakal,” bisik Arga sambil beranjak.
“Tapi ku rasa bukan hanya pria itu yang menikmati,,,” balas Aida menggoda. Entah kenapa Aida merasa memiliki kebebasan untuk bercanda dan sedikit menggoda pria yang telah berhasil ‘menelanjangi’ tubuhnya ditengah umum.
Arga hanya terkekeh, “Eitss,, ingat tubuh mu harus selalu tegak, dan biarkan aku menikmati keindahan payudara mu, ehmm,, maksud saya para lelaki,” ucap Arga mencoba mengiringi langkah kaki Aida menuju rombongan yang sibuk mengepak tas mereka kebagasi.
Mungkin ada benarnya yang diinginkan Pak Prabu, dengan menggunakan bis wisata, mereka akan lebih cepat akrab dibanding menggunakan mobil pribadi masing-masing.

############################
Aryanti merentangkan kedua tangannya dan mengambil nafas panjang untuk mengisi rongga parunya dengan udara pantai yang begitu segar. Zuraida yang ada disampingnya hanya tersenyum melihat ulahnya. Di hadapan mereka tampak sebuah cottage yang keseluruhan bangunannya menggunakan kayu dan atap dari rumbia, dikeliling sebuah pagar yang cukup tinggi. Sebuah pemandangan yang sangat artistik dengan nuansa natural, mungkin pencipta bangunan ini sengaja mempertahankan kealamian pemandangan yang ada, walaupun disana-sini terdapat beberapa tambahan bangunan permanen untuk menjaga keamanan dan penunjang fasilitas. Dengan ditemani Munaf, Arga menemui penjaga cottage yang dijaga oleh seorang lelaki berumur 40an dan seorang wanita muda yang bertugas sebagai juru masak bagi para tamu yang menginap, kulit mereka yang hitam seakan memberi tanda bahwa mereka memang telah lama mendekam dipulau tersebut.
Sementara Pak prabu terlihat sibuk memberikan beberapa isyarat kepada Sintya, memang cukup sulit menjaga kerahasiaan hubungan dengan simpanannya itu. Walau bagaimanapun Sintya adalah wanita normal yang mengharapkan kemesraan perlakuan penuh kasih sayang dari pasangannya. Untungnya semua wanita, selain Bu Sofia, telah mengetahui skandal itu, dan mereka mencoba menemani Sintya.
“Hei,,hei,,, disini menyediakan 7 kamar, dan pada kunci-kunci ini terdapat nomor dari kamar, dan aku bersama Aryanti akan mengambil kamar nomor lima, dan untuk menghormati Pak Prabu yang akan meninggalkan kita, ada baiknya kamar dengan nomor satu kita persilahkan kepada bapak untuk menempati,” terang Arga sambil menyerahkan kunci kamar kepada Pak Prabu.
Arga sengaja mengambil kamar nomor lima karena kamar tersebut ada dilantai dua dengan jendela tepat mengarah ke kolam renang dibawahnya. Sedangkan Munaf mengambil kamar paling belakang. Setelah membagi kunci yang akan menentukan dikamar mana mereka akan tidur, ruang lobby sekaligus ruang untuk bersantai itu perlahan kembali sepi. Matahari masih memberikan mereka beberapa menit untuk melepas lelah sebelum bersama-sama menyaksikan sunset pertama dipantai yang indah itu.

###############################
Pak Prabu menghisap dalam-dalam rokok yang masih tersisa setengah, pandangannya tidak lepas dari tubuh sekal Aida yang asik menanti ombak yang datang silih berganti, menyapa jemari kaki, membuat kaki indah itu sedikit terbenam dalam timbunan pasir. Telah lama memang dirinya menyimpan hasrat pada wanita berkacamata itu. Dan mungkin inilah masa-masa yang tepat untuk menjajal kehebatannya pada tubuh wanita yang memiliki tubuh bohay itu. Sesekali roknya terangkat tertiup angin laut yang nakal, memperindah pemandangan dengan latar belakang sunset dipantai eksotis itu. Arga yang ada disampingnya masih sibuk mengotak-atik GPS yang dipinjamnya dari Mang Oyik, si penjaga cottage. Sesekali Arga tersenyum menyaksikan keberhasilannya menyulap pribadi seorang Aida, Arga sangat yakin jika wanita itu menyadari tatapan nakal Pak Prabu karena matanya sesekali melirik kearah Pak Prabu yang tak bergeming dari pandangannya. tampaknya ia tengah menguji saraf rasa malunya di hadapan Pak Prabu.
“The party is begin, tentukan targetmu, taklukkan dan nikmati sepuasmu,” seru Dako yang datang diiringi Munaf dan Aditya.
“Naf, sepertinya sudah ada yang menjadikan istrimu sebagai target,” tambah Dako melontarkan umpan. Sementara yang disinggung mengangkat kedua bahunya dan tertawa lebar, Munaf sepertinya memang sudah mempersiapkan hatinya untuk pesta ini, bahkan dirinya mendadani Aida seindah mungkin seakan menawarkan kepada para gladiator yang berminat.
“Terus terang saja, aku telah menetapkan seluruh wanita disini sebagai target ku, dan tentu saja termasuk istrimu,” ucap Munaf sambil menepuk bahu Dako, lelaki itu memang terbiasa bicara ceplas-ceplos namun solidaritasnya kepada teman patut diacungi jempol.
“Silahkan saja, jika kau mampu menaklukkannya,” jawab Dako tak ingin kalah.
“Aidaaa,,, ayo sini,,,” terdengar suara Zuraida yang tengah menuju gazebo bersama para wanita lainnya.
Sore itu Zuraida tampak anggun dengan penutup kepala berwarna biru muda, senada dengan kaos yang dikenakannya, celana panjang dari bahan tisyu yang dikenakannya cukup sukses mencetak kaki indah yang tak pernah terekspos didepan umum. Siapa pulakah yang beruntung mengayuh tubuh indah dengan paras yang cantik itu
“Ok, agar liburan ini lebih berarti saya ingin menawarkan beberapa acara, dan untuk diketahui acara ini tidak mengikat siapapun jadi apabila ada diantara kita tidak dapat ikut ataupun malas untuk ikut berkumpul tak mengapa,,,” Sebagai calon pemimpin yang baru pada anak perusahaan, Arga mencoba menunjukkan power dengan gayanya sendiri.

yulis - jilbab semok (4)

Bibir Arga dengan tenang memaparkan beberapa ide acara yang ada dikepalanya, dan tampaknya semua yang ada disitu mengaggukkan kepala tanda setuju. Tanpa disadari yang lain, tampak sepasang mata penuh rasa kagum terhadap pribadi Arga yang tenang dan terkadang cukup humoris. Obrolan berlanjut pada hal-hal yang ringan. Munaf yang mencoba mendekati Andini dengan menawarkan sepotong kentang goreng yang sudah jatuh kelantai, ulah Munaf itu tentu saja membuat Andini terpingkal. Aditya yang paham dengan gelagat Munaf mencoba memberi tempat dengan alasan mengambil wedang jahe untuk gelasnya yang memang telah kosong. Gazebo itu memang terbilang cukup besar dengan atap daun nipah, dengan beberapa tempat duduk yang terbuat dari batangan-batangan pohon dipotong seukuran kursi yang diletakkan secara acak. Empat buah meja dari batu besar berwarna hitam sepanjang satu meter terletak disetiap sudutnya. Suara canda dan tawa mulai mengalir menandakan keakraban yang mulai terjalin, sungguh suasana keakraban yang sangat hangat, sehangat wedang jahe yang dihidangkan Lik Marni, istri Mang Oyik. Namun siapa yang menduga kehangatan tersebut dalam beberapa jam kedepan akan menjadi sangat panas, dihias berbagai desahan dan jeritan yang tertahan dari para betina, berselimut rasa solidaritas penjantan terhadap pemiliknya. Pak Prabu sesekali melirik tubuh Lik Marni yang telah menyulap dirinya dengan pakaian ala pelayan dengan kain kebaya lengkap dengan jariknya, sementara Mang Oyik mengenakan celana hitam yang longgar dengan kain sarung yang dilipat rapi. Harus diakui, Lik Marni memang memiliki wajah yang hitam manis khas wanita jawa pesisir, meski kulitnya sawo matang namun tubuhnya begitu kencang mendukung gerakannya yang lincah dalam melayani berbagai permintaan para tamu cottage. Pak Prabu meneguk ludahnya ketika Lik Marni berjalan menjauh, meninggalkan pemandangan yang begitu indah, bokongnya yang cukup besar berayun gemulai seakan mengundang untuk dijajal. Dan sepertinya bukan hanya Pak Prabu yang tertarik dengan olah gerak dari tubuh wanita muda itu, karena tatapan Aditya dan Munaf pun tak terlepas dari geol nakal tubuh yang terbalut erat kain khas wanita desa itu. Mang Oyik yang menangkap tatapan nakal para lelaki hanya tersenyum, dirinya telah terbiasa menghadapi para tamu yang menunjukkan minat pada tubuh istrinya.
“Silahkan disantap tuan-tuan, kalo ada keperluan lain bisa memanggil saya atau istri saya,” ucap Mang Oyik sambil tersenyum penuh makna, lalu pergi meninggalkan gazebo.
Arga yang sibuk meladeni celoteh manja Aryanti beberapa kali melotot melihat ulah Aida sepeninggal Munaf. Tampaknya wanita itu telah begitu pandai menonjolkan keindahan tubuhnya, dengan tatapan genit sesekali Aida merentangkan sayap pahanya dengan begitu lebar memamerkan paha sekal dan selangkangan yang terbalut kain putih. Ada sensasi luar biasa pada diri Arga dan Aida ketika berusaha untuk saling memberi dan menerima keindahan ditengah hiruk pikuk tawa dan canda. Untuk kesekian kalinya Aida merentangkan kakinya, hanya saja kali ini lebih lama dari sebelumnya, seakan mempersilahkan kepada Arga untuk lebih mengenali bagian paling sensitifnya. Sementara matanya bersiaga mengawasi sekelilingnya. Untung tak dapat dicegah, Zuraida yang masih penasaran dengan keindahan pulau itu mengajak Aryanti untuk sedikit berjalan-jalan. Bagi Zuraida sinar mentari senja yang menapaki setiap bulir pasir dapat menghadirkan ketenangan. Langkah kaki Zuraida dan Aryanti tampaknya diiringi oleh yang lain. Kini tinggallah Arga yang semakin bebas melumat pemandangan di hadapannya, tapi Arga harus mendengus kecewa ketika Aida beranjak dari tempat duduknya dan menuju kearahnya. Dan kini wanita itu telah duduk di sampingnya, dan terhentilah semua pemandangan itu.
“Aku lebih berharap kau tetap duduk di sana dan menikmati hidangan yang kau tawarkan,” ucap Arga dengan suara sepelan mungkin.
“Ooo Ya?,, apakah kau tidak ingin mencicipi hidangan itu,” jawab Aida dengan suara tak kalah pelan. “kapan lagi kau akan mengambil upah atas terapi nakal mu ini,” belum sempat Arga menjawab Aida telah beranjak, namun wanita itu tidak menuju pintu cottage tapi kearah samping kebagian salah satu sisinya.
Dengan pandangan penuh kemenangan Arga menatap Aditya dan Pak Prabu yang tertinggal di cottage.
“Ga,,, jangan langsung dihabisin, sisain gue buat ntar malam,” teriak Pak Prabu sambil tertawa, yang dijawab Arga dengan mengacungkan jari tengah.
“Om, Ntar malam, Adit pinjam tante ya?,,,” ucap Adit dengan sedikit ragu dan takut.
Sontak Pak Prabu tertawa terbahak, “Emang kamu sanggup ngeladenin tantemu itu? Hati-hati lho dia itu predator daun muda,” bisik Pak Prabu menggoda Adit. Wajah Aditya sumringah setelah mendapatkan lampu hijau dari Pamannya.
Aida yang melangkah cepat agak kebingungan mencari ruang yang sedikit terlindung. Gairahnya begitu menggebu, sejak obrolannya bersama Arga tadi pagi Aida terus mengeksploitasi tubuhnya di hadapan para pria. Ada kepuasan tersendiri ketika dirinya menikmati tatapan nakal para lelaki.
“Ibu bisa pakai kamar saya dan istri saya,” terdengar sebuah suara bariton yang ternyata adalah Mang Oyik, pria berjambang dan berkumis lebat itu tersenyum ramah sambil menunjukkan sebuah kamar dekat dengan dapur. Sepertinya Mang Oyik sudah sangat hapal dengan ulah para tamunya.
Aida melangkah cepat, tepat dipintu dirinya berpapasan dengan Lik Marni yang tengah memasak untuk makan malam mereka. Lagi-lagi keduanya melemparkan senyum, Maaf Bu kamarnya saya pinjam ya, ucap Aida sambil menahan malu, namun Lik Marni justru tersenyum dan membukakan pintu kamarnya yang berada tepat di samping pintu dapur. Arga yang menyusul Aida harus sedikit berbasa-basi dengan Lik Marni namun perempuan kalem itu justru memberi isyarat agar Arga secepatnya masuk kekamar.
“Kasian lho mas warungnya kelamaan nunggu, kalo warungnya tutup kan situ yang repot,” ujarnya sambil tersenyum simpul setelah Arga memaksakan sedikit obrolan yang tidak penting.
Mendapat sindiran yang begitu menohok akhirnya Arga membuka pintu kamar tidur pasangan penjaga cottage itu.
“Nanti malam warung saya juga buka lho, kalo mau mampir boleh koq,” seru Lik Marni cepat sebelum Arga menutup pintu.
Arga sempat kaget mendengar undangan itu, namun kemudian dirinya tersenyum, diundang untuk mampir ke ‘warung’ milik wanita semontok Lik Marni tentunya tak akan ada lelaki yang menolak. Apalagi Arga yang setelah menikah tidak pernah lagi mencicipi warung milik wanita lain. Di dalam kamar yang gelap hanya diterangi bias lampu luar yang menorobos dari sela ventilasi, Arga dapat dengan jelas melihat sosok Aida yang bertelungkup pada sebuah bantal. Body sekal dengan pantat montok yang sedari tadi pagi telah menghantui pikirannya kini tergeletak pasrah menunggu untuk dijamah. Apalagi dengan posisi telungkup tubuh itu semakin menggoda, rok pendek yang dikenakan tak lagi mampu menutupi dua buah pantat yang membulat padat. Arga mencoba memanggil Aida namun tidak mendapatkan jawaban. Arga bisa mengerti karena ini adalah perselingkuhan pertama wanita itu. Dengan perlahan Arga menyingkap semakin keatas kain yang menutupi bagian bawah tubuh.

Dengan pandangan takjub tangannya meremas dengan gemas dua bongkahan daging kenyal yang kini berada dalam teritorialnya, sadar waktu yang dimiliki hanya sebentar Arga bergegas melepas levi’s pendek dan kaos yang dikenakan, dan segera menduduki kedua paha putih mulus. Tangannya kembali bermain, meremas dan menekan bokong yang ditelantarkan pemiliknya dalam kebisuan. jemarinya dengan nakal mengusap klitoris yang masih terbungkus pengaman membuat pemiliknya harus mengerang geli. Arga mencoba mengukur panjang penisnya ditengah-tengah bongkahan, agak ragu Arga, apakah penisnya dapat masuk sepenuhnya seperti saat dirinya menjejalkan penis panjang dan gemuk itu ke vagina istrinya, Aryanti. Hal itu tak membuatnya pusing, namun kepasrahan Aida yang hanya membenamkan wajahnya dibantal itulah yang membuatnya bingung. Apakah wanita itu tengah menyembunyikan rasa malu untuk perselingkuhan pertamanya ataukah memang telah pasrah untuk disetubuhi. Arga mencoba menyulusupkan kedua tangannya kedalam kaos Aida, cukup sulit memang karena terhimpit oleh tubuh, tapi Aida mengerti dan sedikit mengangkat tubuhnya, membiarkan jemari Arga bertandang kepayudaranya.
“Hati-hati neng, ntar balonnya pecah lho kalo ditindih terus,” goda Arga yang dijawab dengan sikutan Aida ketubuhnya.
“Cepatlah, ambil imbalan yang kau mau, sebentar lagi makan malam,” balas Aida dengan memalingkan wajahnya kesamping. Arga semakin menyadari kecantikan dari istri temannya itu, kaca mata yang menghias wajah bundarnya membuat wanita itu semakin menggoda.

yulis - jilbab semok (5)
Dengan telunjuknya Arga mencoba menyibak kain yang menutupi lubang kemaluan, pikirnya tak perlu melepas segitiga pengaman itu, tapi kain itu terlalu ketat membungkus vagina dan bongkahan pantat yang cukup besar. Dengan dibantu Aida, Arga akhirnya memilih melepas kain yang menghalangi usaha birahinya. Debaran jantung Aida yang berdetak cepat menanti sentuhan dari pertemuan kedua kulit kemaluan mereka, dapat dirasakan oleh Arga.
“Eemmhhpp,,,” erangan Aida tertahan ketika vaginanya mulai menerima kepala penis Arga, cukup sulit memang bagi Arga untuk melesakkan penisnya ke vagina yang ternyata belum terbiasa dengan batang sebesar miliknya, apalagi dengan posisi memeluk Aida yang telungkup. Dengan berdiri pada kedua lututnya Arga menarik bongkahan pantat semakin menungging membuat vagina Aida semakin merekah. Mungkin dengan begini penisnya dapat lebih mudah melakukan ekspansi pikir Arga.
“Aarrggaa,,, gaaa,,” Aida terpekik ketika Arga sedikit memaksakan kepala penisnya menjelajah lebih jauh, meskipun sudah sangat basah tetap saja begitu sulit. Jemari Aida mencengkram tangan Arga dengan kuat untuk meredam perih yang dirasakannya.
Tapi pantat itu terus saja menyorong ke belakang, seakan meminta Arga untuk terus menghujamkan penisnya. Sesekali bergoyang untuk memuluskan jalan masuk dari batang besar yang terus menohok semakin dalam.
“Taahhaaannn,, duluu,,Gaaa,,” dengus Aida, sambil meminta Arga kembali memeluk tubuhnya yang telungkup. “Asal kau tauuu,, penismuu ituu terlaalu besar untuk kemaluankuu,, dan ini adalah penis pertama selain milik suamiku yang kubiarkan memasuki tubuuhhkuuu,,” seru Aida ketelinga Arga yang sibuk menciumi pipinya.
“Lalu,,,” jawab Arga dengan enteng.
Jawaban Arga yang begitu santai tentu saja membuat Aida menjadi jengkel. Arga yang melihat wajah Aida yang cembetut dengan bibir yang manyun segera mendaratkan bibirnya dan dengan dengan cepat lidahnya masuk mencari-cari tuan rumah dari bibir indah itu.

Aida memang tidak begitu mahir dalam permainan lidah, karenanya dirinya membiarkan saja lidah Arga menulusuri rongga mulutnya. Sesekali lelaki itu menyedot lidah Aida dengan kuat membuat wanita itu kalang kabut tak dapat bernafas.
“Aaaarrgghhhmm,,” tiba-tiba bibir Aida terlepas, menggeram kencang.
“Sedalam apalaaagi kaaau mauu menusuk kemaluanku Gaaa,,,” lengkingan Aida semakin menjadi ketika Arga terus saja menohok vaginanya meskipun batang itu telah sampai kepangkal rahimnya.
Aida tidak menyangka jika penis itu masih dapat masuk lebih dalam lagi, dan serangan Arga yang begitu tiba-tiba membuatnya terkejut.
“Mungkin ini sudah cukup,” jawab Arga setelah yakin penisnya tak dapat masuk lebih jauh lagi. Dengan perlahan Arga mengayun penisnya mencari kenikmatan yang dihidangkan dengan sukarela oleh tubuh istri temannya itu. Pantat Aida semakin terangkat, batang besar yang belum pernah dirasakannya itu ternyata mampu memberikan kenikmatan baru bagi dirinya. Mata Aida terpejam menikmati gesekan otot berselimut daging yang semakin lama semakin keras. Dinding vaginanya mencoba mengenali urat-urat yang menonjol di antara dinding kulit yang telah basah oleh lendirnya.
“Gaaa,,, masukin yang daaalaammm,,,please,” lirih Aida. Dinding rahimnya menagih untuk kembali disapa ketika Arga asik bermain dipermukaan vaginanya.

yulis - jilbab semok (6)
“Argaaa,,,” teriaknya dengan kesal. Disaat vaginanya begitu mendamba kembali disesaki oleh batang besar itu, Arga justru mencabut penisnya. Raut muka Aida yang jengkel membuat wanita itu semakin cantik.
“Sssttsss,,, aku ingin menidurimu, bukan menindihmu seperti ini,” bisik Arga sambil membalik tubuh Aida dan melepas kaos serta bra yang masih melekat, dengan nakal telujuk dan jempol Arga memelintir puting merah muda yang telah terpampang di hadapannya.
Sesaat keduanya saling menatap dalam temaram bias cahaya, dengan posisi seperti ini Aida tersadar dirinya yang selama ini berhasil menjadi ibu rumah tangga yang baik sekaligus seorang guru teladan di sekolahnya mengajar, kini bersiap melayani birahi seorang pria, teman suaminya dengan keadaan yang sangat sadar. Dan sialnya dirinya pun memang menghendaki persetubuhan ini, entah mengapa seorang Arga telah berhasil menumbuhkan gairah liarnya, mengeksploitasi keindahan tubuhnya di depan umum, memohon selangkangannya kembali disesaki oleh batang luar biasa itu. Debaran jantungnya semakin cepat ketika merasakan vaginanya yang merekah kembali menagih untuk dikayuh oleh penis yang kini berada dalam genggamannya, berlumur lendir cintanya. Dengan kesadaran penuh Aida membuka selangkangnnya lebih lebar, memohon Arga untuk mengambil tempat diantara kedua paha yang sekal. Matanya yang terus menatap wajah Arga sesekali melirik batang yang kini berada tepat di depan gerbang kemaluannya. Gemeretak gigi terdengar cukup jelas ketika Aida menahan rasa penasaran dan gregetan karena batang itu tak kunjung amblas ke lorong yang begitu berhasrat untuk merasakan hujaman penuh nafsu. Ya,,,hanya bermain dipintu vagina yang tembem, menggosok, terkadang menyapu hingga kerambut-rambut yang tumbuh cukup lebat, dan sesekali mencelupkan sebagian kepalanya namun kembali keluar untuk bermain.

“Ooohh,, please Gaaa,,, setubuhi akuuuu,,, pleeaassse,”  rintih Aida seraya berusaha melepas kacamatanya yang berembun oleh deru nafasnya yang memburu.
“Ohh,,, tidak, biarkan kacamata itu tetap menghias kacamata ibu guru,” pinta Arga sambil menyinggung profesi Aida yang notabene bekerja sebagai guru Bahasa di sebuah SMU.
“Terserah kaulah, tapi cepatlah penuhi vaginaku,” rengek Aida semakin gregetan dan kesal.
Meski jemari Arga yang kini bermain dengan payudaranya membuat getaran nikmat Namun Aida tak ingin menunggu lebih lama, setelah mengangkangkan kakinya dengan lebar, wanita itu memegang pinggul Arga dan menekannya ke bawah berharap penis yang menggantung di depan kemaluannya kembali mengayuh vagina yang terus berdenyut minta diisi.
“Uuugghhh,,, yaaa,,yaaa,,,” tanpa melepaskan pandangan mata yang saling bertaut Aida begitu menikmati setiap dentuman penuh birahi yang menghentak keras.
Arga sendiri dapat melihat dengan jelas bagaimana wajah cantik berkacamata itu melotot meredam hentakan Arga yang semakin cepat. Sesekali mulutnya melenguh ketika hujaman Arga mengenai daerah paling dalam. “Ugghhhh,,,”
Kedua bibir mahluk berlainan jenis itu terus mendesis bersahutan, sesekali saling bertukar ludah dalam lumatan yang panjang.
“Yeeaahhh,, Gaaa,,, terusss,, yaa sayaaang,,,”
“Ummghhh,,,,aaahhh,,aahhh”
tubuh Aida melengkung, tak mampu lagi dirinya menahan orgasme yang melanda, kedua paha sekalnya menjepit pinggang lawannya dengan kuat, dengan tangan mencengkram punggung. Beberapa kali tubuhnya menghentak mengikuti orgasme yang begitu dahsyat, mulutnya meneriakkan lolongan kepuasan begitu keras, begitu nyaring. Tubuh putih nan sekal itu beberapa kali masih terhentak, orgasme datang silih berganti akibat ulah Arga yang terus menghentak tak memberi kesempatan bagi Aida untuk sejenak menikmati orgasme yang begitu dahsyat.
“Aaaarggghhhaaa,,, aahhh,,,” Setali tiga uang, ternyata Argapun tak mampu lagi menahan orgasmenya, bermili-mili sperma kental menghambur memenuhi lorong kemaluan yang semakin banjir.
“Uuggghh,,ughh,ughh,” disisa orgasmenya Arga kembali mengehentakkan penisnya, mencari-cari kenikmatan yang tersisa sekaligus mengalirkan tetesan sperma yang tertinggal.
Aida hanya tersenyum melihat ulah Arga, dibiarkannya lelaki itu terus menghentak vaginanya dengan segenap kekuatan yang dimiliki, mengeksploitasi kepuasan diatas tubuh bugilnya. Menggeram kuat dengan jemari mengcengkram erat kedua payudaranya, Mengejang penuh birahi di sela selangkangannya. mengosongkan kantong spermanya hingga memenuhi rongga vagina.

yulis - jilbab semok (7)

Meski dalam masa subur Aida tidak ingin memupus kenikmatan yang tengah dinikmati pria diatas tubuhnya itu. Dibiarkannya aliran sperma yang hangat memenuhi rongga rahimnya, apapun yang terjadi nanti biarlah terjadi. Namun yang pasti saat ini dirinya begitu menikmati kepuasan yang terpancar dari wajah seorang pria yang bukan suaminya, terus memburu rentetan kenikmatan orgasme dari tubuh telanjangnya. Ada kepuasan dibatin Aida melihat wajah dan tubuh Arga yang bermandikan keringat tersenyum kelelahan, dipeluknya kepala Arga dan menempatkan wajah yang dihias kumis tipis itu diantara payudaranya. Obrolan ringan mengalir dari mulut mereka tanpa ada niat memisahkan dua kemaluan yang masih bertaut berselimut kehangatan lendir-lendir cinta mereka.
“Dugaanku tidak meleset, ternyata kau memang luar biasa,” ucap Arga sambil menyisir alis Aida dengan telunjuknya. Keringat dari pacuan birahi yang baru saja selesai masih terus keluar dari pori-porinya yang halus.
Tubuh Arga memang lebih besar dari suaminya, dengan badan atletis yang selalu terjaga. Dan Aida merasa tenang berada dalam rengkuhan dan tindihan pria tersebut.
“Hahaha,,, sudahlah,, tak perlu merayuku lagi, kau sudah mendapatkan segalanya dariku, aku harus mengakui pesonamu begitu mengagumkan, dan aku yakin sudah banyak wanita yang telah berhasil kau gagahi dan sialnya salah satunya adalah aku,,,. Jadi sekarang, sebaiknya cepatlah kau kenakan pakaianmu dan berkumpul dengan teman-temanmu di meja makan,” kata-kata Aida yang begitu panjang tak mendapatkan respon dari Arga yang kini mengukir bentuk bibir Aida dengan jemarinya.
“Ayolah Arga,, kau tidak mungkin terus menindih tubuhku, lagipula aku tidak ingin suamiku mendapati kemaluanku melebar karena terus menelan batang besarmu ini,” dengus Aida dengan berpura-pura kesal
Arga yang lebih banyak diam dan hanya menatap wajah dan tubuh telanjangnya membuatnya rikuh. Walau bagaimanapun ini adalah pengalaman pertamanya mempersilahkan seorang pria, selain suaminya, dengan bebas menggasak selangkangannya. Bahkan suaminyapun tidak pernah melakukan itu, biasanya Munaf langsung tergeletak tertidur di sampingnya begitu berhasil menghamburkan sperma di rahimnya, dan kini ada seorang lelaki yang belum begitu dikenalnya, berlama-lama menindih tubuhnya tanpa melepaskan batang yang menghujam dan masih saja mengeras.
“Apakah kau benar-benar ingin aku turun dari tubuhmu?” Tanya Arga sambil mengambil ancang-ancang menjatuhkan tubuhnya ke samping.
“Emhh,, Arga, jangan membuatku terus merasa malu dong,” rajuk Aida sambil kembali memeluk tubuh Arga dan menyembunyikan mukanya yang memerah ke dada bidang Arga.
Kedua pahanya menjepit erat pinggul Arga menegaskan bahwa dirinya tidak ingin batang besar itu lepas dari kemaluannya. Arga hanya tersenyum melihat tingkah Aida, namun kedua sikunya yang terus menahan berat tubuhnya untuk menghindari beban di tubuh Aida sedikit membuatnya capek, akhirnya Arga berguling kesamping dan menempatkan Aida di atas tubuhnya tanpa melepaskan penis yang masih mendekam manja. Wanita itu sempat terpekik, namun setelah mendapati posisi yang memberikan dominasi pada dirinya, Aida tersenyum. Dengan percaya diri yang dipaksakan Aida menduduki penis Arga dan membiarkan lelaki itu memandangi tubuhnya yang terekspos bebas. Aida sangat ingin memperlihatkan semua kelebihan yang dimilikinya. Aida mengakui tubuhnya lebih berisi dibandingkan wanita lainnya, hampir menyaingi kemontokan tubuh Bu Sofia.

yulis - jilbab semok (8)

Jemari kanan Arga terulur menjemput payudara besar yang menggantung, sementara tangan kirinya menyusuri pinggangnya yang ramping. “Ternyata kau benar-benar gemuk, untungnya lemak itu berada sesuai pada tempatnya,” desis Arga saat meremasi kedua bokong Aida yang begitu montok dan membuat batangnya terbenam semakin dalam.
“Tapi itu justu membuatmu sial, karena kau harus melayaniku sekali lagi,”
“Oh ya,,, tampaknya upah yang kuberikan masih kurang, baiklah,,, kau boleh kembali mengambil upahmu,” balas Aida seraya mengarahkan payudaranya kebibir Arga.
Tak perlu waktu lama, bibir indah itu kini kembali mendesis menikmati bibir Arga yang bermain nakal, menjilat, menyedot bahkan mengigiti kedua putingnya. Tak dihiraukannya telunjuk Arga yang kini mengusap-usap sekitar anusnya, namun ketika dirasakannya jari itu mencoba memasuki anusnya, Aida terkaget dan dengan cepat mencengkram tangan Arga.
“Jangan sayang, itu jorok sekali,”
“Tapi aku ingin mengambil upahku di lubang kecil itu,” ucap Arga dengan merengek manja.
“yang benar saja Arga, milikmu tidak akan mungkin cukup masuk kesana,” tubuh Aida bergidik, vaginanya saja begitu sulit melahap batang besar itu, dan kini batang itu ingin menjajal anusnya yang begitu sempit.
“Jujur saja, istriku telah melayani dua orang pria dengan anusnya, dan itu sungguh nikmat, Ayolah,,,” Arga bingung bagaimana lagi cara merayu, dirinya begitu terpesona dengan pantat montok itu, dan terus membayangkan bagaimana nikmatnya jika penis besarnya berhasil melesak masuk dan terjepit diantaranya.
“Istrimu? Aryanti? Telah melayani dua pria? Denga anusnya?” kening Aida berkerut terkejut oleh pernyataan Arga. “Ta,ta,tapi,,, aku tidak berani, itu pasti sakit sekali,” jawab Aida.
“Tuan, makan malam sudah siap, dan sepertinya tuan dan nyonya sudah ditunggu oleh teman-teman untuk makan bersama,” terdengar suara lembut Lik Marni, memutus perdebatan antara keduanya.
Arga kembali memandang mata Aida penuh harap, sekaligus menyampaikan pesan bahwa waktu mereka tak banyak.
“Baiklah,,, kau menang Arga, tapi lakukan dengan pelan,” Aida menyerah, melepas penis Arga yang masih menancap kemudian mengambil posisi menunging sambil memeluk bantal.
Tampak penis Arga begitu mengkilat, entah oleh spermanya tadi ataukah oleh cairan vagina Aida yang kembali basah. Sekali lagi Arga meremasi pantat besar Aida, dengan posisi itu vagina dan anus Aida terpampang jelas, begitu pasrah bersiap menerima tusukan penis pertama yang sama sekali tidak pernah dilakukannya, terbayangkanpun tidak. Setelah mengambil posisi diantara kaki Aida yang tertekuk, Arga mencoba menusuk-nusuk lubang yang telah basah oleh liurnya. Dan memang kepala penisnya terlalu besar untuk lubang imut itu. Berkali-kali helm besar itu meleset ke atas dan sesekali terpleset ke vagina Aida, membuat bibir wanita itu mendesis.

“Sepertinya memang tidak bisa, sayang, dan mungkin aku akan melakukannya lain kali,” ucap Arga yang menyerah dan kemudian menusukkan batangnya ke kemaluan Aida.
Aida menggeram tertahan, mendapati selangkanganya ditusuk dengan tiba-tiba. “yaaa,yaa, teruusss,, kurasaaa iniii lebih baiiieek,” rintih Aida mengimbangi sodokan-sodokan keras dari Arga.
Dengan erat kedua lengan kekar itu memegangi pinggul Aida, untuk memantapkan serangannya, kamar gelap yang tadi senyap kini kembali riuh oleh gemuruh birahi. Masing-masing ingin menunjukkan kelihaian dalam memuaskan lawan mainnya. Aida berusaha mengejang untuk mempererat cengkraman otot vaginanya, dan itu cukup membuahkan hasil, Arga berkali-kali mendengus garang ketika penisnya tertahan cukup lama didalam lubang sempit itu, menikmati gerakan otot kelamin Aida yang mengempot. Aida tersenyum puas oleh usahanya.  Namun ketika Arga tiba-tiba menghentak keras jauh kedalam kemaluannya pekiknya terlontar. Dinding rahimnya tak pernah mampu membungkam hentakan nikmat batang yang terus menggedor ganas. Ranjang kayu dengan per busa yang tak lagi kencang terus menghantam tembok kamar. Membuat suara semakin gaduh. Aida mengangkat paha kanannya, memperlebar akses bagi batang itu untuk bergerak lebih bebas.
“Adduuuuhhh,,, duhh,,Gaa,,,Argaaa,,, masukiiin semuaaa,,, biar kutelaaann smuaaa,,,” jeritan birahi Aida begitu nyaring membuat Lik Marni yang ada didapur geleng-geleng kepala, meski telah terbiasa dengan ulah tamu-tamunya, tapi tak ada yang seganas mereka berdua.
Tubuh Aida tak mampu menahan hentakan pinggul Arga yang menggila, membuat pipi mulusnya menempel kedinding, kedua tangannya mencoba menahan di tembok kamar. Meski demikian pinggulnya masih memberikan perlawanan, bergoyang mengikuti hentakan yang membabi buta.
“Aarrrgghhh,,, Gaaa,,, keluaaarrr,,, Aiieedaaa sampaaaii Gaa,,”
“Aaahhm,, aahh,,, yang dalaaaamm,, daalaaam,,”
Aida tak lagi peduli dengan jeritannya yang memekik nyaring. Orgasmenya begitu dahsyat saat Arga memaksakan penis yang terlalu panjang itu berhasil masuk sepenuhnya ke dalam lorong kemaluannya. Tangan Arga berusaha menahan pinggul Aida yang berkelojotan, dengan punggung melengkung naik turun seiring orgasme yang perlahan mulai menyurut. Sudut matanya melirik Arga yang berusaha mengatur nafasnya dengan senyum tersungging. Keegoan Arga sebagai seorang lelaki melonjak saat melihat orgasme gila yang dialami Aida. Bertambah satu lagi wanita yang mengakui kehebatan barang pusaka miliknya. Terdampar di pantai orgasme, melenguh bersahutan bagai ombak yang datang silih berganti. Kini, lagi-lagi Arga memeluk tubuh montok yang tertelungkup kehabisan tenaga.
“Ga,,lakukanlah semua yang kau inginkan pada tubuhku, tapi beri aku waktu beberapa menit,” kata Aida tersengal-sengal.
Wajah cantik berkacamata yang kini bermandikan keringat memberikan pemandangan yang begitu indah.

yulis - jilbab semok (9)

“Mungkin aku akan membobol anusmu lain kali, dan hingga sampai waktunya tak ada seorangpun yang boleh menjamah lubang itu, dan sekrang berbaliklah,” bisik Arga dengan lidah menjilati kuping Aida.
Aida bingung dengan apa yang akan dilakukan Arga pada dirinya. Dengan penuh nafsu Arga mengangkangi payudara Aida yang terbaring pasrah. Kini tampak dengan jelas di depan mata Aida bagaimana bentuk dari batang yang telah memberikannya orgasme yang begitu dahsyat. Tepat di depan hidungnya, Arga mengocok batang raksasa yang menampakkan urat-urat yang mengelilingi, membuat daging besar itu semakin sangar. Entah dorongan dari mana Aida membuka bibirnya menawarkan batang itu untuk bertandang ke dalam mulutnya. Padahal Aida selalu menolak melakukan itu saat suaminya meminta dan memohon. Rezeki tak boleh ditolak, dengan cepat batang itu memenuhi rongga mulutnya, terkadang lidah Aida menyedot batang itu dengan kuat berharap batang itu menghilangkan dahaganya dengan sperma cinta. Sekelebat Aida teringat kesehariannya yang bekerja sebagai seorang guru, seorang guru cantik yang menjadi idola di sekolah. Namun kini terbaring pasrah dengan mulut penuh dijejali penis seorang pria yang bukan suaminya. Namun dalam setiap geraknya Aida justru ingin memastikan bahwa semua yang dilakukannya itu benar-benar nyata, bukan sekedar mimpi. Dengan jemarinya sesekali Aida menarik penis itu keluar dan memainkan di wajahnya yang mulus, menyusuri hidung dan telinganya. Sementara lidahnya menjilati kantung testis yang meggantung. Aida sangat sadar dengan apa yang dilakukannya, hatinya ingin mendobrak kungkungan moral dan hukum yang selama ini membelenggu. Berbagai kejadian yang dialaminya selama mengajar disekolah silih berganti hadir dipelupuknya, bagaimana mata para siswa cowok memandangi belahan roknya dengan sangat liar, terkadang Aida merasa risih ketika beberapa muridnya sengaja menundukkan badan untuk mengambil barang yang sengaja mereka jatuhkan. Aida harus mengakui sesekali murid-muridnya kadang sedikit beruntung saat dirinya terlupa menurunkan dan menjepit roknya yang selutut ketika duduk dibangku guru. Itu terlihat jelas dari mata mereka berbinar ketika berhasil mendapatkan pemandangan yang indah. Atau ulah penjaga sekolah yang mengiringinya setiap kali dirinya ke kamar kecil yang sebenarnya dikhususkan bagi para guru. Akibat ulah penjaga sekolah yang nakal tersebut Aida berusaha ekstra hati-hati dengan memastikan tidak ada celah lubang untuk mengintip. Bahkan tidak sekali dua kali, Pak Darno mengedipkan mata dan dengan sedikit isyarat yang dipahaminya sebagai permohonan untuk sedikit mengintip dua bukit yang tersembunyi di balik seragam PNSnya. Meski tidak mengabulkan permohonan itu, Aida tidak dapat memungkiri ada gairah yang menggelegak dalam dadanya. Ada rasa bangga ketika setiap bagian tubuhnya dikagumi oleh para lelaki. Hanya saja kenyataan dirinya sebagai gadis kampung yang diboyong kekota dan berprofesi sebagai guru lah yang menjadi rambu-rambu akan semua tingkah lakunya. Tetapi kini, dirinya terbaring pasrah di bawah tindihan seorang lelaki, merelakan setiap lubang di tubuhnya dijejali oleh batang berotot, gerakannya begitu pasrah mengikuti semua kehendak pejantan yang mengayuh tubuhnya, gairahnya menderu mengejar kenikmatan dan kepuasan yang dijanjikan oleh Arga, teman suaminya.

Dengus nafasnya kadang tertahan, ketika tubuh Arga yang berat menduduki kedua payudaranya, menjepitnya dengan keras, tapi entah mengapa tubuhnya justru semakin pasrah, menikmati bibir Arga yang mendesah dan merintih semakin keras di atas tubuhnya. Hatinya sangat ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang wanita jalang yang sanggup memuaskan para lelaki.
“Keluarkanlah semua saaayaaaang,,,” teriak Aida sambil membuka lebar mulutnya, seakan memberi tanda bibir indah itu siap menampung setiap tetes sperma Arga yang mengalir keluar.

yulis - jilbab semok (10)
“Aaaarrgghhhh,,,, iseeeppp yang kuat,iseeppp, semuaaaa,,,” teriak Arga ketika tak mampu lagi bertahan atas pelayanan yang begitu sempurna dari seorang guru yang cantik. Jemari Arga menjambak rambut Aida dengan kasar, memastikan penisnya tidak akan terlepas dari mulut Aida.
“Emmgghhhh,,mgghhh,,,” Aida menggeram berusaha memenuhi hajat pejantan yang melenguh melepas orgasme dirongga mulutnya, lidahnya berusaha menyedot batang yang berkedut kencang menghantar cairan kental ke mulutnya. Berkali-kali Aida meneguk untuk mengosongkan mulutnya yang telah penuh. Wajahnya begitu pasrah ketika batang berlendir ditarik keluar dan menghambur tetes terakhirnya di kacamata dan wajahnya. Aroma yang khas membuat mulutnya terbuka lebar berharap batang besar itu kembali masuk untuk mendapatkan pelayanan dari lidahnya. Satu lagi pelayanan yang begitu dahsyat dirasakan oleh Arga, yang tak pernah didapatkannya dari Aryanti istrinya. Ada rasa puas dan bangga ketika berhasil melukis wajah seorang guru yang cantik dengan aliran sperma. Dengan kekuatan yang tersisa Arga menjatuhkan tubuhnya ke samping Aida, perlahan mengatur nafasnya. Wajahnya meringis ketika Aida menggoda dengan menggenggam kepala penisnya dengan kuat, membuat kemaluannya terasa ngilu.
“Cepatlah berbenah, nanti kita dicari yang lain,” bisik Arga seraya mencari pakaiannya, jemarinya meraba-raba mencari kaosnya yang terlempar entah kemana.
“Kau duluan saja aku akan menyusul nanti, kau benar-benar luar biasa dan aku harus beristirahat sebentar,” jawab Aida yang justru mengambil selimut dan menutupi sebagian tubuh montoknya yang terbuka.
“Ok,, tapi jangan terlalu lama, aku takut suamimu cemas,” balas Arga sambil meremas payudara Aida dari balik selimut, membuat siempu-nya tertawa. “Kalau kau ada waktu, mungkin aku bersedia untuk sekali lagi melayanimu malam ini,” jawab Aida sambil terkikik sebelum Arga menghilang.

*****************